Oleh : Alauddin Naufal
Assiraj
Sejak Islam masuk ke India pada masa Khalifah al-Walid dari
Dinasti Bani Umayyah melalui ekspedisi yang dipimpin oleh panglima Muhammad Ibn
Qasim peradaban Islam mulai tumbuh dan menyebar di anak benua India. Kedudukan
Islam di wilayah ini dan berhasil menaklukkan seluruh kekuasaan Hindu dan serta
mengislamkan sebagian masyarakatnya India pada tahun 1020 M. Setelah Gaznawi
hancur muncullah beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India ini,
seperti Dinasti Mamluk, Khalji, Tuglug, dan yang terakhir Dinasti Lodi
yang didirikan Bahlul Khan Lody.
Hadirnya Kerajaan Mughal membentuk sebuah peradaban baru di
daerah tersebut dimana pada saat itu mengalami kemunduran dan
keterbelakangan.Kerajaan Mughal yang bercorak Islam mampu membangkitkan
semangat ummat Islam di India.
2.1 KEJAYAAN
ISLAM DI INDIA(KERAJAAN MUGHAL)
Kerajaan Mughal merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi,
sebab ia menandai puncak perjuangan panjang untuk membentuk sebuah imperium
India muslim yang didasarkan pada sebuah sintesa antara warisan bangsa Persia
dan bangsa India. Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di India.Jika
pada dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum menemukan kejayaannya, maka
kerajaan ini justru bersinar dan berjaya.Keberadaan kerajaan ini dalam
periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai masa kejayaan kedua setelah
sebelumnya mengalami kecemerlangan pada dinasti Abbasiyah.
A.
Kemajuan dalam Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan
Kerajaan Mughal berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor,
Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan,
Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. dan konsolidasi kekuatan. Usaha
ini berlangsung hingga masa pemerintahan Aurangzeb. Dalam menjalankan roda
pemerintahan,Kerajaan Mughal menggunakan sistem
pemerintahan militeristik, dimana pemerintahan daerah dipegang oleh
seorang Sipah Salar (kepala komandan), sedang sub-distrik dipegang oleh Faujdar
(komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bercorak
kemiliteran.Pejabat-pejabat itu memang diharuskan mengikuti latihan kemiliteran.
Pada masa kepemimpinan Akbar,diamenerapkan politik toleransi
universal (sulakhul). Dengan politik ini, semua rakyat India dipandang sama.
Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.Politik ini dinilai
sebagai model toleransi yang pernah dipraktekkan oleh penguasa Islam.Pada masa
Akbar dibentuk juga landasan institusional dan geografis bagi kekuatan
imperiumnya yang dijalankan oleh elit militer dan politik yang pada umumnya
terdiri dari pembesar-pembesar Afghan, Iran, Turki, dan Muslim Asli India.Peran
penguasa di samping sebagai seorang panglima tentara juga sebagai pemimpin
jihad.
Para pejabat dipindahkan dari sebuah jagir kepada jagir
lainnya untuk menghindarkan mereka mencapai interest yang besar dalam sebuah
wilayah tertentu.Jagir adalah sebidang tanah yang diperuntukkan bagi pejabat
yang sedang berkuasa.Dengan demikian tanah yang diperuntukkan tersebut jarang
sekali menjadi hak milik pejabat, kecuali hanya hak pakai.Wilayah imperium juga
dibagi menjadi sejumlah propinsi dan distrik yang dikelola oleh seorang yang
dipimpin oleh pejabat pemerintahan pusat untuk mengamankan pengumpulan pajak
dan untuk mencegah penyalahgunaan oleh kaum petani.
B.
Kemajuan dalam Bidang Ekonomi
a)
Sistem Keuangan dalam Bidang Pertanian
Terbentuknya sistem pemberian
pinjaman bagi usaha pertanian.Adanya sistem pemerintahan lokal yang digunakan
untuk mengumpulkan hasil pertanian dan melindungi petani.Setiap perkampungan
petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal, yang dinamakan muqaddam atau
patel, yang mana kedudukan yang dimilikinya dapat diwariskan, bertanggungjawab
kepada atasannya untuk menyetorkan penghasilan dan menghindarkan tindak
kejahatan.Kaum petani dilindungi hak pemilikan atas tanah dan hak
mewariskannya, tetapi mereka juga terikat terhadapnya.
b)
Sistem Pengumpulan Pajak
Sistem pengumpulan pajak yang diberlakukan pada beberapa
propinsi utama pada imperium ini.Perpajakan dikelola sesuai dengan system
zabt.Sejumlah pembayaran tertentu dibebankan pada tiap unit tanah dan harus
dibayar secara tunai.Besarnya beban tersebut didasarkan pada nilai rata-rata
hasil pertanian dalam sepuluh tahun terakhir.Hasil pajak yang terkumpul
dipercayakan kepada jagirdar, tetapi para pejabat lokal yang mewakili
pemerintahan pusat mempunyai peran penting dalam pengumpulan pajak. Di tingkat
subdistrik administrasi lokal dipercayakan kepada seorang qanungo, yang menjaga
jumlah pajak lokal dan yang melakukan pengawasan terhadap agen-agen jagirdar,
dan seorang chaudhuri, yang mengumpulkan dana (uang pajak) dari zamindar.
c)
Sistem Perdagangan & Industri
Perdagangan dan pengolahan industri pertanian mulai
berkembang.Pada asa Akbar konsesi perdagangan diberikan kepada The British East
India Company (EIC) -Perusahaan Inggris-India Timur- untuk menjalankan usaha
perdagangan di India sejak tahun 1600. Mereka mengekspor katun dan busa sutera
India, bahan baku sutera, sendawa, nila dan rempah dan mengimpor perak dan
jenis logam lainnya dalam jumlah yang besar.
C.
Kemajuan dalam Bidang Agama
Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal
mencapai suatu fase yang menarik, di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan
sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din-i-Ilahi. Karena aliran ini
Akbar mendapat kritik dari berbagai lapisan umat Islam.Bahkan Akbar dituduh
membuat agama baru.Pada prakteknya, Din-i-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang
agama Islam.Namun konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat-umat beragama
di India.
Sayangnya, konsepsi tersebut mengesankan kegilaan Akbar
terhadap kekuasaan dengan simbol-simbol agama yang di kedepankan.Umar Asasuddin
Sokah, seorang peneliti dan Guru Besar di Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta menyamakan konsepsi Din-i-Ilahi dengan Pancasila di Indonesia.
Penelitiannya menyimpulkan, “Din-i-llahi itu merupakan (semacam Ideologi/dasar
pemerintahan Akbar) dan Pancasilanya bagi bangsa Indonesia.
Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap
pengembangan Islam, seperti pada daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan
tangan terbuka oleh penduduk terutama dari kasta rendah yang merasa
disia-siakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh Parsi
sangat kuat, hal itu terlihat dengan digunakanya bahasa Persia menjadi bahasa
resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh sebab itu percampuran budaya Persia dengan
budaya India dan Islam melahirkan budaya Islam India yang dikembangkan oleh
Dinasti Mughal.
Berkembangnya aliran keagamaan Islam di India. Sebelum
dinasti Mughal, muslim India adalah penganut Sunni fanatik. Tetapi penguasa
Mughal memberi tempat bagi Syi’ah untuk mengembangkan pengaruhnya.Pada masa ini
juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap mazhab
hukum, tariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali
individual.Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi’i.
Pada masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum
Islam atau upaya kodifikasi hukum Islam yang dinamakan fatwa
Alamgiri.Kodifikasi ini menurut hemat penulis ditujukan untuk meluruskan dan
menjaga syari’at Islam yang nyaris kacau akibat politik Sulakhul dan Din-i-
Ilahi.
D.
Kemajuan dalam Bidang Seni & Budaya
Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang
mengandung pesan kebajikan manusia gubahan Muhammad Jayazi, seorang penyair
istana.Abu Fadhl menulis Akbar Nameh dan Aini Akbari yang berisi sejarah Mughal
dan pemimpinnya.
Kerajaan Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur.Taj
mahal di Agra merupakan puncak karya arsitektur pada masanya, diikuti oleh
Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di Lahore. Di kota
Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara
Qutub Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235),
benteng Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun,
raja Mughal ke-2 (1530-1555). Di kota Hyderabad, terdapat empat menara benteng
Char Minar (1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala
(1405).Taman-taman kreasi Mughal menonjolkan gaya campuran yang harmonis antara
Asia Tengah, Persia, Timur Tengah, dan lokal.
2.2 KEMUNDURAN ISLAM DI INDIA
A.
Penyebab Kemunduran & Keruntuhan Kerajaan Mughal
a)
Raja-raja
pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu
mengatasi kemerosotan politik dalam negeri.Tanda-tanda kemunduran sudah
terlihat dengan indikator sebagaimana berikut ;
1.
Internal;
Tampilnya sejumlah penguasa lemah, terjadinya perebutan kekuasaan, dan lemahnya
kontrol pemerintahan pusat.
2.
Eksternal;
Terjadinya pemberontakan di mana-mana, seperti pemberontakan kaum Sikh di
Utara, gerakan separatis Hindu di India tengah, kaum muslimin sendiri di Timur,
dan yang terberat adalah invasi Inggris melalui EIC.
b)
Dominasi Inggris
diduga sebagai faktor pendorong kehancuran Mughal. Pada waktu itu EIC mengalami
kerugian. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi kebutuhan istana, EIC
mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung
kasar. Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka, baik yang beragama Hindu
maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan.
c)
Rakyat India meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi
lambang perlawanan itu dalam rangka mengembalikan kekuasaan kerajaan. Dengan
demikian, terjadilah perlawanan rakyat India terhadap kekuatan Inggris pada
bulan Mei 1857 M. Perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah. Inggris
kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap para pemberontak. Mereka
diusir dari kota Delhi, rumah-¬rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan
Bahadur Syah, raja Mughal terakhir, diusir dari istana (1858 M). Dengan
demikian berakhirlah sejarah kekuasaan dinasti Mughal di daratan India.
B.
Faktor –faktor yang Mempengaruhi Kehancuran Kerajaan Mughal
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur dan
membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:
1.
Terjadi
stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di
wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
2.
Kemerosotan
moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan
dalam penggunaan uang negara.
3.
Pendekatan
Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melak¬sanakan ide-ide puritan dan
kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh
sultan¬-sultan sesudahnya.
4.
Semua pewaris
tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang
kepemimpinan.
assalamualaikum...
BalasHapusijin co-pas ya ustadz... untuk pengetahuan anak-anak pesantren belajar sejarah, jazakumullah
wassalamualaikum...