Oleh : Tajul Arifin
A. Pendahuluan
Penelitian merupakan aktivitas yang niscaya dilakukan oleh setiap akademisi dalam mengembangkan ilmu. Ilmu yang akan disampaikan kepada mahasiswa (masyarakat akademik) dan diaplikasikan pada masyarakat, tidak akan berkembang tanpa penelitian, karena itu penelitian dijadikan Tri Darma Perguruan Tinggi pertama yang kemudian diikuti oleh pengajaran dan pengabdian pada masyarakat.
Pengetahuan yang memadai tentang populasi, sampel, pre-test, post-test, quesioner, dan analisis data merupakan salah satu dasar yang sangat penting untuk dimiliki setiap peneliti untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan benar. Kesalahan dalam menentukan sampel dari populasi akan melahirkan kesimpulan penelitian yang menyesatkan. Ketidakajegan standar yang digunakan dalam pre-test dan post-test akan menghasilkan pengukuran yang kabur terhadap berhasil atau tidaknya sebuah proses pembelajaran (atau proses apapun) yang dievaluasi. Kesalahan dalam penyusunan kuesioner akan mengakibatkan ketidaktepatan data yang dikumpulkan, dan kesalahan dalam analisis data, akan menghasilkan generalisasi penelitian yang tidak valid.
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari objek penelitian. Misalnya, dosen PTAIS Kopertais Wilayah II Jawa Barat dan Banten. Isi dari populasinya adalah seluruh dosen baik laki-laki maupun perempuan, yang berpendidikan S1, S2, maupun S3, yang produktip maupun yang tidak produktip, yang tua maupun yang muda, masuk di dalamnya. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Ronald (1995) mendefinisikan sampel adalah suatu himpunan bagian dari populasi. Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Beberapa teknik sampling ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Dari gambar teknik sampling dapat diketahui bahwa secara umum terdapat dua kelompok teknik sampling yaitu: (1) probability sampling, dan (2) non-probability sampling.
1. Probability Sampling
Probability sampling merupakan teknik penarikan sampel yang memberi peluang /kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel. Teknik sampling ini meliputi:
a. Simple Random Sampling
Untuk menghilangkan kemungkinan bias, kita perlu mengambil sampel random sederhana atau sampel acak. Pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota poipulasi. Hal ini dapat dilakukan apabila anggota poipulasi dianggap homogen. Teknik sampling ini seperti pada gambar berikut:
b. Proportinate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan apabila populasi mempunyai anggota/karakteristik yang tidak homogen dan berstrata secara proportional. Sebagai contoh suatu organisasi mempunyai personil yang terdiri dari latar belakang pendidikan yang berbeda yaitu: SLTA, S1, S2, dan S3 dengan jumlah setiap kelas pendidikan juga berbeda. Jumlah anggota populasi untuk setiap strata pendidikan tidak sama atau bervariasi. Jumlah sampel yang harus diambil harus meliputi strata pendidikan yang ada yang diambil secara proporsional.
c. Disproportionate Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetatpi kurang proporsional. Sebagai contoh sebuah perusahaan mempunyai personil sebagai berikut: 3 orang S3, 5 orang S2, 100 orang S1, 800 orang SLTA, dan 700 orang SLTP. Dalam penarikan sampel maka personil yang berijazah S2 dan S3 semuanya diambil sebagai sampel, karena kedua kelompok tersebut jumlahnya terlalu kecil jika dibandingkah dengan kelompok lainnya.
d. Cluster Sampling (sampling daerah)
Teknik sampling daerah (cluster sampling) digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah dari populasi yang telah ditetapkan.
Sebagai contoh Indonesia terdiri dari 30 propinsi, sampel yang akan diambil sebanyak 5 propinsi, maka pengambilan 5 propisnsi dari 30 propinsi dilakukan secara random. Suatu hal yang perlu diingat adalah bahwa karena propinsi yang ada di Indonesia juga berstrata, maka pengambilan sampel untuk 5 propinsi juga dilakuykan dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Teknik cluster sampling dilakukan dalam dua tahap yaitu: (1) menentukan sampel daerah, dan (2) menentukan orang-orang yang ada pada daerah dengan cara sampling juga.. teknik ini digambarkan seperti pada gambar berikut:
2. Non-probability Sampling
Non-probability sampling merupakan teknik penarikan sampel yang memberi peluang /kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel. Teknik sampling ini meliputi:
a. Sampling Sistematis
Teknik sampling ini merupakan teknik penarikan sampel dengan cara penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Sebagai contoh jumlah anggota populasi sebanyak 200 orang. Anggota populasi diberi nomor urut dari no 1 sampai nomor 200. Selanjutnya pengambilan sampel dilakukan dengan memilih nomor urut ganjil, atau genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, seperti bilangan 5 dan lainnya.
b. Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik penarikan sampling dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai pada jumlah (quota) yang diinginkan. Sebagai contoh akan melakukan penelitian terhadap pegawai golongan II pada suatu instansi, dan penelitian dilakukan secara kelompok. Jumlah sampel ditetapkan 100 orang sementara penelitian sebanyak 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas dengan karakteristik yang telah ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.
c. Sampling Aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel, berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila orang yang ditemukan pada waktu menentukan sampel cocok dengan yang diperlukan sebagai sumber data.
d. Purposive Sampling
Purposive sampling, adalah teknik penarikan sampel yang dilakukan untuk tujuan tertentu saja. Misalnya akan melakukan penelitian tentang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja.
e. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penarikan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah npopuloasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain dari sampling jenuh ini adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
f. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penarikan sampel yang mula-mula dilakukan dalam jumlah kecil (informan kunci) kemudian sampal yang terpilih pertama disuruh memilih sampel berikutnya, yang akhirnya jumlah sampel akan bertambah banyak seperti bola salju yang bergelinding makin lama makin besar.
g. Sampling Seadanya
Merupakan pengambilan sampel sebagian dari populasi berdasarkan seadanya data atau kemudahannya mendapatkan data tanpa perhitungan apapun mengenai derajat kerepresesntatipannya. Dalam pembuatan kesimpulan masih sangat kasar dan bersifat sementara.
h. Sampling Purposif (sampling pertimbangan)
Sampling purposif dikenal juga dengan sampling pertimbangan, terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti. Sampling purposif akan baik hasilnya di tangan seorang akhli yang mengenal populasi. Cara penarikan sampel ini sangat cocok digunakan untuk studi kasus.
Menentukan Jumlah Sampel. Untuk dapat menentukan dengan tepat banyaknya jumlah subyek penelitian yang harus diambil, paneliti harus mengetahui terlebih dahulu apa yang menjadi unit analisis dari penelitian. Unit analisis atau satuan subyek yang dianalisis sangat tergantung pada siapa yang diteliti. Apabila penelitian tentang siswa maka sebagai unit analisis adalah siswa.
Besarnya jumlah sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang meakili 1oo% populasi adalah sama dengan jumlah populasi. Makin besar jumlah sampel mendekati jumlah populasi maka peluang kesalahan dalam melakukan generalisasi akan semakin kecil, dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel penelitian maka diduga akan semakin besar kemungkinan kesalahan dalam melakukan generalisasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan besarnya sampel adalah sebagai berikut: a) Unit analisis, b) Pendekatan atau model penelitian, c) Banyaknya karakteristik khusus yang ada pada populasi, dan d) Keterbatasan Penelitian.
Untuk jumlah subyek dalam populasi sebanyak 100 sampai 150 subyek, maka jumlah sampel yang diambil sebanyak lebih kurang 25-30%. Besarnya sampel juga diambil dengan menggunakan rumus Cohran sebagai berikut:
C. Pre-Test dan Post-Test
Pre-test dan post-test berhubungan dengan metode penelitian evaluasi. Metode evaluasi adalah metode penelitian yang digunakan dalam suatu penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan suatu program, baik program yang spesifik berhubungan dengan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) (Human Resource Development/HRD), maupun program Pembangunan Masyarakat (PM) (Community Development) secara umum. Penelitian yang menggunakan metode ini disebut dengan penelitian evaluasi (evaluation research). Dalam sebagian literatur, penelitian evaluasi disebut dengan penelitian tindakan (action research), karena hasil penelitiannya langsung ditindaklanjuti atau diterapkan oleh para pihak yang berkepentingan, terutama para pembuat kebijakan (policy makers), yang sering kali baik secara langsung maupun tidak, mendanai proyek penelitian yang bersangkutan.
Penelitian evaluasi dilakukan dengan beberapa tujuan yang biasanya dapat dikategorikan kepada dua kategori: (1) untuk meningkatkan proses pelaksanaan program (pembinaan SDM atau program lainnya), atau (2) untuk memutuskan apakah program tersebut diteruskan atau dihentikan. Secara lengkap tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah program yang dilaksanakan mencapai tujuan yang ditargetkan atau tidak;
2. Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang terdapat dalam proses pelaksanaan suatu program;
3. Untuk menentukan rasio antara dana yang dikeluarkan dan hasil yang dicapai dalam pelaksanaan suatu program;
4. Untuk menentukan siapa yang seharusnya terlibat dalam pelaksanaan program tersebut pada masa yang akan datang;
5. Untuk menguji validitas dan kejelasan tes-tes, pertanyaan-pertanyaan, dan latihan-latihan yang diberikan dalam pelaksanaan suatu program terutama program latihan;
6. Untuk mengidentifikasi peserta pelatihan dari kelompok mana yang paling mampu dan paling tidak mampu menyerap program latihan;
7. Untuk menekankan kembali hal-hal yang dinilai lebih penting mendapat-kan perhatian dari para peserta latihan;
8. Untuk mengumpulkan data yang dapat membantu dalam memasarkan/ mengusulkan program pada masa yang akan datang;
9. Untuk menentukan apakah program yang dilaksanakan itu tepat atau tidak; dan
10. Untuk membangun suatu bank data yang dapat membantu managemen dalam membuat keputusan.
Sedikitnya terdapat 13 langkah yang harus ditempuh dalam melakukan penelitian evaluasi. Ketiga belas tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Melakukan studi pendahuluan;
b. Mengidentifikasi tujuan evaluasi sementara;
c. Menyusun data awal;
d. Memilih model pendekatan yang akan digunakan;
e. Menentukan strategi evaluasi;
f. Menyempurnakan tujuan penelitian;
g. Menghitung dana yang diperlukan;
h. Menyusun jadwal waktu penelitian;
i. Menyiapkan dan mempresentasikan proposal penelitian;
j. Merumuskan atau menentukan alat pengumpul data;
k. Mengumpulkan data;
l. Menganalisis dan menafsirkan data; dan
m. Mengkomunikasikan hasil penelitian.
Sebagai contoh, sebelum evaluasi terhadap pelaksanaan suatu pelatihan penelitian dilakukan, peneliti harus sudah punya data minimal tentang dan keadaan para peserta pelatihan sebelum mengikuti program. Data tersebut diperoleh melalui pre-test. Artinya, test yang dilakukan terhadap calon peserta pelatihan sebelum mengikuti proses pelatihan. Data ini diperlukan untuk kemudian dibandingkan dengan data yang diperoleh dari peserta pelatihan setelah mereka mengikuti program pelatihan yang dikumpulkan melalui post-test, yaitu test yang ddilakukan kepada peserta pelatihan setelah mengikuti kegiatan pelatihan. Dengan membandingkan dua set data tersebut (hasil pre-test dan post-test), maka evaluator bisa memperoleh gambaran tentang progress atau regress atau status quo yang dimiliki para peserta.
Pre-test dan post-test hanya merupakan salah satu teknik untuk mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan suatu program. Masih banyak teknik lain yang dapat digunakan diantaranya adalah:
1. Feedback dari peserta pelatihan;
2. Feedback dari pihak luar;
3. Follow-up dari peserta pelatihan;
4. Audit rencana kerja;
5. Kinerja jangka pendek;
6. Evaluasi Ex post facto; dan
7. Simulasi pekerjaan.
D. Kuesioner
Kuesioner adalah salah satu instrumen pengumpul data dalam penelitian, atau disebut juga daftar pertanyaan (terstruktur). Kuesioner ini biasanya berkaitan erat dengan masalah penelitian, atau juga hipotesis penelitian yang dirumuskan. Ia disebut juga dengan istilah pedoman wawancara (interview schedule), namun kita akan menggunakan istilah generiknya yaitu kuesioner.
1. Syarat-syarat membuat kuesioner:
a. Relevansi kuesioner: Relevansi pertanyaan dengan tujuan studi, relevan pertanyaan dengan responden secara perorangan.
b. Relevansi pertanyaan dengan studi: betul
c. Relevansi pertanyaan dengan responden: betul.
2. Kegagalan dalam membuat kuesioner:
a. Membuat pertanyaan ganda: Jangan menanyakan dua masalah dalam satu pertanyaan. Contoh, apakah anda sering menyobek buku di perpustakaan selagi tidak ada pengawas yang melihatnya; dan apakah anda juga sering mencoreti buku milik perpustakaan untuk kepentingan penjelasan secara khusus?.
b. Pertanyaan yang mengarahkan: Hindari bentuk pertanyaan seperti ini. Contoh, menurut presiden, kita harus mengencangkan ikat pinggang dalam menghadapi krisis ekonomi yang berkepanjangan ini. Anda setuju, bukan? Pertanyaan seperti ini biasanya dijawab secara langsung dengan kata ‘setuju’. Bisa dibayangkan bahwa jika semua pertanyaan dijawab dengan setuju.
c. Pertanyaan sensitif: Hati-hati dengan pertanyaan sensitif seperti contoh berikut: Anda pernah melakukan onani? Anda pernah melakukan hubungan seks sebelum nikah? Pertanyaan jenis ini termasuk kategori sensitif, bahkan kurang ajar.
d. Pertanyaan yang menakut-nakuti: Di daerah ini sering terjadi perampokan dan penodongan di malam hari. Bisa Anda sebutkan orangnya? Atau, Anda tentu mengetahui peristiwa pembunuhan yang terjadi beberapa waktu lalu di daerah ini, karena andalah yang paling dekat dengan tempat kejadian perkara (TKP). Kami datang untuk menyelidikinya, oleh karena itu tolong jawab dengan sejujurnya pertanyaan-pertanyaan kami.
3. Kuesioner tertutup dan terbuka
Ada dua jenis pertanyaan dalam kuesioner, yakni pertanyaan tertutup, terbuka, dan gabungan tertutup dan terbuka. Pertanyaan dengan jawaban terbuka adalah pertanyaan yang memberikan kebebasan penuh kepada responden untuk menjawabnya. Di sini peneliti tidak memberikan satupun alternatif jawaban. Sedangkan pertanyaan dengan jawaban tertutup adalah sebaliknya, yaitu semua alternatif jawaban responden sudah disediakan oleh peneliti. Responden tinggal memilih alternatif jawaban yang dianggapnya sesuai.
a. Kuesioner dengan jawaban tertutup. Beberapa keuntungannya untuk kuesioner ini adalah sebagai berikut: (1) jawaban-jawaban bersifat standar dan bisa dibandingkan dengan jawaban orang lain; (2) jawaban-jawabannya jauh lebih mudah dikoding dan dianalisis, bahkan sering secara langsung dapat dikoding dari pertanyaan yang ada, sehingga hal ini dapat menghemat tenaga dan waktu; (3) responden lebih merasa yakin akan jawaban-jawabannya, terutama bagi mereka yang sebelumnya tidak yakin; (4) jawaban-jawaban relatif lebih lengkap karena sudah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti; dan (5) analisis dan formulasinya lebih mudah jika dibandingkan dengan model kuesioner dengan jawaban terbuka. Meskipun demikian, ada juga kelemahannya, yakni: (1) sangat mudah bagi responden untuk menebak setiap jawaban, meskipun sebetulnya mereka tidak memahami masalahnya; (2) responden merasa frustrasi dengan sediaan jawaban yang tidak satu pun yang sesuai dengan keinginannya; (3) sering terjadi jawaban-jawaban yang terlalu banyak sehingga membingungkan responden untuk memilihnya; (4) tidak bisa mendeteksi adanya perbedaan pendapat antara responden dengan peneliti karena responden hanya disuruh memilih alternatif jawaban yang tersedia.
b. Kuesioner dengan jawaban terbuka. Keuntungannya antara lain adalah: (1) dapat digunakan manakala semua alternatif jawaban tidak diketahui oleh peneliti, atau manakala peneliti ingin melihat bagaimana dan mengapa jawaban responden serta alasan-alasannya. Hal ini sangat baik untuk menambah pengetahuan peneliti akan masalah yang diutarakannya; (2) membolehkan responden untuk menjawab sedetil atau serinci mungkin atas apa yang ditanyakan peneliti. Dalam hal ini pendapat responden dapat diketahui dengan baik oleh peneliti.
c. Kuesioner dengan jawaban tertutup dan terbuka (gabungan): Untuk menjembatani kekurangan-kekurangan seperti tadi, maka sering digunakan pertanyaan model gabungan antara keduanya. Dengan model tertutup dan tebuka, semua kekurangan seperti tadi bisa diatasi. Misalnya dalam satu pertanyaan, disamping disediakan alternatif jawaban oleh peneliti, juga perlu disediakan alternatif terbuka (e. ... ) untuk diisi sendiri oleh responden sesuai dengan pendapatnya secara bebas. Dalam mengolah data untuk model terakhir ini, bisa dilakukan pengelompokan ulang atas semua jawaban responden pada alternatif terbuka tadi. Atau bisa juga peneliti melihat ulang apakah jawaban responden yang terakhir itu sebenarnya sudah termasuk ke dalam salah satu alternatif jawaban yang tersedia. Jika ternyata jawabannya sama dengan salah satu alternatif jawaban yang tersedia namun dalam bahasa yang berbeda, peneliti bisa menganggapnya sebagai jawaban seperti pada alternatif yang tersedia tadi. Contoh sebuah pertanyaan sederhana dengan alternatif jawabannya: Tujuan Anda berkunjung ke perpustakaan adalah: (1) mengerjakan tugas-tugas akademik; (2) mencari informasi akademik untuk kepentingan tugas dari dosen; (3) menambah wawasan; (4) … menambah pengetahuan. (Responden menjawab dengan tulisan sendiri pada alternatif yang terbuka ini). Kita bisa melihat bahwa sebenarnya jawaban responden tersebut sama atau hampir sama dengan alternatif nomor (3) menambah wawasan.
4. Susunan pertanyaan
Ada aturan umum dalam menyusun urutan pertanyaan yang dibuat, meskipun tidak mutlak, yakni sebagai berikut:
a. Pertanyaan sensitif dan pertanyaan model jawaban terbuka sebaiknya ditempatkan di bagian akhir kuesioner.
b. Pertanyaan-pertanyaan yang mudah sebaiknya ditempatkan pada bagian awal kuesioner.
c. Susunlah pertanyaan dengan pola susunan yang saling berkaitan satu sama lain secara logis.
d. Susunlah pertanyaan sesuai dengan susunan yang logis, runtut, dan tidak meloncat-loncat dari tema satu ke tema yang lain.
e. Jangan gunakan pasangan pertanyaan yang mengecek reliabilitas. Misalnya, setujukah Anda terhadap aborsi? Sementara itu di tempat lain, ada pertanyaan, tidak setujukan Anda terhadap aborsi?
f. Gunakan pertanyaan secara singkat dan jelas, tidak bertele-tele.
5. Pertanyaan kontingensi
Maksudnya adalah bentuk pertanyaan yang masih ada kelanjutannya. Misalnya, Anda pernah mabuk? Jika pernah, bagaimana rasanya? Jenis pertanyaan seperti ini dimungkinkan adanya, namun harus berpatokan kepada kemungkinan adanya hubungan tertentu antara tema yang satu dengan tema yang lain. Selain itu, jawaban-jawaban dari responden atas pertanyaan lanjutan ini akan sangat membantu memperdalam wawasan peneliti.
6. Kata pengantar kuesioner
Kata pengantar dalam kuesioner banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan kuesioner tersebut. Kata-kata yang digunakan juga sangat mempengaruhi responden dalam menjawabnya. Misalnya, kata pengantar yang kasar tentu tidak akan mendapat simpati responden, bahkan mungkin ditolak.
Karena itu, disarankan, gunakan kata-kata yang sopan, wajar, menghormat, dan jangan terlalu panjang. Cukuplah misalnya, beberapa kalimat pengantar, tujuan, dan ucapan terima kasih atas kesediaan responden untuk menjawabnya.
7. Uji coba instrumen (kuesioner)
Kuesioner harus dicoba. Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, ujicobakanlah lebih dahulu kepada sejumlah kecil responden. Ini gunanya untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur dimaksud. Selain itu, ini juga bisa digunakan untuk mengetahui kemungkinan diterima atau ditolaknya hipotesis yang telah dirumuskan. Selain itu, jika ternyata dalam uji coba ini terdapat banyak kesalahan, maka peneliti bisa mengubah atau menyempurkannya.
E. Analisis Data
Analisis data: Kualitatif dan Kuantitatif
1. Analisis data kualitatif
Suatu proses yang meliputi pereduksian data, penyajian data, penarikan generalisasi dan melakukan verifikasi.
Reduksi data
Suatu proses pemilihan, pengelompokkan, penyederhanaan, pengabstrakkan dan transformasi data “kasar” dari catatan-catatan lapangan.
Penyajian data
Mengemukakan sekumpulan informasi secara sistimatis yang memungkinkan ditarik kesimpulan dan dilakukan tindakan (teks naratif).
Penarikan generalisasi dan verifikasi
Penarikan generalisasi
Proses pemaknaan yang umum terhadap simbol-simbol, pola-pola, penjelasan-penjelasan, bentuk-bentuk, alur sebab akibat, dan proposisi-proposisi yang ditemukan.
Verifikasi
Meninjau ulang generalisasi yang telah dirumuskan dengan cara melihat kembali catatan-catatan penelitian dan menguji kebenaran, kekokohan dan kecocokan/ketidakcocokan generalisasi yang dirumuskan dengan cara menghubungkan dengan generalisasi-generalisasi (teori jika sudah teruji) penelitian lain (menghubungkan temuan dengan teori yang sudah ada) (theoretical verification, testing, construction) (Gb. 1)
Masa pengumpulan data
-----------------------------------
Reduksi data
____________________________________________
Antisipasi Selama Pasca
Penyajian data
_________________________________ = Analisis
Selama Pasca
Generalisasi dan verifikasi
_________________________________
Selama Pasca
=======================================================
Gambar 1: Proses analisis data kualitatif.
2. Analisis data kuantitatif
Suatu proses yang meliputi pereduksian data, pengolahan (computing/manual), penyajian data, interpretasi data, penarikan generalisasi dan melakukan verifikasi.
Reduksi data
Suatu proses pemilihan, pengelompokkan dan pengkodeuan data.
Pengolahan data
Secara manual atau menggunakan computer (beberapa teknik analisis kuantitatif, lihat Tabel 1)
Tabel 1
Beberapa Teknik Analisis Kuantitatif
Techniques of Analysis | ||
Univariate | Bivariate | Multivariate |
1. Frequency distribu- Tions | 1. Crosstabulations 2. Scattergrams 3. Regression 4. Rank order corre- lation 5. Comparison of means | 1. Conditional tables 2. Partial rank order correlation 3. Multiple and partial correlation 4. Multiple and partial regression 5. Path analysis |
Descriptive dan Inferential Statistics
Descriptive statistics
Adalah angka yang meringkas pola respon responden yang dijadikan sampel. Ia memberikan informasi seperti rata-rata pendapatan atau apakah tingkat pendidikan mempengaruhi pendapatan orang yang dijadikan sample atau tidak.
Inferential statistics
Adalah angka yang memungkinkan kita untuk menerapkan pola respon sample kepada populasi (khusus untuk variabel interval/rasio).
Descriptive statistics dalam univariate analysis
Tabel frekuensi: dapat diterapkan dalam semua jenis variable.
(N + Prosentase):
f P= Angka prosentase yang dicari
P = ___ x 100 f= frekuensi jawaban responden
N n= jumlah sampel
Yang khusus
Untuk variabel nominal:
Kecenderungan umum: mode
Adalah respon yang paling umum.
Sebaran: rasio variasi (v)
Adalah angka yang paling mudah ditemukan (dihitung), yaitu dengan cara menghitung jumlah prosentase orang (sampel) yang tidak berada pada kelompok yang umum (mode). Semakin besar prosentase ini, semakin tidak baik baik kecenderungan umum itu menggambarkan distribusi secara keseluruhan.
Untuk variabel ordinal:
Kecenderungan umum: median
Dicari dengan cara merengking skor setiap kasus dalam distribusi dari yang rendah ke yang tinggi dalam suatu variabel dan temukan orang yang di tengah-tengah.
Sebaran: decile range (R)
Jika sebagian besar kasus dalam suatu distribusi rankingnya mendekati kategori median, maka median merupakan ringkasan yang baik bagi kelompok itu. Jika banyak kasus yang jauh dari median, maka penggunaan median sebagai ringkasan menjadi tidak baik. Semakin jauh perbedaan (range), semakin tidak tepat penggunaan median. Untuk menghilangkan pengaruh tidak baik dari kasus yang nyeleneh, kita dapat menghilangkan 10 % kasus dari bawah (disebut decile pertama) dan10 % kasus dari atas. Dari sisanya (80% kasus) dapat ditemukan perbedaan yang ada pada 80 % kasus. Ini memungkinkan kita untuk melihat variabilitas yang ada pada sebagian besar sampel tanpa terlalu terpengaruh oleh beberapa kasus yang nyeleneh.
R = HV – LV HV= The Highest Value
LV = The Lowest Value
Untuk variabel interval:
Kecenderungan umum: mean (C)
Ditemukan dengan cara menambahkan skor setiap kasus dalam sampel dan dibagi oleh jumlah kasus dalam sample:
X1 + X2 + X3 + … + Xn
C =
n
X1 = skor/nilai kasus pertama
Xn = skor/nilai kasus terakhir
Atau:
S X jumlah seluruh nilai atau skor
C = atau
n Jumlah kasus
Sebaran: varian dan standar deviasi
Penyajian data
Mengemukakan sekumpulan informasi secara sistimatis yang memungkinkan ditarik kesimpulan dan dilakukan tindakan (teks naratif)
Penarikan generalisasi dan verifikasi
Penarikan generalisasi
Proses pemaknaan yang umum terhadap simbol-simbol, pola-pola, penjelasan-penjelasan, bentuk-bentuk, alur sebab akibat, dan proposisi-proposisi yang ditemukan.
Verifikasi
Meninjau ulang generalisasi yang telah dirumuskan dengan cara melihat kembali catatan-catatan penelitian dan menguji kebenaran, kekokohan dan kecocokan/ketidakcocokan generalisasi yang dirumuskan dengan cara menghubungkan dengan generalisasi-generalisasi (teori jika sudah teruji) penelitian lain (menghubungkan temuan dengan teori yang sudah ada) (theoretical verification, testing, construction) (Gb. 1)
F. Penutup
Setelah membaca makalah ini, Saudara diharapkan memiliki pengetahuan yang memadai tentang populasi, sampel, pre-test, post-test, quesioner, dan analisis data sehingga menjadi bekal berguna bagi Saudara dalam melakukan penelitian. Jika harapan tersebut belum tercapai, maka Saudara disarankan untuk membaca ulang makalah ini sampai harapan itu benar-benar tercapai, supaya Saudara tidak termasuk orang-orang yang putus harapan.
DAFTAR BACAAN
Aldrich, John H. dan Forrest D. Nelson (1984), "Linear Probability, Logit, and Probit Models", Series: Quantitative Applications in the Social Sciences, Sage Publications, Beverley Hills.
Arifin, Tajul (1994), "Metode Penelitian Agama, Mimbar Studi XVI, No. 60, 55-66 (Institut Agama Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Jl. Raya Cipadung 105, Bandung 40612).
Arifin, Tajul (1997), Pengantar Studi Sosiologi, Arie and Brothers, Bandung.
Bailey, Kenneth D. (1987), Methods of Social Research, The Free Press, New York.
Belson, William A. (1986), Validity in Survey Research, Gower, England.
Burgess, Robert G. (1990), In the Field: An Introduction to Field Research, Unwin Hyman, London.
Clarke, Geoffrey M. (1980), Statistics and Experimental Desaign, Edward Arnold, London.
Cleary, Paul dan Ronald Angel (1984), "The Analysis of Relationships Involving Dichotomous Dependent Variabels", Journal of Health and Social Behaviour, 25: 334-
Crawford, C.C. (1928), The Technique of Research in Education, Houghton Mifflin Co., Boston.
de Vaus, D.A. (1990), Surveys in Social Research, Allen & Unwin, Sydney.
DeMaris, Alfred (1990), "Interpreting Logistic Regression Results: A Critical Commentary", Journal of Marriage and the Family, 52: 271-7.
Krishef, Curtis H. (1987), Fundamental Statistics for Human Services and Social Work, Harper Collins Publishers, New York.
Levin, Jack dan James Allan Fox (1991), Elementary Statistics in Social Research, Harper Collins Publishers, New York.
Madsen, Richard W. dan Melvin L. Moeschberger (1983), Introductory Statistics for Business and Economics, Prentice-Hall, New Jersey.
Morgan, S. Philipdan Jay D. Teachman (1988), Logistic Regression: Descriptive, Example, and Comparisons", Journal of Marriage and the Family, 50: 929-36.
Norusis, Marija J. (1990), SPSS Base System User's Guide, SPSS Inc. Chicago.
Phillips, Jack J. (1991), Handbook of Training Evaluation and Measurement Methods, Gulf Publishing Company, Houston.
Selltiz, Claire, Marie Jahoda, Morton Deutsch dan Stuart W. Cook (1971), Research Methods in Social Relations, Methuen & Co., Kent.
Stacey, Margaret (1970), Methods of Social Research, Pergamon Press, Oxford.
Wuthnow, Robert (Ed.) (1979), The Religious Dimension: New Directions in Quantitative Research, Academic Press, New York.
Zeller, Richard A. dan Edward G. Carmines (1980), Measurement in the Social Sciences, Cambridge University Press, London.
[1] Makalah disampaikan dalam Workshop Penelitian Dosen PTAIS Kopertis Wilayah II Jawa Barat dan Banten, di Hotel Lingga, Bandung, tanggal 15-17 Juli 2011.
sanggat membantu sekali
BalasHapushttp://blog.binadarma.ac.id/irman_effendy