Oleh: Misno Mohd Djahri
Judul tulisan ini terlalu sering
didengar dan telah banyak dibahas oleh pemikir dunia, mereka membahas mengenai
manusia dan agama dalam kehidupannya. Tentu saja masing-masing pemikir memiliki
kekhasan berdasarkan cara pandang, latar Pendidikan hingga latar budaya di mana
masyarakatnya berada. Manusia selain sebagai makhluk sosial, juga memiliki
dimensi spiritual yang memiliki ruang bagi iman dan kepercayaan. Kebutuhan akan
iman dan kepercayaan pada diri manusia telah banyak pula menjadi perbincangan
yang tiada akhirnya. Lantas, bagaimana sejatinya agama dan manusia di era
digital ini?
Manusia sejatinya memiliki dimenasi
universal yang tidak berubah selamanya, mereka butuh makan, minum, pakaian, keturunan
dan kebutuhan yang sesuai dengan kemanusiaannya. Dimensi yang bersifat
spiritual juga akan selalu ada kapanpun, di manapun manusia itu berada. Bahkan seorang
atheis yang tidak percaya adanya Tuhan sejatinya juga meyakini keberadaan “sesuatu”
yang memiliki kekuatan di luar diri manusia yang mengatur alam semesta sehingga
pada saat-saat tertentu mereka akan merasa tuhan itu sejatinya ada. Namun mereka
tidak mau menyembahNya atau tidak mau terikat dengan berbagai bentuk ibadah
yang ada di dalam agama.
Agama sebagai bagian penting dari
kebutuhan manusia jelas ada pada setiap manusia, ruang yang ada dalam jiwa dan
ruh atau soul manusia adalah tempat di mana iman dan kepercayaan
terhadap Tuhan akan selalu berkembang sesuai dengan pengalaman hidup manusia. Agama
mengisi ruang itu dengan memberikan norma, keyakinan, ibadah dan pedoman dalam
melakukan berbagai aktifitas manusia. Pada saat-saat tertentu, agama menjadi
tempat pelarian dan “hiburan” dari penatnya kehidupan dunia manusia. Demikian pula
ketika rasa nyaman, Bahagia dan sejahtera itu ada pada manusia, maka agama
dengan dorongan dari rasa kemanusiaan akan mendorong setiap manusia untuk dapat
berbagi dengan sesama dan memberi manfaat bagi semesta.
Demikianlah agama memiliki banyak
fungsi bagi manusia, bagi manusia-manusia yang tidak beruntung karena harta,
tahta dan kehidupan dunia lainnya maka agama menjadi “hiburan” bahwa dunia itu
tidak selamanya. Ada surga dan alam akhirat yang lebih abadi dan membawa kepada
kebahagiaan tiada tara yang tidak ada akhirnya. Sementara bagi mereka yang
dapat “memiliki” dunia dan perhiasannya maka agama menjadi tempat untuk
mengungkapkan rasa syukurnya dengan berbagai dengan sesama manusia atau memberi
makna bagi semesta.
Perubahan yang terjadi di luar diri
manusia semisal tekhnologi informasi dan komunikasi tidak menjadikan dimensi iman
manusia ini hilang. Bahkan ia dapat berkembang seiring dengan berbagai
perubahan yang ada pada dalam dan luar diri manusia. Ketika segala sesuatu
dapat didapatkan oleh manusia dengan hanya membuka gadgetnya, maka agama
memberikan pedoman dalam melakukan segala aktiftasnya. Demikian pula ketika tekhnologi
berkembang dengan pesat sehingga segala transaksi dapat dilakukan dengan
sentuhan jari saja, maka agama memberikan solusi terbaik bagi kemashlahatan
manusia.
Maka, agama dalam hal ini adalah
Islam menjadi bagian tidak terpisahkan dari manusia, walaupun ada orang yang
menolaknya namun sejatinya dalam hati yang paling dalam ia menerimanya. Mungkin
ketika kehidupannya terjatuh hingga titik nadzir, atau bahkan ketika ia berada
di puncak kejayaan. Bisa juga ketika kehidupannya seolah-olah kosong dengan
harapan-harapan karena bosan dengan segala hal yang terlalu terbiasa dilakukan.
Agama memberi jalan keselamatan dan kemashlahatan bagi manusia. Bahkan ketika
manusia seolah-olah tidak memerlukannya, karena agama adalah bagian tidak
terpisahkan dari penciptaan manusia. Wallahu’alam. 14082022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...