Oleh:
Aisyah As-Salafiyah
Bismillahirrahmanirrahim..
Bulan dan umur yang diberkahi, Insya Allah.
Semuanya dimulai saat siang itu, Zaenab dan Afifah berlarian
ke kamarku dan membangunkanku (yang saat itu sedang qoilulah),
“kakak, kakak.. kok tadi kakak nggak ke aula? Tadi ada pengumuman
hadiah tau buat yang hafidzah” ujar Zaenab tersengal-sengal,
“hadiah apa?” tanyaku dengan kesadaran yang belum sepenuhnya,
“hadiah buat yang hafidzah, umrah kak..”
“eh, umrah?” aku tersentak, tidak percaya,
“iya.. ada 18 orang, mereka sampai pada nangis terharu coba,
soalnya kata syaikh nya insya Allah mereka akan diberangkatkan satu atau dua
pekan lagi, tadi nama kakak juga disebut, sama kak Aisyah Humaidi juga. Ya
Allah, semoga beneran ya kak..”
Aku terdiam, oh ya aku baru ingat, tadi setelah pulang
sekolah, seluruh santriwati diperintahkan untuk berkumpul di aula karena syaikh
Fawwaz dan syaikh Jasim akan datang, biasanya akan ada pembagian snack, hadiah
atau kuis, tapi karena Qadarullah saat itu aku merasa agak demam, akhirnya aku
dan Naura memutuskan tidak ikut dan langsung pulang saja, tapi ternyata Zaenab
dan Afifah tidak, mereka ikut menghadiri acara itu.
“hehe, iya..” rasa kantukku seolah hilang tiba-tiba, kemudian
aku bangun dan menuju ruang tamu, sedangkan Zaenab keluar menemui teman-temannya,
saat itu aku masih belum percaya sepenuhnya, apakah semudah itu mendapat hadiah
umrah? Ah, tapi kalau memang rezeki, tak akan kemana, kan?
Aku berangkat sekolah siang, tapi hei, tak ada yang
memberitahuku apapun, benarkan perkataan Zaenab itu? Tapi kulihat semua
hafidzah di kelasku membawa Al-Quran, padahal siang ini tidak ada pelajarannya,
aku mulai curiga, jangan-jangan mereka akan di-tes hafalannya?
“Aisyah, anti sudah tau belum, nanti yang hafidzah semuanya
akan di tes sama syaikh Fawwaz?” sapa Habibah, temanku,
“umm, belum.. di tes?”
“iya, tadi awalnya kita kira semua yang hafidzah akan
diberangkatkan umrah, tapi ternyata setelah tes dahulu..”
“30 juz? Kapan?”
“iya, kata ust. Hariyanto (mudir pesantren kami) insya Allah
syaikh Fawwaz akan datang lagi bulan Ferbuari, tapi tadi di akhir beliau bilang
kita siap-siap aja, bisa jadi satu-dua pekan lagi di tesnya..”
‘hm’ gumamku, tersenyum dan mengangguk, pantas saja mereka
membawa mushaf dan mulai memurajaah, rupanya ada kemungkinan terburuk di tes
satu-dua pekan lagi.
Sejak hari itu, kami semua amat semangat memurajaah lebih
dari biasanya, tentu saja, siapa yang tidak mau mendapat pahala, mutqin
Al-Quran dan mendapat hadiah umrah bersama mahram gratis sekaligus hanya dengan
memurajaah hafalan? Tapi saat itu, kabar tentang kapan waktu tes-nya masih
simpang siur, ada yang bilang Februari tapi ada juga yang bilang satu-dua pekan
lagi, ya Allah, jika yang benar itu kemungkinan terburuknya bagaimana? 30 juz
dalam waktu satu-dua pekan, bisakah aku?
Tapi, no pain no gain, kan? Bagaimanapun kami tetap
memurajaah semaksimal kemampuan kami, yang penting usaha, hasilnya tawakkalkan
pada Allah.
Pagi hari, tanggal 18 Oktober 2015, kak Zahro, mas’ul tahfidz
MA mengumpulkan kami (18 orang) dan mengabarkan kami bahwa kekhawatiran kami
bukan tanpa sebab, kemungkinan terburuk itu menjadi kenyataan, tes Al-Qurannya
akan diadakan 2 pekan tepat sejak hari itu, yaitu tanggal 31 Oktober 2015.
Whoaaa, bagaimana ini? Aku saja baru memurajaah 4 juz saja, masih kurang 26 juz
lagi!
Tapi kini aku bisa mengambil hikmahnya, karena saat itu
hampir semua hafidzah memurajaah dengan sungguh-sungguh setelah sebelumnya
santai saja, di kelasku sendiri yang memiliki 10 orang hafidzah (Alhamdulillah,
I’m proud to be part of Geni-us2 ^^), tak pernah sepi dari lantunan ayat
Al-Quran dimanapun dan kapanpun, bahkan di saat istirahat ataupun menunggu guru
yang belum masuk-pun digunakan untuk murajaah, rasanya 1 detik saja begitu
berharga untuk kami.
Ok, waktu sudah ditentukan, namun siapa yang akan menge-tes
kami? Nah, tersebar lagi-lah kabar simpang siur berikutnya, ada yang bilang
ustadz Musni (Mas’ul Tahfidz Ibnu Taimiyah) sendiri, ada yang bilang beliau
dengan ditemani beberapa ustadz lain, ada yang bilang ustadz Zawawi (pimpinan
yayasan Ihya At-Turats) dan ada pula yang bilang syaikh Fawwaz langsung.
Perasaan gugup tiba-tiba menyeruak ke dalam hatiku, rasanya
aku hapir putus asa saja, sampai akhirnya ummi menguatkanku, dengan segala
lemah lembutnya, ummi berkata terisak,
“jangan takut nak, jangan pernah takut.. karena Allah selalu
bersamamu, kedua malaikat-Nya selalu di sisimu, dan doa ummi selalu
menyertaimu”. Subhanallah, mendengar motivasi kuat dari umi, aku-pun bangkit,
aku tak akan menyerah, seorang muslim apabila melakukan sesuatu, ia akan
memaksimalkannya, maka begitupula aku.
6 hari sebelum hari H, aku dan Hilyah memutuskan untuk
latihan tes-tesan hafalan setiap hari 6 juz, hari pertama juz 26-30, hari kedua
juz 1-5, hari ketiga juz 6-10, hari keempat juz 11-15 dan hari kelima juz
16-20, sisanya dibaca sendiri di hari keenam (hari Jumat). Tapi, karena memang
waktunya memang tidak lama, aku belum sempat memurajaah juz 13-20, jadi di hari
kelima, aku hanya di tes juz 11 dan 12 saja, begitupun Hilyah. Pada hari Jumat,
kuusahakan memurajaah juz 13-15, namun aku tidak bisa, sampai malam hari, aku
hanya mendapat 1 juz saja yaitu juz 13 karena memang surat Ar-Ra’d dan Al-Hijr agak
sulit, tapi aku memohon kemudahan kepada Allah, akhirnya aku-pun hanya bisa
bertawakkal saja.
Keesokan harinya, kurang lebih pukul 6 pagi, kak Zahro
menelpon, ummi yang menerima, ternyata ia mengabarkan bahwa tes-nya
dilaksanakan di masjid banat pukul 07.15 pagi! Ya Allah, cepat sekali.. hatiku
berdegup seketika, Ya Allah, permudahlah aku..
Dengan segenap kekuatan, aku berangkat ke banat, setelah
menunggu beberapa saat, tes Al-Quran pun dimulai pukul 08.00 dengan ustadz
Musni sendiri! Alhamdulillah. Saat pengocokan urutan maju, aku mendapat no. 10
dari 18 orang, berikut urutannya kalau aku tak salah :
1.
Kak
Aisyah KS
2.
Hilyah
3.
Hasna
4.
Sasa
5.
Sofi
6.
Aisyah
Humaidi
7.
Kak
Irnis
8.
Habibah
(Adinda)
9.
Kak
Athifah
10.
Aisyah
As-Salafiyah
11.
Kak
Nurfatria
12.
Dhifya
13.
Mutiara
14.
Kak
Zahro
15.
Kak
Mubasyiroh
16.
Zaki
Zahro
17.
Aisyah
Rohimah
18.
Rosyida
Di tes itu, kami mendapat 5 soal, aku sendiri mendapat :
1.
Juz
2 surat Al-Baqarah (lancar)
2.
Juz
7 surat Al-An’am (lancar tapi ada yang salah)
3.
Juz
15 surat Al-Isra (aku menjawab tapi tersendat-sendat dan banyak salah, he.. juz
15 kan belum sempat kumurajaah meski sudah dibaca)
4.
Juz
26 surat Muhammad (lancar tapi ada yang salah)
5.
Juz
29 surat Nuh (lancar)
Aku sadar aku tidak selancar teman-teman yang lain, tapi
bismillah.. paling tidak aku sudah mencoba semampuku, soal lulus atau tidak,
aku tawakkalkan pada Allah.
Oya, saat itu aku tidak sadar bahwa ummiku menyimakku saat
aku maju. Seselesainya, ummi baru mengatakannya padaku.
Saat itu ummi memberitahuku, bahwa sebelum jiddah (nenek)ku
meninggal beberapa bulan lalu, beliau sempat mendoakan agar anak-anak dan
cucu-cucunya menjadi juara dan bisa umrah semua. Tabarakallah, insya Allah di
akhir tahun ini 3 orang anggota keluarga besar St. Sjamsuddin (kakekku) akan
umrah, ummi berharap aku menjadi orang keempatnya. Ummi juga mengingatkanku
bahwa bulan depan (November) aku akan menginjak usia 17 tahun, aku akan menjadi
semakin dewasa.. ummi meminta maaf karena beliau bilang beliau belum bisa
memberi apa yang dapat membuatku senang, saat itu yang kupikirkan hanyalah, ‘Ya
Allah.. apa yang ummi katakan? Bukankah seharusnya aku yang meminta maaf
padanya?’. Ummi melanjutkan, ummi hanya bisa mendoakan semua yang terbaik
untukku. Ummi sangat ingin usia 17 tahunku ini akan dimulai dengan kebaikan,
yaitu dengan mutqinnya hafalan Al-Quranku, Aamiin ya Allah..
1 November 2015, aku mengawali pagi dengan riang, Masya
Allah, benar kata ummi.. dalam kurang dari sebulan ini, aku akan semakin
dewasa, ajalku akan semakin dekat, waktuku akan semakin berkurang. Pagi itu,
aku datang ke halaqah (aku membimbing halaqah 4) dan disambut dengan ceria oleh
semua anak-anak (halaqah)ku, mereka menanyakan tentang tes-ku kemarin dan
mendoakan kelulusanku.. selain itu, salah satu dari mereka yang bernama Ayu
yang tanggal dan bulan lahirnya sama denganku menyapaku, “kakak, 25 hari lagi
kita naik umur, kak..” ia tersenyum begitu indah, ah ya.. 25 hari lagi, bulan
November ini akan diberkahi, insya Allah.
Malam harinya, kak Zahro mengabari kami bahwa setelah Isya’
kami (18 orang) akan berkumpul karena insya Allah ustadz Musni akan mengumumkan
kelulusan kami. Aku gemetar, Ya Allah.. luluskanlah aku.. ijabahkanlah doa
nenekku dan orang-orang tersayang di sekitarku, Ya Allah.. izinkanlah aku
mengunjungi Baitulllah Ya Rabb..
Setelah Isya, aku datang kembali ke masjid, aku bertemu
dengan Aisyah Humaidi (kami sama-sama non asrama), kami berbincang sebentar
sampai teman-teman yang lain berkumpul. Tak berapa lama, ustadz Musni datang
dan memulai pengumumannya dengan bismiilah dan salam lalu membagikan snack agar
kami tidak tegang, kemudian beliau mengingatkan kami tentang Iman pada takdir,
tentang rezeki Allah, tentang kesungguhan, dan banyak hal. Selesai itu semua,
beliau mulai mengumumkan siapa saja yang lulus, aku tertunduk.
Beliau mengatakan ada 4 orang yang lulus, yaitu kak Zahro,
kak Aisyah KS, Hilyah dan Rosyida.. aku langsung lemas, ‘ya, aku tau mereka
semua jauh lebih lancar daripadaku..’ ujarku akhirnya.
“dan setelah melobi-lobi ustadz Zawawi, akhirnya kami
memutuskan menambah 3 orang lagi.. yaitu Sasa, Athifah dan Aisyah As-Salafiyah”
Aku mendongak, kaget. “e, eh.. namaku?” aku terperangah tak
percaya, benarkah yang barusan disebut itu namaku? Apakah aku tidak salah
dengar? Aku bahkan tak terlalu memperhatikan apa saja yang dikatakan ustadz
Musni selanjutnya,
“Sasa, siapa 3 orang tadi?” tanyaku pada Sasa yang kebetulan
ada di samping kananku,
“anti, ana sama kak Athifah..” jawabnya mantap,
Yasmin (Mutiara) yang ada di sebelah kiriku, tiba-tiba
menggenggam tanganku,
“Ais, selamat ya.. nanti ana nitip doa ya..” ujarnya,
“i..iya..” balasku salah tingkah.
Setelah bubar, aku mengejar Sasa lagi, sungguh aku masih
belum percaya..
“Sa, tadi.. itu benar namaku? Barangkali Aisyah yang lain..”
“bener kok, iya kan, kak Aisyah?” iya menoleh pada kak Aisyah
KS,
“hu-um..” kak Aisyah KS mencubit pipiku.
Aku pulang bersama Aisyah Humaidi, sesampainya di rumah, aku
hanya diam, lemas, aku tak tau harus bilang apa..
“gimana, Syah?” tanya ummi,
Aku hanya bisa menceritakan semuanya, kemudian ummi
memelukku, menangis di bahuku, “Masya Allah, doa jiddah terkabul, Syah..” ujar
ummi lirih.
Masya Allah, Tabarakallahu Ta’ala.
Sungguh amat benar perkataan-Nya, bahwa Ia mampu memberi
rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Aku sendiri tak pernah menyangka
bahwa aku dapat melaksanakan umrah di awal usia 17 tahunku nanti, Subhanallah.
Siapa yang menyangka, doa jiddahku akan terkabul begitu cepat? Insya Allah yang
akan menemaniku sebagai mahram nanti adalah pamanku, itu berarti 5 anggota
keluarga besar kami akan umrah di penghujung tahun 2015 ini, semoga yang lain
dapat menyusul.
Ini adalah karunia dari Rabb-ku dan aku tak akan
menyia-nyiakannya, Insya Allah. Aku akan terus berusaha memutqinkan hafalan
Al-Quranku, bukan.. bukan untuk mendapat ganjaran duniawi. Meski aku percaya,
siapapun yang mengejar akhirat, dunia akan mengerjarnya, tapi demi meraih
keridhaan Allah agar aku mendapat nikmat terbesar, yaitu melihat wajah-Nya,
Aamiin Allahumma Aamiin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...