Oleh: Dr. Misno, MEI
Interaksi antar manusia seringkali
memunculkan berbagai perselisihan di antara mereka, dari mulai salah paham
tentang suatu masalah hingga kebencian yang berkepanjangan hingga tujuh turunan.
Perselisihan yang terjadi tidak jarang juga membuat sakit hati hingga dengan
mudah “membara” apabila terkena sedikit percikan. Berangkat dari perselisihan,
kemudian perasaan yang disakiti hingga dendam yang ada dalam diri memunculkan
berbagai persoalan baru khususnya ucapan dan tindakan yang tidak sesuai dengan panduan
agama dan moral. Kata-kata yang tidak pantas diucapkan, semisal berbagai jenis
binatang hingga kata-kata munafik dan kafir keluar karena luka yang begitu
dalam dirasakan. Sementara tindakan dapat berupa sikap acuh tak acuh, mengusir
hingga melakukan hal-hal yang bertentangan dengan agama dan norma. Bagaimana semestinya
kita sebagai muslim menyikapinya?
Allah Ta’ala berfirman dalam kalamNya:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ
شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا
اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman,
hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena
Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum
membuatmu tidak berlaku adil. Berbuat adillah karena ia lebih mendekati
ketakwaan. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan” QS. Al Maa’idah: 8.
Konteks ayat ini adalah perintah
untuk menegakan kebenaran dan berlaku adil dalam keadaan bagaimanapun juga. Termasuk
kepada orang lain yang kita benci atau kita pernah merasakan sakit hati
karenanya. Berlaku adil dalam hal ini adalah tidak mengucapkan kata-kata yang
tidak benar ataupun melakukan Tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan
perintah agama, apalagi dikarenakan kebencian yang ada di dalam diri kita. Karena
dengan berbuat adil itu menjadi salah satu sarana dalam upaya mendekatkan diri
kepada takwa. Ayat ini diakhir dengan perintah untuk bertakwa kepada Allah Ta’ala
karena sejatianya Ia Maha Mengetahui semua yang kita lakukan.
Kembali ke masalah awal, berbuat
adil kepada orang yang kita benci atau orang yang pernah menyakiti kita adalah
dengan mengucapkan kata-kata yang sesuai dengan fakta. Jangan pernah
mengucapkan kata-kata dusta atau tidak sebenarnya kepada mereka, apalagi
penyebabnya adalah karena kebencian di dalam jiwa. Demikian pula tidak
melakukan Tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan
oleh Allah Ta’ala, karena itu menunjukan dendam kesumat yang bisa jadi akan membuat
dada menjadi berat. Karena dendam dan kebencian akan menjadi beban dan pikiran
yang dapat merusakan kekhusyuan dan tidak baik dalam aturan agama.
Lantas bagaimana menyikapinya? Kebencian
kepada orang lain, apalagi penyebabnya adalah karena orang tersebut melanggar
syariat Allah Ta’ala adalah dibolehkan. Bahkan bisa menjadi wajib ketika orang
tersebut terang-terangan melakukan kemaksiatan, mengajak orang lain bermaksiat
dan tetap melakukannya walaupun sudah diperingati berkali-kali. Benci terhadap
perilakunya yang tidak sesuai dengan syariah adalah sah secara agama, ia juga
menjadi tanda keimanan seorang hamba. Tapi sekali lagi kebencian tersebut tidak
menjadikan kita berlaku dzalim kepadanya, apalagi sampai menjadikannya bahan
cemoohan dan ejekan.
Termasuk dalam tidak berbuat adil
adalah ketika kebencian kepada seseorang kemudian mengucapkan kata-kata dusta
untuk memuaskan dan menguatkan kebenciaannya. Demikian juga melakukan Tindakan tidak
benar (dzalim) hanya karena ia benci dengannya. Ditambah lagi kebencian kepada
seseorang seringkali juga merembet kepada orang-orang yang dekat dengannya,
hingga orang yang tidak bersalah namun karena dekat dengan orang yang dibenci
jadi ikut-ikutan dibenci. Ada juga yang karena benci dengan seseorang sampai
semua tindakan orang yang dibencinya selalu salah di matanya, padahal bisa jadi
itu tindakan benar yang dilakukan oleh orang yang dibencinya.
Maka, Islam sebagai agama yang benar
memberikan pedoman secara keseluruhan, bahwa ketika kita membenci seseorang
(dengan syarat kebencian yang didasarkan syariat), maka kita tidak boleh
berlaku dzalim kepada mereka. Tidak boleh mengucapkan kata-kata kasar dan dusta
kepadanya, serta tidak boleh melakukan Tindakan-tindakan dzalim hanya karena
kebencian dalam diri kita. Semoga Allah ta’ala memberikan kepada kita hidayahNya
sehingga tidak ada dalam diri kita rasa benci kepada orang lain, kalaupun benci
dengan seseorang adalah karena tindakannya yang tidak sesuai dengan syariah Ar
Rahman, dan kita tidak boleh berbuat dzalim kepadanya dengan mengucapkan
kata-kata kasar atau Tindakan-tindakan yang melebihi dari kesalahannya. Apalagi
karena kebencian yang ada dalam diri kita… Wallahua’lam. 04 September 2022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...