Oleh: Misno Mohd Djahri
Umat Islam harus
semakin dewasa dalam menyikapi berbagai persoalan yang ada, khususnya
permasalahan internal yang terjadi dalam tubuh umat Islam. Seringkali permasalahan
yang bersifat furu’iyah menjadi akar dari berbagai persoalan hingga
konflik yang terjadi, namun tidak jarang juga karena adanya provokasi yang
menggiring opini hingga memancing reaksi umat Islam sendiri. Akibatnya konflik
antar umat Islam hanya karena perbedaan muncul ke permukaan dan tidak dapat
dihindari. Sikap ta’ashub dan fanatik golongan juga menjadi pemicu
munculnya berbagai konflik pada tubuh umat Islam. Demikian pula musuh-musuh
umat Islam khususnya media yang menyebarkan berita tidak benar hingga memancing
emosi yang memngakibatkan konflik semakin tajam. Sebagian dari mereka juga
adalah umat Islam yang karena berbagai kepentingan serta kejahilannya kemudian
menambah keruh suasana. Bagaimana dengan kasus pembangunan Masjid Imam Ahmad bin
Hanbal di Bogor? Apakah faktor-faktor ini juga ada?
Masjid Imam Ahmad
bin Hanbal atau yang biasa disingkat dengan MIAH adalah sebuah masjid yang berlokasi
di wilayah Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Sebelum pembongkaran untuk
dibangun masjid yang baru karena semakin banyak jamaah yang datang, masjid ini
sangat ramai dengan para penuntut ilmu yang mengadakan pengajian khususnya pada
akhi pekan. Jumlah yang datang sangat banyak sehingga bangunan masjid tersebut
tidak muat dan oleh pengurus masjid kemudian dibongkar untuk dibangun masjid
yang lebih luas. Namun inilah awal konflik terjadi, di mana perizinan dan administrasi
sudah dilengkapi namun beberapa orang yang memprovokasi masyarakat melarang
dibangunnya kembali masjid ini.
Perlu diketahui
bahwa Masjid Imam Ahmad bin Hanbal merupakan masjid yang dikelola dan menjadi
pusat kegiatan bagi masyarakat muslim yang mengikuti manhaj (metode)
salafusholeh atau yang biasa dikenal dengan istilah Salafi (pengikuti salaf [pendahulu
umat Islam] yang sholeh). Karakter khas dari pengajian ini adalah merujuk
kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan pemahaman salafusholeh. Mereka tidak secara
khusus memegang satu madzhab, walaupun dalam praktiknya lebih dekat kepada Madzhab
Imam Ahmad bin Hambal serta dalam keberagamaannya disesuaikan dengan sunnah Nabi
Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam dan para shahabatnya. Secara politis
mereka tidak mengikuti satu partai politik dan cenderung tidak aktif dalam
dunia parlemen, hal ini dapat dilihat dari sejarahnya yang banyak didominasi
oleh keberagamaan umat Islam di Saudi Arabi karena memang Sebagian besar
tokohnya adalah ulama-ulama besar dari Hijaz (Mekah dan Madinah).
Karakter beragama
seperti inilah yang kemudian memicu awal konflik dari beberapa orang yang tidak
suka dengan mereka, sehingga isu Wahabi dihembuskan dan memicu sentiment keberagamaan
masyarakat Islam yang beraliran tradisional. Tuduhan Wahabi menjadi senjata paling
ampuh bagi mereka dan menjadi isu paling sentral, kaum “tradisional” ini
menganggap bahwa Wahabi adalah musuh Ahlu Sunnah wal Jama’ah (ASWAJA) karena
seringkali mengkafirkan golongan lain, suka membid'ahkan umat Islam lainnya
hingga dengan menyesatkan pula. Intinya menurut mereka Wahabi adalah cara
beragama yang sangat eksklusif yang menjadi ancaman bagi keberagamaan mereka.
Pembahasan tentang
Salafi dan Wahabi sudah banyak dibahas di berbagai media, maka umat Islam harus
betul-betul memahaminya dengan benar. Jangan sampai hanya karena berbeda dalam
masalah fiqh kemudian menganggap orang lain Wahabi, demikian pula jika ada
orang yang membahas masalah sunnah atau bid’ah maka kemudian menganggapnya
sebagai wahabi. Belajar dengan sungguh-sungguh dan tidak mudah berprasangka
buruk dengan saudara muslim lainnya walaupun berbeda pandangan adalah sebuah
keniscayaan. Walaupun memang isyu wahabi muncul bersamaan dengan isu Syiah dan
Islam liberal, sehingga skala-nya memang bukan lagi regional atau nasional tapi
sudah isu internasional yang kita harus bijak dalam menyikapinya.
Kembali ke konflik
pembangunan Masjid Imam Ahmad bin Hambal yang Kembali mencuat karena pihak
pengurus masjid melanjutkan pembangunan berdasarkan surat Putusan PTUN Bandung
nomor 150/G/2017/PTUN-BDG Jo. Putusan PT TUN Jakarta Nomor 159B/2018/PT.TUN.JKT
Jo. Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung RI Nomor 93PK/TUN/2019 Jo.
Penetapan Eksekusi PTUN Bandung Nomor 150/PEN.EKS/2017/PTUN-BDG dan Putusan
PTUN Bandung nomor 32/G/2018/PTUN-BDG Jo. Putusan PT TUN Jakarta Nomor
6B/2019/PT.TUN.JKT Jo. Putusan Kasasi Mahkamah Agung RI Nomor 310/K/TUN/2019
Jo. Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung RI Nomor 154PK/TUN/2019 Jo.
Penetapan Eksekusi PTUN Bandung Nomor 32/PEN.EKS/2018/PTUN-BDG telah in kracht
van geweijsde. Namun justru kemudian pembangunan ini memicu Kembali konflik vertical
antar umat Islam hingga kemudian Walikota Bogor turun tangan dan memberhentikan
sementara pembangunan ini.
Semoga saja konflik
ini segera berakhir dan masing-masing pihak belajar untuk mawas diri, tenggang
rasa dan berusaha untuk selalu berprasangka baik kepada sesama muslim. Kejadian
ini sejatinya menjadi ironi di negeri mayoritas muslim, namun memang
demikianlah adanya. Bukan hanya di Bogor, di berbagai wilayah di Indonesia
konflik ini banyak mengemuka, ya… pola interaksi yang tidak sehat antara muslim
tradisional dan kalangan salafi yang menjadi ancaman ke depan. Masing-masing
berargumen dengan pendapatnya masing-masing, merasa paling benar dan tidak mau
disalahkan. Wahai umat Islam, sampai kapan konflik seperti ini akan berakhir? Bahkan
umat di luar Islam akan bergembira dengan konflik seperti ini. Tapi lagi-lagi
ini;ah fakta yang harus kita terima, menjadi sejarah bagi umat Islam di negeri
ini. Bahkan konflik MIAH sudah berjalan lebih dari 15 tahun, belum ada titik terang
untuk jalan keluarnya. Hingga tulisan ini dibuat pembangunan diberhentikan
karena dikhawatirkan akan memunculkan konflik yang lebih besar.
Semoga Allah ta’ala
memberikan jalan keluar terbaik untuk kasus ini, dan bagi umat Islam yang
terlibat hendaknya menahan diri dari melakukan berbagai hal yang semakin
menjadikan konflik ini semakin panas. Setiap kita punya kekurangan dan kelemahan,
maka saling memahami dan terus mempelajari Islam ini adlaah solusi bagi konflik
yang ada ini. Wallahu’alam. 02082022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...