Oleh Ummu Salwa
Masih ingat film Cintaku di Kampus Biru yang booming di era tahun 80-an? mungkin diantara para pembaca ada yang masih ingat jalan cerita film tersebut atau bahkan ada yang sama sekali belum pernah lihat karena belum lahir? Saya sendiri agak lupa-lupa ingat jalan ceritanya, tapi judul film itu begitu sulit dilupakan dan rasanya masih nempel terus di kepala...(jiah kaya salonpas aja..). Eh...tapi kali ini saya mau cerita tentang kisah Cinta di Kampus Syari'ah. Kampus yang terkenal dengan ilmu syar'i (ilmu agama Islam), karena hampir dua pertiga mata kuliah yang diajarkan di sana adalah ilmu agama Islam.
Dalam pandangan or kacamata masyarakat pada umumnya, yang namanya kampus bersyari'ah, pastinya orang-orangnya alim-alim dong, sholih dan sholihah, paling tidak dari cara berpakaian yang menutupi aurat, memelihara jenggot, celana gantung kaya orang kebanjiran, dan lain sebagainya...yang kelihatannya beda dari orang-orang biasanya deh..eh...maksudnya..?.emangnya kalau orang yang jenggotnya panjang, celana kebanjiran, mukanya ditutup, jilbab panjangnya 2 meter itu termasuk orang-orang yang luar biasa gitu ya..atau orang luar dunia? Coba deh tanya sama tetangga sebelah yang masih pakai baju U can see, celana jeans ketat and junkies, gayanya alay and metropolis abis.
Eit...tapi tunggu dulu...biar jenggot panjangnya 2 meter, celana kebanjiran, aurat tertutup rapat, ssttttt....mereka juga manusia biasa lho...yang pingin dicintai and mencintai..(jiah....lebay.....). Bayangkan deh, yang namanya kitab Bulughul Maram itu hafal and dilalap habis, Hadits Arbain...eh...di luar kepala, belum lagi kitab-kitab shahih lainnya, hafalannya masya Alloh..panggilannya "ustadz" booo.... Coba siapa yang ngga mau punya suami ustadz? Baru disebut ustadz aja nih, belum disebut namanya...hmmm....rasanya sejuk banget dah...serasa hidup ini adem terus, kaga ada masalah..(ck..ck...ck...)
Hah..."ustadz juga manusia"....begitu kata mereka yang menyandang gelar "ustadz" saat seorang akhwat mulai mengkritik perilaku sang ustadz. Tapi kan dia ustadz, harusnya dia bisa memberikan contoh yang baik dong, kalau ketemu akhawat masya Alloh gadhul bashar-nya (menundukan pandangan), di Face Book-nya tertulis "No Confirm For Akhawat" (eh..tapi bolak-balik ngirim pesan lewat in-box..), statusnya masya Alloh (atuh tapi ko masih bisa terfitnah sih). Apa lagi SMS-nya itu lho.. SMS merah jambu....(hiiii.....ga janji deh...).
Ukhti...Ustadz kan laki-laki, wajarlah kalau dia begitu, apa lagi umurnya mendekati masa puber (halah....pengambilan dalil yang memaksakan). Mungkin dia mau ta'addud (poligami) kali...Lha monggo kerso sih, tapi untuk yang ke berapa kali nih? Wong..Udah tiga, masa masih kurang sih (mentang-mentang sunnah-nya empat nih..). Mbok yo ingat umur tho tadz..tadz...wong rambute wis podo putih, anak'e pating keleleran, yang di Sumatera, yang di Jakarta, yang di Bogor, masih mau nambah lagi sama yang di Solo (waduh...kalau jarak rumah antara istri yang satu dan yang lainnya dikumpulin, bisa sama kaya jarak dari sabang sampai merauke kali ya...). Setiap ada akhwat yang rapet dikit, eh..dia request buat ta'addud, melalui ikhwan di kelas, dia mulai tebar pesona. Ngga tanggung-tanggung rayuannya, dari ma'isyah (pekerjaan) yang menjanjikan, sampai ma'had (pesantren) yang dia miliki disebut juga untuk menarik hati sang pujaan...Ah..Ustadz...Ustadz...Ternyata benar... kalau antum itu juga manusia...
adhunu hadza kitabah munhid^^ hhmm, ustad just human being like us.
BalasHapusNGONO YO...?
BalasHapusTabiat,kataku,tak mungkin dikebiri..
Hawa nafsu juga..sifat yang disematkan Allah kepada manusia,,
Tanpanya kita tak punya jati diri
Tanpanya juga,kita tak bisa mempertahankan diri..
Allah membuat batas..
Dia senantiasa awas..
Kepada setiap kita yang ikhlas..
Kepada setiap kita yang durhaka(s)*
Sanggupkah kita?
Lakukan sebisanya..
Benarkah kita?
Biarlah Allah yang menilai..
Jadi..siapakah kita?
Belum tentu kita tahu..
Note : durhaka(s) = durhakanya banyak..hehe