Oleh:
Abdurrahman Misno Bambang Prawiro
Kandidat Doktor Hukum Islam Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Istilah “Baduy” sebagai
sebutan bagi komunitas adat yang saat ini mendiami kampung-kampung di Desa
Kanekes memiliki beberapa sumber pendapat. Pertama, istilah Baduy berasal
dari bahasa Arab yaitu kata بدء bada’a yang berarti memulai dan
membuka.[1]
Kata البدو
(al-badwu) berarti orang baduy yang tinggal di padang sahara Arabia. Kedua,
istilah Baduy berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang menyebut mereka
dengan agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan
masyarakat berpindah-pindah (nomaden). Ketiga, istilah Baduy berasal
dari adanya Sungai Baduy (Cibaduy) dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara
dari wilayah tersebut sehingga penamaan Baduy dinisbatkan kepada keduanya.
Mereka sendiri lebih
suka menyebut dirinya sebagai Urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai
dengan nama wilayah mereka. Sebagaimana setiap mereka menisbatkan diri kepada
nama kampung masing-masing, misalnya orang dari Cikeusik akan menyebut dirinya urang
Cikeusik, orang dari Cikertawana menyebut dirinya urang Cikertawana demikian
pula orang dari Cibeo akan menyebut Urang Cibeo.[2]
Penisbatan semacam ini sudah umum terjadi pada kebudayaan mereka hingga saat
ini.
Pleyte seperti dikutip
oleh Garna menyebutkan bahwa istilah Baduy itu berkaitan dengan budaya mereka
sendiri yaitu berasal dari kata Cibaduy yang merupakan nama sungai di sebelah
utara Desa Kanekes. Sehingga istilah Baduy bukanlah sebuah hinaan bagi mereka.
Memberikan nama dengan asal daerah sudah menjadi tradisi pada masyarakat Sunda,
bahkan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri.[3]
Oleh karena itu tidak heran mereka juga menyebut diri mereka dengan urang
Kanekes.
Informasi yang penulis
dapatkan, saat ini mereka lebih senang menyebut dirinya suku Baduy daripada
Kanekes, hal ini sebagaimana disebutkan oleh Jaro Dainah selaku Jaro Pamarintah
Baduy: "Kanekes ngaran Desa, Baduy ngaran masyarakatna. Lian ti eta
ber-arti sebutan nu diciptakeun ku urang luar Baduy" Artinya:
"Kanekes nama Desa, Baduy nama masyarakatnya. Selain dari itu berarti
sebutan yang diciptakan oleh orang luar Baduy.[4]
Penjelasan dari Ayah
Mursyid memberikan gambaran asal-usul istilah Baduy yang diterima oleh mereka:
"Sabenerna
istilah kanekes keur masyarakat kami hiji sebutan anu kaitung anyar, nyaeta
keur nyambut atawa mere ngaran Jaro Pamarentahan anu ditugaskeun pikeun
panyambung urusan atawa acara-acara ti Baduy ka luar Baduy/ka nagara, anu waktu
harita mah masih dipusatkeun di Cibeo kabeneran harita aya tokoh adat terkenal
ngarana Ki Kanekes. Kusabab aya kajadian nu kurang merenah pas keur acara
Kawalu, maka Jaro Pamarentahan dibentuk ku Ki Kanekes ka Baduy Luar, tah
tidinya Pamarentahan Desa dibere ngaran Kanekes. Mun aya nu nyebutkeun istilah
kanekes asalna tina hiji ngaran walungan, memang bener di kami aya ngaran
walungan leutik Cikanekes anu aya di kampung Kaduketer perbatasan Baduy Dalam.
Tah keur ngalu-ruskeun nu benerna mah kitu."
Sebenarnya
istilah Kanekes buat masyarakat kami adalah satu sebutan yang terhitung baru,
yaitu untuk menyambut atau memberi nama Jaro Pemerintahan yang ditugaskan
sebagai penyam-bung urusan atau acara, atau kegiatan-kegiatan dari Baduy ke
luar Baduy atau ke pemerintahan negara, yang pada saat itu masih dipu-satkan di
Cibeo, kebetulan waktu itu ada salah seorang tokoh adat terkenal namanya Ki
Kanekes. Karena ada kejadian yang tidak sesuai atau mengganggu saat acara adat
kawalu, maka Jaro Pemerintahan dibentuk ke Baduy Luar, nah dari situ
Pemerintahan Desa diberi nama Kanekes. Kalau ada yang menyebutkan istilah
Kanekes berasal dari satu nama sungai, memang benar di kami (wilayah mereka)
ada nama sungai kecil Cikanekes yang berada di kampung Kaduketer perbatasan
Baduy Dalam. Nah untuk meluruskan yang benarnya begitu.[5]
[1] Ahmad Warson Munawir, Kamus
Al-Munawir, Surabaya: Pustaka Progresif, tahun cet: XIV tahun 1997, hlm.63.
[2]
Garna, 1993.
[3] Judistira K Garna, Orang Baduy, (Bangi:
Penerbit University Kebangsaan Malaysia), tahun 1987, hlm. 37.
[4] Wawancara dengan Jaro Dainah
pada Februari 2013
[5] Wawancara dengan Ayah Mursyid
sebagai wakil dari Jaro Cibeo Baduy Dalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...