Minggu, 14 Juni 2020

Menjadi Manusia Dewasa


Oleh: Abd Misno Mohd Djahri



“Menjadi tua itu adalah takdir Allah Ta’ala, tetapi menjadi dewasa itu adalah pilihan”, istilah ini sering sekali kita dengar yang maknanya membedakan antara usia dan kedewasaan. Memang tua itu pasti akan terjadi, tetapi kedewasaan terkadang tidak datang bersamaan dengan bertambahnya usia. Maknanya bahwa belum tentu orang yang bertambah usianya akan semakin dewasa. Karena dewasa itu perlu latihan dan pembiasaaan.
Pemahaman mengenai dewasa sendiri banyak ragamnya, masing-masing orang bisa menafsirkan sesuai dengan pendapatnya masing-masing. Ada yang berpendapat bahwa dewasa itu mampu untuk mengelola emosinya, melihat sesuatu dengan lebih komprehensif serta menyikapi segala hal dengan pertimbangan yang matang.
Semua pemahaman tersebut bisa jadi benar karena menggunakan perspektif yang berbeda-beda mengenai makna kedewasaan. Seseorang yang berfikir dewasa akan lebih mampu untuk mengendalikan emosinya, jika pada masa anak-anak, remaja dan menjelang usia 40-an seseorang cenderung mudah tersulut emosinya maka ketika beranjak dewasa ia sudah dapat mengelolanya. Tidak mudah marah pada hal-hal yang sifatnya memang tidak diperlukan, juga tidak mudah tersulut amarahnya hanya karena ucapan atau tindakan dari orang lain yang belum tentu bermaksud untuk itu.
Karakter dewasa yang kedua adalah melihat segala sesuatu lebih komprehensif, maknanya ketika melihat suatu permasalahan ia melihatnya dari berbagai sudut pandang. Mempertimbangkannya secara mendalam dan mengambil keputusan sesuai dengan pemahaman yang komprehensif tersebut. Ia tidak tersekat ada satu perspektif, ia juga tidak memutuskan karena hawa nafsu dan kepentingan pribadinya. Sikapnya terhadap permasalahan yang dihadapi lebih pada mencari solusi yang bisa memberikan jalan keuar terbaik.
Pertimbangan yang matang juga menjadi karakter dari seseorang yang dewasa, berbagai pengalaman hidupnya menjadi referensi dalam bersikap. Sehingga semakin banyak pengalaman hidupnya semakin banyak referensi yang dijadikan dasar dalam menyikap sesuatu. Tentu saja bukan sekadar pengalaman hidup, tetapi mampu mengambil pelajaran dari setiap kejadian dalam kehidupan. Pertimbangan yang juga melibatkan hati menjadikan setiap sikapnya lebih bijak dan tidak ada lagi unsur untuk menyakiti atau merugikan orang lain.
Sikap zuhud terhadap dunia dan memandangnya sebagai bekal menuju alam keabadian adalah karakter dari dewasa yang tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai agama. Ya... agama menjadi puncak dari kedewasaan seseorang, betapa semakin dewasa seseorang semakin dia memahami akan hakita dari kehidupannya. Terus berusaha untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan ujungnya adalah tunduk patuh atas seluruh syariahNya.
Seseorang yang dewasa akan memandang manusia sebagai manusia, bukan sebagai musuh atau penghalang dirinya. Mereka adalah makhlukNya yang juga menginginkan kedamaia di dunia, sehingga menempatkan posisi manusia sesuai dengan perilaku dan tindakannya adalah bukti dari kedewasaan manusia.
Kembali ke istilah di awal tulisan, bahwa tua adalah kepastian dan dewasa adalah pilihan maka kita saksikan orang yang bertambah usianya dan memasuki masa-masa tua tetapi ternyata tidak bisa bersikap dewasa. Ia masih tidak bisa mengontrol emosinya, bersikap arogan, mudah menyalahkan orang lain, menganggap dirinya paling benar dan menyelesaikan segala sesuatu sesuai dengan hawa nafsunya. Akibatnya sifat bijak yang seharusnya dimiliki sebagai buah dari dewasa seringkali tidak nampak dalam dirinya.
Oleh karena itu, mari kita terus belajar untuk menjadi dewasa, dan agama adalah sumber dari pembelajaran agar kita menjadi dewasa guna menyempurnakan kehidupan di dunia. Bogor Raya, Pagi buta 14 Juni 2020.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...