Oleh: Abd Misno Mohd Djahri
“Menjadi tua itu adalah takdir
Allah Ta’ala, tetapi menjadi dewasa itu adalah pilihan”, istilah ini sering
sekali kita dengar yang maknanya membedakan antara usia dan kedewasaan. Memang
tua itu pasti akan terjadi, tetapi kedewasaan terkadang tidak datang bersamaan
dengan bertambahnya usia. Maknanya bahwa belum tentu orang yang bertambah
usianya akan semakin dewasa. Karena dewasa itu perlu latihan dan pembiasaaan.
Pemahaman mengenai dewasa sendiri
banyak ragamnya, masing-masing orang bisa menafsirkan sesuai dengan pendapatnya
masing-masing. Ada yang berpendapat bahwa dewasa itu mampu untuk mengelola
emosinya, melihat sesuatu dengan lebih komprehensif serta menyikapi segala hal
dengan pertimbangan yang matang.
Semua pemahaman tersebut bisa jadi
benar karena menggunakan perspektif yang berbeda-beda mengenai makna
kedewasaan. Seseorang yang berfikir dewasa akan lebih mampu untuk mengendalikan
emosinya, jika pada masa anak-anak, remaja dan menjelang usia 40-an seseorang
cenderung mudah tersulut emosinya maka ketika beranjak dewasa ia sudah dapat
mengelolanya. Tidak mudah marah pada hal-hal yang sifatnya memang tidak
diperlukan, juga tidak mudah tersulut amarahnya hanya karena ucapan atau
tindakan dari orang lain yang belum tentu bermaksud untuk itu.
Karakter dewasa yang kedua adalah
melihat segala sesuatu lebih komprehensif, maknanya ketika melihat suatu
permasalahan ia melihatnya dari berbagai sudut pandang. Mempertimbangkannya
secara mendalam dan mengambil keputusan sesuai dengan pemahaman yang
komprehensif tersebut. Ia tidak tersekat ada satu perspektif, ia juga tidak
memutuskan karena hawa nafsu dan kepentingan pribadinya. Sikapnya terhadap
permasalahan yang dihadapi lebih pada mencari solusi yang bisa memberikan jalan
keuar terbaik.
Pertimbangan yang matang juga
menjadi karakter dari seseorang yang dewasa, berbagai pengalaman hidupnya
menjadi referensi dalam bersikap. Sehingga semakin banyak pengalaman hidupnya
semakin banyak referensi yang dijadikan dasar dalam menyikap sesuatu. Tentu
saja bukan sekadar pengalaman hidup, tetapi mampu mengambil pelajaran dari
setiap kejadian dalam kehidupan. Pertimbangan yang juga melibatkan hati
menjadikan setiap sikapnya lebih bijak dan tidak ada lagi unsur untuk menyakiti
atau merugikan orang lain.
Sikap zuhud terhadap dunia dan
memandangnya sebagai bekal menuju alam keabadian adalah karakter dari dewasa
yang tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai agama. Ya... agama menjadi puncak
dari kedewasaan seseorang, betapa semakin dewasa seseorang semakin dia memahami
akan hakita dari kehidupannya. Terus berusaha untuk mendekatkan diri kepada
Sang Pencipta dan ujungnya adalah tunduk patuh atas seluruh syariahNya.
Seseorang yang dewasa akan
memandang manusia sebagai manusia, bukan sebagai musuh atau penghalang dirinya.
Mereka adalah makhlukNya yang juga menginginkan kedamaia di dunia, sehingga
menempatkan posisi manusia sesuai dengan perilaku dan tindakannya adalah bukti
dari kedewasaan manusia.
Kembali ke istilah di awal tulisan,
bahwa tua adalah kepastian dan dewasa adalah pilihan maka kita saksikan orang
yang bertambah usianya dan memasuki masa-masa tua tetapi ternyata tidak bisa
bersikap dewasa. Ia masih tidak bisa mengontrol emosinya, bersikap arogan,
mudah menyalahkan orang lain, menganggap dirinya paling benar dan menyelesaikan
segala sesuatu sesuai dengan hawa nafsunya. Akibatnya sifat bijak yang
seharusnya dimiliki sebagai buah dari dewasa seringkali tidak nampak dalam
dirinya.
Oleh karena itu, mari kita terus
belajar untuk menjadi dewasa, dan agama adalah sumber dari pembelajaran agar
kita menjadi dewasa guna menyempurnakan kehidupan di dunia. Bogor Raya, Pagi
buta 14 Juni 2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...