Abd Misno Mohd Djahri
“Semakin tinggi sebuah pohon, maka
semakin kuat angin yang akan menerpanya”, demikianlah sebuah pepatah
mengajarkan kepada kita. Mereka yang diberi anugerah pemahaman agama yang lebih
disbanding manusia lainnya, akan mendapatkan bala, fitnah dan cobaan
yang lebih dahsyat dari manusia pada umumnya. Sebuah hadits dari Nabi Muhammad Shalallahu
Alaihi Wassalam yang diriwayatkan oleh Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in-
dari ayahnya, ia berkata,
يَا رَسُولَ
اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
“Wahai Rasulullah, manusia manakah
yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab,
« الأَنْبِيَاءُ
ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ
كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ
عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى
عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
“Para Nabi, kemudian yang
semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi
agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula
ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas
agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan
di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” HR. Thirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad
dan Ad-Darimi.
Merujuk pada riwayat ini maka jelas
sekali bahwa para Nabi, kemudian orang-orang yang menjadi pewarisnya (ulama)
adalah yang cobaannya paling berat dibanding orang awam pada umumnya. Tokoh agama
berada di bawahnya sesuai dengan ilmu dan derajat yang dimilikinya. Seperti para
Nabi dan Ulama, mereka juga mendapatkan cobaan hidup yang lebih dahsyat dari
manusia pada umumnya. Cobaan ini bisa berasal dari dalam dirinya berupa hawa
nafsu dunia yang terus menggodanya, juga yang berasal dari luar dirinya semisal
pasangan, anak, keluarga, tetangga dan hal-hal lain di sekitarnya.
Tokoh agama adalah mereka yang
memiliki pemahaman, kemampuan dan pengamalan agama yang lebih dibandingkan
dengan manusia pada umumnya. Mereka biasa dipanggil ulama, ustadz, kyai,
ajeungan, tuan guru dan gelar-gelar kehormatan lainnya. Sebagaimana manusia
pada umumnya, mereka juga diberikan bala’ (cobaan) oleh Allah Ta’ala
sesuai dengan tingkat keimanannya. Semakin tinggi agamanya semakin dahsyat
godaan yang akan menimpanya, baik yang berasal dari luar dirinya, ataupun dari
dalam yang berupa hawa nafsu dunia yang terus menggodanya.
Berbagai bentuk dari godaan dari
dalam diri tokoh agama sangat beraneka rupa, dari mulai kesyirikan yang sengaja
atau tidak sengaja dilakukan, dosa-dosa besar yang tersembunyikan, dosa-dosa
kecil yang menjadi kebiasaan namun tidak nampak di mata orang awam, hingga
hal-hal yang sifatnya mubah namun mengarah kepada kemaksiatan kepada Ar-Rahman.
Demikian pula sifat ujub, angkuh, sombong menyepelekan orang lain hingga sulit
untuk menerima nasehat kebenaran padahal dalil-nya sudah dikemukakan.
Berbagai cobaan yang berasal dari
hawa dunia sangat berbahaya bagi para tokoh agama, Sebagian mereka menyadarinya
hingga terus berusaha untuk memperbaiki diri sepanjang usia. Ada juga yang
terjatuh dalam jurang durjana dan terus berusaha bangkit namun Kembali berkobang
dalam lumpur kesalahannya. Ada juga yang karena kesombongannya mudah
menyalahkan orang lain bahkan hingga mengkafirkan atau membid’ahkan orang dan
kelompok lainnya. Padahal perbedaan yang terjadi adalah masalah khilafiyah
fiqhiyyah semata.
Ada juga yang berseberangan dengan
mereka, yang begitu fanatik dengan gurunya, sombong dengan ilmu yang
dimilikinya hingga melihat orang lain yang berbeda dianggapnya tidak sesuai
dengan kebenaran yang diyakininya. Berapa banyak tokoh agama yang memandang
sebelah mata tokoh agama lainnya hanya karena beda pandangan dan pilihan madzhabnya.
Lebih parahnya hal ini kemudian diikuti para penggemarnya hingga kemudian yang
terjadi adalah saling curiga di antar umat Islam sebagai agama.
Maka, tokoh agama harus terus
belajar agama khususnya terkait dengan bagaimana menyikapi berbagai perbedaan
yang ada. Menyikapi orang-orang dan kelompok yang tidak sepaham dengannya,
tidak menganggap remeh orang-orang yang keyakinan dan pengamalan agamanya
berbeda dengannya. Karena bisa jadi banyak alasan kenapa orang lain itu
berbeda, dari mulai karena kejahilan, tidak paham, fanatic buta kepada gurunya,
hingga hawa dunia yang selalu menggodanya. Bersikap bijak dan terus memperbaiki
hati dan amal sehari-hari agar selalu muncul baik sangka dalam hati, khususnya
pada orang lain seagama yang mungkin berbeda dalam keyakinan dan amalan
agamanya.
Semoga Allah Ta’ala menganugerahkan
kebijakan dan kedewasaan kepada tokoh agama Islam, agar mereka bisa menjadi contoh
teladan bagi seluruh umat Islam agar selalu menjaga persatuan dan beragama
sesuai dengan tuntunan Ar-Rahman dan contoh yang telah diberikan kepada
Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam sebagai teladan dengan berbagai
variasi dalam bingkai syariah Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Wallahu’alam,
23082022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...