Minggu, 14 Agustus 2022

Agama dan Manusia di Era Digital

Oleh: Misno Mohd Djahri

 

Judul tulisan ini terlalu sering didengar dan telah banyak dibahas oleh pemikir dunia, mereka membahas mengenai manusia dan agama dalam kehidupannya. Tentu saja masing-masing pemikir memiliki kekhasan berdasarkan cara pandang, latar Pendidikan hingga latar budaya di mana masyarakatnya berada. Manusia selain sebagai makhluk sosial, juga memiliki dimensi spiritual yang memiliki ruang bagi iman dan kepercayaan. Kebutuhan akan iman dan kepercayaan pada diri manusia telah banyak pula menjadi perbincangan yang tiada akhirnya. Lantas, bagaimana sejatinya agama dan manusia di era digital ini?

Manusia sejatinya memiliki dimenasi universal yang tidak berubah selamanya, mereka butuh makan, minum, pakaian, keturunan dan kebutuhan yang sesuai dengan kemanusiaannya. Dimensi yang bersifat spiritual juga akan selalu ada kapanpun, di manapun manusia itu berada. Bahkan seorang atheis yang tidak percaya adanya Tuhan sejatinya juga meyakini keberadaan “sesuatu” yang memiliki kekuatan di luar diri manusia yang mengatur alam semesta sehingga pada saat-saat tertentu mereka akan merasa tuhan itu sejatinya ada. Namun mereka tidak mau menyembahNya atau tidak mau terikat dengan berbagai bentuk ibadah yang ada di dalam agama.

Agama sebagai bagian penting dari kebutuhan manusia jelas ada pada setiap manusia, ruang yang ada dalam jiwa dan ruh atau soul manusia adalah tempat di mana iman dan kepercayaan terhadap Tuhan akan selalu berkembang sesuai dengan pengalaman hidup manusia. Agama mengisi ruang itu dengan memberikan norma, keyakinan, ibadah dan pedoman dalam melakukan berbagai aktifitas manusia. Pada saat-saat tertentu, agama menjadi tempat pelarian dan “hiburan” dari penatnya kehidupan dunia manusia. Demikian pula ketika rasa nyaman, Bahagia dan sejahtera itu ada pada manusia, maka agama dengan dorongan dari rasa kemanusiaan akan mendorong setiap manusia untuk dapat berbagi dengan sesama dan memberi manfaat bagi semesta.

Demikianlah agama memiliki banyak fungsi bagi manusia, bagi manusia-manusia yang tidak beruntung karena harta, tahta dan kehidupan dunia lainnya maka agama menjadi “hiburan” bahwa dunia itu tidak selamanya. Ada surga dan alam akhirat yang lebih abadi dan membawa kepada kebahagiaan tiada tara yang tidak ada akhirnya. Sementara bagi mereka yang dapat “memiliki” dunia dan perhiasannya maka agama menjadi tempat untuk mengungkapkan rasa syukurnya dengan berbagai dengan sesama manusia atau memberi makna bagi semesta.

Perubahan yang terjadi di luar diri manusia semisal tekhnologi informasi dan komunikasi tidak menjadikan dimensi iman manusia ini hilang. Bahkan ia dapat berkembang seiring dengan berbagai perubahan yang ada pada dalam dan luar diri manusia. Ketika segala sesuatu dapat didapatkan oleh manusia dengan hanya membuka gadgetnya, maka agama memberikan pedoman dalam melakukan segala aktiftasnya. Demikian pula ketika tekhnologi berkembang dengan pesat sehingga segala transaksi dapat dilakukan dengan sentuhan jari saja, maka agama memberikan solusi terbaik bagi kemashlahatan manusia.

Maka, agama dalam hal ini adalah Islam menjadi bagian tidak terpisahkan dari manusia, walaupun ada orang yang menolaknya namun sejatinya dalam hati yang paling dalam ia menerimanya. Mungkin ketika kehidupannya terjatuh hingga titik nadzir, atau bahkan ketika ia berada di puncak kejayaan. Bisa juga ketika kehidupannya seolah-olah kosong dengan harapan-harapan karena bosan dengan segala hal yang terlalu terbiasa dilakukan. Agama memberi jalan keselamatan dan kemashlahatan bagi manusia. Bahkan ketika manusia seolah-olah tidak memerlukannya, karena agama adalah bagian tidak terpisahkan dari penciptaan manusia. Wallahu’alam. 14082022.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...