Alhamdulillah, Saya “Jelek”
Oleh: Misno
Ide tulisan ini muncul tadi pagi selepas shalat shubuh, wah jangan-jangan
pas lagi shalat kali ya ide ini muncul. Bisa jadi, tapi kayaknya setelahnya
deh…. Yang pasti saya baru bisa menuliskannya setelah sampai rumah dari masjid.
Walaupun kalau diruntut sebenarnya ide ini sudah lama terpikirkan. Ya,
Alhamdullillah segala puji bagi Allah…. Saya “Jelek”.
Seharusnya sih kata “jelek” nggak usah pakai tanda kutip karena
dikhawatirkan memiliki makna yang berbeda. Karena sejatinya ini adalah makna
yang sebenarnya, ya saya jelek. Namun khawatir justru malah tidak bersyukur
kepada Allah ta’ala jadi saya menggunakan kata “jelek” dengan tanda petik.
Artinya saya jelek menurut pandangan manusia sementara tidak jelek di pandangan
Allah ta’ala.
Pertama, mungkin saya jelek karena kulit saya hitam, ini yang pertama
walaupun sebenarnya ga hitam-hitam amat sih. Tapi namanya juga manusia ketika
melihat kulit yang gelap langsung menyebutnya hitam. Kedua karena muka saya
memenag tidak menarik, hidung saya tidak mancung alias pesek, bentuk muka juga
tidak simetris dan kurang menarik. Selain itu bentuk gigi saya juga tidak bagus
kalau tidak dibilang menjijikan karena berwarna kuning kehitam-hitaman.
Sepertinya cap jelek itu tepat sekali diarahkan kepada saya.
Tapi, jelek itu memang kalau ukurannya adalah warna kulit, bentuk muka,
dan bagian tubuh lainnya. Walaupun semua itu tidak ada maknanya di sisi Allah
ta’ala, artinya bahwa semua yang diciptakan oleh Allah itu adalah indah. Coba
saja lihat QS. At-Tiin; 4. Jelas sekali Allah menciptakan manusia dengan
sebaik-baik penciptaan. Bahkan dalam haditsnya Rasulullah bersabda bahwa Allah
tidak melihat pada rupa, bentu tubuh dan tampilan lahir manusia, yang dilihat
adalah ketakwaan dan amalannya.
Berarti saya yang “jelek” ini belum tentu jelek di hadapan Allah ta’ala.
Apalagi jika ukurannya adalah tubuh semata. Yakin dan percaya? Harus dong!
Hal yang paling penting dari saya yang “jelek” ini adalah membawa hikmah
luar bisa. Anda bayangkan ketika orang lain bangga dengan kegantengannya justru
membawa musibah baginya. Saya pernah menuliskan mengenai kisah seorang
perempuan cantik yang ingin menyeterika wajahnya yang cantik karena justru
kecantikannya menjadi fitnah baginya. Fitnah karena dia banyak disukai pria
lain padahal ia sudah menikah. Ia berharap agar wajahnya biasa saja sehingga
tidak banyak pria yang mendekati karena menyukainya.
Demikianlah dengan saya, ucapan Alhamdulillah sudah selayaknya selalu
terucapkan karena wajah dan tubuh saya yang “jelek”. Telah banyak kejadian di
sekitar saya dan saya temui langsung bagaimana “kejelekan” ini justru membawa
kebaikan. Terakhir adalah ketika saya duduk dengan seseorang yang dianggap
lebih ganteng oleh para perempuan, ternyata kegantengannya justru menarik
perhatian para wanita sehingga mengakibatkan ia terfitnah dengan pra wanita.
Bahkan saya ingat sekali dahulu di tempat kerja saya di Bekasi adalah seorang
lelaki setengah baya yang bermuka ganteng justru malah terisksa dengan
kegantengannya karena banyak wanita yang ingin selalu dekat dengannya.
Alhamdulillah, saya “jelek”, sehingga terlepas dari berbagai fitnah
wanita. Mereka tidak tertarik kepada saya karena “kejelekan” itu. Bisa
dibayangkan seandainya muka saya ganteng, pasti akan banyak wanita yang
mendekati saya, mengajak berduaan atau minimal mereka ingin selalu bersama. Naudzubillah
min dzalika….
Hikmah yang bisa diambil adalah bahwa “jelek” nya muka dan tubuh kita
sejatinya adalah hanya di mata manusia. Mereka hanya mengukur dari kegantengan
dari kulit yang putih, hidung yang mancung, muka yang menarik, tubuh yang
atletis dan tampilan luar lainnya. semua itu hakikatnya di sisi Allah ta’ala
tidak dipandang, karena yang dilihat adalah ketakwaan dan amal kebaikannya.
Bahkan tubuh yang dibangga-banggakan di dunia hakikatnya akan musnah, perlahan
ia akan menjadi tua, keriput dan tidak menarik lagi. Setelah itu ia akan
dikuburkan di tanah dan menjadi santapan cacing-cacing tanah. Setelah itu, apa
yang bisa dibanggakan? Tidak ada. Kebanggaan itu adalah ketika ketakwaan dan
amal kita bisa meraih surga dan ridhaNya.
Pasirtengah,
20 Oktober 2015
Abdurrahman
Misno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...