Secara jujur kita bisa menyatakan
bahwa umat Islam saat ini tidak dalam keadaan baik-baik saja. Berbagai sendi
kehidupan umat Islam tengah menghadapi berbagai cobaan dan tantangan, dari
mulai masalah keseharian bidang fiqh yang berbeda dalam amalan hingga masalah aqidah
mengenai definisi syirik dan kebid'ahan.
Apabila diperluas lagi, maka
berbagai persoalan yang dihadapi oleh umat Islam di berbagai wilayah akan
semakin kelihatan. Dari mulai problem negeri yang mayoritas muslim hingga
minoritas yang sering sekali didzalimi. Belum lagi perseteruan antar umat Islam
karena beda negara atau budaya hingga dengan mudah diadu domba.
Begitu banyak permasalahan pada
diri umat Islam hingga banyak di antara mereka yang membuat madzhab, kelompok,
aliran dan manhaj beragama. Masing-masing membuat nama dan istilah tersendiri
untuk membedakan dengan golongan lainnya. Sebagian nama kelompok mereka lebih
populer dengan istilah yang diberikan di luar kelompoknya. Istilah Khawarij,
Syiah, Murji'ah, Jahmiyah, Mu'tazilah, Sufi dan yang lainnya adalah nama yang
melekat pada beberapa golongan umat Islam yang berasal dari luar mereka.
Sementara sebagian lainnya mencoba untuk memberikan nama sesuai dengan dasar
dari Al Qur'an dan As Sunnah, sehingga muncullah istilah Ahlu Sunnah Wal
Jama'ah atau disingkat dengan ASWAJA. Makna dari istilah ini adalah pengikut
Sunnah Nabi dan Jama'ah (kelompok) umat Islam. Permasalahan yang muncul adalah
istilah ini begitu populer dan dianggap sebagai standar kebenaran hingga banyak
orang yang menggunakan, memanfaatkan hingga memperebutkannya.
ASWAJA yang terdzalimi dalam
konteks ini adalah nama yang begitu mulia namun diperebutkan oleh banyak
golongan manusia. Hampir semua komunitas umat Islam menggunakan istilah ini
hingga Sebagian umat Islam justru bingung, “Komunitas mana yang disebut ASWAJA?”
ASWAJA yang pertama adalah Ahlu
Sunnah Wal Jama'ah dengan dasar Aqidah dari Abu Hasan Al Asy'ari yang terkenal
dengan Aqidah Asy'ariyah yang kemudian ditambahkan dengan Aqidah Maturidiyah.
Golongan ini juga menisbatkan pada Madzhab Fiqh Imam Syafii dan Tasawuf Imam Al
Ghazali. Saat ini sebagian besar umat Islam di Indonesia melalui organisasi
Islam terbesar menggunakan istilah ASWAJA sebagai karakter beragamanya.
Sebagian mereka adalah masyarakat "tradisional" yang ada di pedesaan,
walaupun saat ini banyak juga yang berpendidikan dan tinggal di perkotaan.
ASWAJA versi kedua adalah istilah
yang digunakan oleh umat Islam yang beragama dengan corak reformis (pembaharu),
sebagai kelanjutan dari pemikiran para pembaharu Islam khususnya di Timur
Tengah. Ada Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Jamaludin Al Afghani, Hasan Al Banna,
Muhammad bin Abdul Wahab dan yang lainnya. Corak ASWAJA ini menyebar melalui
para pemikir Indonesia melalui organisasi keagamaan yang bercorak modern. Tentu
saja mereka juga mengklaim sebagai Ahlu Sunnah Wal Jama'ah, sebagai kelompok
umat Islam yang sama dengan yang lainnya.
Analisis saya berikutnya adalah
pemikiran yang dibawa oleh Muhamad bin Abdul Wahab yang kemudian menamakan
dirinya Salafi, saat ini juga menggunakan istilah ASWAJA sebagai karakter beragama
mereka. Mereka seperti memisahkan diri dari pemikiran umat Islam reformis
lainnya, karena memang beberapa bagian pemikirannya berbeda, misalnya dalam
masalah politik, sikap terhadap pemerintah hingga wala dan bara.
Merujuk pada fakta ini maka
terlihat nyata bagaimana istilah ASWAJA digunakan oleh sebagian besar umat
Islam. Walaupun faktanya di antara mereka memiliki berbagai perbedaan, baik
dari sisi Aqidah, Syariah dan Muamalah. Ini fakta dan realita yang ada, salah
satu bukti bidang aqidah adalah perbedaan dalam masalah tawasul, ziarah kubur,
sesaji dan yang lainnya. Apalagi kalau sudah menyangkut istilah Sunnah dan
bid'ah, yang selalu menjadi perdebatan panjang. Dalam masalah Syariah khususnya
Fiqh lebih banyak lagi perbedaan hingga seringkali memunculkan istilah sesat,
ahli bid'ah dan lainnya. Pada bidang Muamalah yang saat ini berkembang pun
demikian, banyak pendapat dan pemahaman hingga membuat masyarakat awam menjadi
bingung.
Melihat fakta ini maka sudah
selayaknya bagi kita untuk terus belajar dan memahami Islam dengan benar.
Mengikhlaskan niat belajar agama untuk mencapai kebenaran tanpa dicampur dengan
hawa nafsu pribadi atau kepentingan golongan. Memahami Islam yang memiliki
pedoman yang jelas yaitu Al Qur'an dan As Sunnah yang sudah disepakati oleh
semua umat Islam. Kemudian Memahami fiqh dalam konteks pemikiran dan memberikan
ruang untuk berbeda dalam hal ijtihadiyah. Pada masalah Aqidah maka
harus dipahami dulu sejarah dan latar belakang dari setiap pemikiran.
Menganalisi secara mendalam setiap pemikiran aqidah yang ada, terus belajar
untuk memahami akar perbedaan dan penafsiran hingga tidak mudah menyalahkan
pihak lain, apalagi menyesatkannya.
Semoga Allah Ta'ala senantiasa
memberikan hidayah dan inayahNya, sehingga umat Islam selalu dalam lindunganNya.
Demikian juga semoga istilah ASWAJA juga dapat terimplementasi dalam kehidupan
umat Islam, hingga tidak ada yang mengklaim lebih ASWAJA dibandung dengan
kelompok lainnya. Semoga ASWAJA semakin berjaya... tapi kembali ke pertanyaan
semula "ASWAJA yang mana?"
Jawabannya akan didapatkan ketika kita terus belajar Islam dengan ikhlas tanpa
kepentingan dunia dan seisinya. Wallahu a'alam, depan Terminal Baranangsiang,
Bogor. 04082022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...