Oleh: Misno bin Mohamad Djahri
Menghadiri Islamic Book Fair di
Jakarta Convention Centre Jakarta Tahun 2022 memberikan energi baru untuk
menulis dan melihat masa depan Islam khususnya di bidang literasi. Walaupun hampir
setiap tahun hadir dalam pameran ini namun selalu ada semangat baru ketika
hadir dan menikmati suasananya. Pameran buku Islam yang telah memasuki kali
ke-20 ini memberikan pandangan baru tentang literasi khususnya setelah pandemi.
Karena saya menghadirinya pada hari biasa maka pandangan yang paling banyak
adalah anak-anak sekolah yang secara rombongan hadir dalam pameran tahunan ini.
Tapi justru ini memberi inspirasi mengenai perkembangan buku Islam dan generasi mudanya.
Pelaksanaan pameran buku ini memang
singkat yaitu dari 3-7 Agustus 2022, syukurlah saya dapat menghadirinya pada
hari kedua yaitu Kamis, 04 Agustus 2022. Hanya selang satu hari setelah
mendengar kabar berita adanya Islamic Book Fair maka saya langsung menyusun rencana
agar bisa ke sana. Sebenarnya setiap
hari kamis ada agenda rutin yaitu rapat akademik, namun pekan ini oleh pimpinan
ditukar menjadi hari Jumat. Maka ini menjadi momen istimewa untuk bisa hadir ke
sana. Tanpa diduga juga murid dan sebagai teman dari Malaysia datang ke rumah
dan silaturahmi setelah sekitar 2,5 tahun tidak berjumpa. Maka setelah ngobrol Panjang
lebar mengenai berbagai aktifitas dan kejadian di Indonesia dan Malaysia kami
merencanakan untuk datang ke Islamic Book Fair 2022.
Akhirnya pagi hari saya bersiap ke
Jakarta, menggunakan motor kesayangan saya meluncur menuju ke Terminal Baranangsiang
Bogor. Setelah menyimpan motor di tempat parkir belakang terminal, maka saya
berjalan ke depan menuju Jalan raya Pajajaran. Suasana terminal yang masih
belum berubah, bahkan di bagian belakang tampak lebih kumuh dengan bangunan
lama yang sudah mulai rapuh. Sementara di bagian depan hanya beberapa bis besar
yang jumlahnya semakin berkurang, hanya jurusan Bandung, Bekasi, Tangerang dan
Terminal Pulo Gebang Jakarta. Mungkin masih mengalami dampak pandemic hingga
terminal tidak begitu ramai dengan calon penumpang.
Setelah melewati pintu terminal
saya berjalan ke bagian barat dan melewati jembatan penyeberangan di bagian
kanan terminal. Kesempatan melewati jalan raya Pajajaran saya gunakan mengambil
video pendek untuk konten Youtube sekadar buat kenangan. Selanjutnya menuruni jembatan
penyeberangan dan menunggu di halte bis depan Gedung Alumni IPB. Insting
menikmati suasana jalan dan memperhatikan manusia tetap tidak berubah, angkot
(angkotan kota) yang berseliweran di depan halte memberikan suasana khas Kota
Bogor. Tibia-tiba seorang wanita tua mendekatiku dan berucap lirih “Pak saya ma
uke Cimahpar tapi kehabisan uang, bisa bantu gak pak” suaranya tampak memelas. Wanita
tua itu memakai pakain hitam dengan kerudung warna hitam yang sudah memudar,
dengan tas kecil di Pundak bagian kanan tampak lusuh dengan raut muka yang penuh
duka.
Entah karena saya “pelit” atau
karena tahu modus wanita tua itu maka saya hanya mengucapkan maaf tidak bisa
bantu. Kemudian Wanita itu mendekati seorang laki-laki muda yang duduk di
bagian kanan saya, tanpa banyak cakap laki-laki baik hati itu memberikan dua lembar uang 2000-an. Terdengar Wanita itu menggerutu dan bertanya ke saya “Ini
berapa ya…” katanya. Saya jawab “Itu 2000 nek”. Kemudian Wanita itu memasukan
uang itu ke dompetnya dan berjalan ke bagian kanan lagi halte mendekati seorang
laki-laki lainnya. Mungkin karena tidak mendapatkan apa yang dia inginkan
kemudian ia berjalan dan memberhentikan angkot. Nampak dia bertanya kepada
sopir angkot, namun tidak jadi naik dan mundur kembali, menyetop Kembali sebuah
angkot dan akhirnya dia naik angkot itu. Ah… mungkin saya terlalu buruk sangka atau
terlalu pelit adanya hingga tidak memberikan sepeserpun uang kepada wanita tua
itu.
Sambil menunggu teman yang bawa mobil
datang, saya mengetik dengan menggunakan Hp karena untuk membuka laptop akan
merepotkan. Alhamdulillah, selesai juga satu tulisan dengan judul “ASWAJA yang
Terdzalimi” dan saya unggah di blog saya. Tidak lama kemudian teman yang
ditunggu-tunggu datang, kemudian saya naik dan mobil meluncur cepat menuju
Jakarta. Perjalanan dihiasi dengan diskusi dan obrolan seputar buku, isu muslim
terkini hubungan Indonesia dan Malaysia hingga candaan yang membuat perjalanan
tidak terasa telah sampai ke JCC, Jakarta.
Memasuki Kawasan JCC disambut
dengan berbagai umbul-umbul yang memuat kegiatan di komplek senayan ini. Islamic
Book Fair 2022 adalah salah satu kegiatan yang mendapat tempat di kalangan umat
Islam. Saya dan teman turun tepat di depan pintu gerbang pameran, smenetara
sopir membawa mobil ke tempat parkir. Sempat mebuat video pendek di bagian
depan pameran yang sudah penuh dengan pengunjung khususnya anak-anak, kemudian
membeli tiket seharga Rp. 15.000 per orang untuk umum dan Rp. 10.000 untuk
pelajar. Sebenarnya sedikit mengganggu ketika harus membeli tiket untuk pameran
buku seperti ini, namun karena biaya sewa di JCC juga cukup mahal dan tidak
tertutupi oleh sewa konter oleh para peserta pameran maka panitia menetapkan
biaya tiket masuk. Terlihat di bagian depan beberapa tulisan yang mewajibkan
mengikuti protokol kesehatan; memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
Saya juga mengenakan masker dan Sebagian besar pengunjung di bagian depan juga
memakainya, namun ketika sudah masuk di dalam maka sebagian besar membuka
maskernya dan tidak lagi menjaga jarak. Bahkan pada lorong food court
suasananya sangat padat hingga harus berdesak-desakan untuk antri beli makanan.
Demikian pula lorong arah menuju ke tempat shalat dan tempat wudhu. Begitu banyak
pengunjung hingga di sana-sini sudah tidak ada lagi jaga jarak, bahkan banyak
yang saling berdesak-desakan.
Mayoritas dari pengunjung adalah
para pelajar yang datang secara rombongan, hal ini nampak dari pakaian seragam
yang mereka pakai. Demikian pula ada acara cerdas cermat yang antar sekolah
yang diadakan di panggung utama pameran. Nampak dari muka mereka kesan bahagia dan
menikmati pameran ini, ada yang antri makanan, berkerumun di berbagai stand penerbit
buku, ada remaja putri yang memilih-milih hijab di stand pakaian hingga yang
duduk di lantai sambil bercengkerama di antara mereka. Intinya mereka sangat
menikmati pameran buku Islam ini, selain bisa wisata literasi tentu saja dapat
keluar sekolah dan melihat banyak suasana baru di luar sekolahan.
Islamic Book Fair yang setiap tahun
diadakan memang memberikan inspirasi dan energi bagi para penulis, book
lover, pengusaha penerbitan dan insan-insan pejuang literasi di negeri ini.
Setiap tahun rombongan anak-anak datang ke pameran ini, hingga memberikan
harapan baru tentang masa depan generasi ini yang peduli dengan literasi untuk
mendapatkan ilmu dalam meniti jalan Ilahi. Banyak anak-anak, remaja dan pemuda
yang datang ke pameran buku Islam menjadi harapan di masa depan, bahwa generasi
muda Islam adalah generasi yang peduli dengan literasi. Ini tentu sangat
membahagiakan dan membawa angin segar bagi kemajuan Islam di hadapan.
Semoga Islamic Book Fair 2022 serta
pameran-pameran buku Islam selanjutnya menjadi pemantik bagi generasi muda kita
untuk cinta dengan buku, cinta dengan ilmu hingga akan menjadi generasi muda
Islam yang akan menjadi pemimpin masa depan yang cinta ilmu hingga mampu untuk
membawa nama Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Wallahu a’lam, Ahad, 07
Agustus 2022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...