Oleh: Abdurrahman Misno BP
Membaca adalah salah satu cara
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, dalam perspektif Islam membaca menjadi
bernilai ibadah apabila bacaannya adalah Kalamullah, sunnah Nabawiyah
serta berbagai bacaan yang memberikan kemashlahatan bagi kehidupannya di dunia
dan akhirat.
Membaca Al-Qur’an adalah salah satu
dari ibadah yang sangat ditekankan dalam Islam, Allah Ta’ala berfirman “Sesungguhnya
orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan
menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan
diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak
akan merugi”. “Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah
kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukuri.” QS. Fathir: 29-30. Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Qatadah
(wafat: 118 H) rahimahullah berkata, “Mutharrif bin Abdullah (Tabi’in, wafat
95H) jika membaca ayat ini beliau berkata: “Ini adalah ayat orang-orang yang
suka membaca Al Quran”. Maksud dari ayat ini adalah bahwa orang-orang yang suka
membaca Al-Qur’an maka mereka akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.
Adapun hadits yang menunjukan
anjuran untuk membaca Al-Qur’an adalah sabda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi
Wassalam:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ
فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه
Bacalah oleh kalian Al-Qur`an.
Karena ia (Al-Qur`an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi
syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” HR. Muslim.
Riwayat yang lainnya adalah dari
shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ :
الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ؛ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ
كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا،
اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ
وَلاَ تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ
Bacalah oleh kalian dua bunga,
yaitu surat Al-Baqarah dan Surat Ali ‘Imran. Karena keduanya akan datang pada
hari Kiamat seakan-akan keduanya dua awan besar atau dua kelompok besar dari
burung yang akan membela orang-orang yang senantiasa rajin membacanya. Bacalah
oleh kalian surat Al-Baqarah, karena sesungguhnya mengambilnya adalah barakah,
meninggalkannya adalah kerugian, dan sihir tidak akan mampu menghadapinya.”.
HR. Muslim.
Merujuk kepada dua riwayat ini maka
menunjukan perintah Allah Ta’ala bagi setiap muslim untuk memperbanyak membaca
Al-Qur’an, karena hal tersebut merupakan ibadah kepadaNya.
Membaca Al-Qur’an menjadi hal utama
yang dilakukan oleh setiap muslim dalam aktifitas membaca, kemudian dilanjutkan
dengan membaca hadits-hadits Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam. Kemudian
setelah itu membaca buku-buku para ulama yang menjelaskan keduanya, serta
dilanjutkan dengan membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Membahas Al-Qur’an tentu saja bukan
hanya mampu mengeja huruf demi huruf dan kata demi kata serta merangkaianya
dalam sebuah kalimat. Ia adalah proses memaknai setiap kalimat yang ada
sehingga dapat dipahami. Setelah dipahami berikutnya adalah diamalkan, dan langkah
terakhir adalah menyampaikannya kepada orang lain (dakwah). Inilah sejatinya
tujuan dari membaca Al-Qur’an, proses menghafal sendiri hakikatnya adalah
pembacaan yang dilakukan secara berulang-ulang secara terus-menerus sehingga
mampu membaca tanpa melihat huruf-hurufnya.
Sebagaimana membaca maka menghafal
Al-Qur’an sejatinya bukan hanya membaca di luar mushaf, namun lebih dari itu
agar ia dapat memahami maknanya, mengamalka serta mendakwahkannya. Sehingga
menghafal Al-Qur’an baru langkah awal untuk menjadi shahibul Qur’an.
Perintah membaca AL-Qur’an terjadi
tidak hanya di dunia, namun ia juga berlaku di akhriat sana. Sebuah riwayat
dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana beliau bersabda:
يُقَالُ لِصَاحِبِ
الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا
فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
Dikatakan kepada orang yang membaca
(menghafalkan) al-Qur’an nanti, ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah
sebagaimana engkau di dunia mentartilnya! Karena kedudukanmu adalah pada akhir
ayat yang engkau baca (hafal).” HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Hibbân.
Imam al-Khathabi rahimahullah dalam
Ma’âlim as-Sunan (2/136) menjelaskan: Ada dalam atsar bahwa jumlah ayat
al-Qur`an menentukan ukuran tangga surganya. Disampaikan kepada para penghafal
al-Qur`an, ‘Naiklah ke tangga sesuai dengan yang kamu baca dari al-Qur`ân.
Barangsiapa yang menyempurnakan bacaan seluruh al-Qur`ân maka ia mendapatkan
tangga surga tertinggi dan siapa yang membaca satu juz darinya maka akan naik
ke tangga sesuai ukuran tersebut. Sehingga ujungnya pahala berada pada ujungnya
bacaan.”
Pernyataan imam al-Khatthabi ini
disampaikan syaikh al-Albani rahimahullah dan dikomentari oleh beliau dengan
pernyataan: “Ketahuilah bahwa yang dimaksudkan dengan Shâhibul Qur’ân (orang
yang membaca al-Qur’an) di sini adalah orang yang menghafalkannya dari hati
sanubari. Sebagaimana hal ini ditafsirkan berdasarkan sabda Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam yang lain, ‘Suatu kaum akan diimami oleh orang yang paling
menghafal Kitabullah (al Qur’an).’
Riwayat ini menunjukan kepada kita
bahwa bacaan dan hafalan Al-Qur’an seseorang akan kembali diuji di akhirat
sana, semakin banyak bacaan dan hafalannya maka semakin tinggi derajatnya di
surga. Namun bukan yang hanya sekadar membaca atau menghafal tetapi yang
mengamalkannya serta mendakwahkannya kepada orang lain.
Merujuk pada riwayat ini maka
sejatinya perintah membaca bagi umat Islam bukan hanya berlaku di dunia namun
ia akan terus membaca hingga di akhirat sana. Bahkan ketika telah masuk ke
dalam surga, ia akan diperintahkan untuk membaca Al-Qur’an dari hafalannya
sampai habis. Dan di sanalah derajatnya di surga sana.
Lebih dari itu adalah bahwa membaca
dalam Islam bukan hanya sekadar memaknai kaata dan kalimat, akan tetapi
mengamalkan apa yang menjadi bacaannya dari sumber-sumber yang positif sehingga
akan bermanfaat bagi dirinya, tidak hanya di dunia akan tetapi juga di akhirat
sana. Oleh karena itu, tidak ada alasan lagi bagi umat Islam untuk tidak
membaca.