Oleh: Abd Misno Mohd Djahri
Kehidupan
manusia penuh dengan tangis dan tawa, suka cita dan duka nestapa. Ia juga
bertabur amal takwa dan juga belenggu hawa, semua silih ganti, saling tukar tempat dan
itulah hakikat dari manusia. Ketika kita berada dalam ketakwaan tentu
ketenangan akan menghinggapi jiwa, hidup terarah adanya dan surga menanti di
sana. Namun ketika jiwa bertabur hawa, raga terbelenggu nafsu maka yang muncul
adalah kelu dan hidup selalu dirundung sayu.
Bagaimana bila
kita berada di puncak rasa? Ketika hawa membelenggu sukma, tetapi raga nyaman
dengannya? Apa jadinya bila ternyata jiwa bersuka cita walau hawa menjadi
bagian kehidupan kita? Inilah kisahnya.
Rasa yang
dibalut oleh hawa begitu membara di dalam dada, ia merasuk ke dalam raga
mengalir bersama darah dan peredarannya. Menembus ke dalam tulang dan tulang
sumsumnya, hingga rasa itu betul-betul penuh gelora.
Walau terkadang
hati menolak adanya, iman berbisik pilu karenanya, tapi rasa itu betul-betul
menjadikan raga kecanduan dengannya. Aroma surga utopia dengan cita rasa dunia
yang bertabur hawa telah menjadikan raga ini terbelenggu olehnya. Hingga rasa
itu benar-benar membawa pada angkara Sang Pencipta. Tapi raga ini terpesona dengannya karena
berada di puncak rasa, entah sampai bila akhirnya...
Tulisan ini
adalah catatan, setelah lebih dari delapan bulan raga ini teracuni oleh candu
rasa bertabur hawa hingga ianya tak bisa dikendalikan oleh jiwa. Oh rasa... puncak
rasa itu betul-betul nikmat adanya, surga dunia penuh citarasa hingga masuk ke
dalam alam penuh pesona.
Sebuah alam
yang penuh dengan pesona di mata hawa, alam penuh kenikmatan dirasa raga yang
terpenjara, alam yang memberi kenyamanan karena hasutan syaithan dalam bentuk
insan. Alam ini sedang kujalani, saat ini, hingga hari ini sejak awal 2020. Rasa
yang membuat jiwa mengembara, terbang jauh ke angkasa, liar dan penuh dengan
keajaiban-keajaiban.
Entah sampai
kapan, diriku berada di puncak rasa. Aku tidak tahu sampai bila jiwa ini
kembali dalam kasihMu. Secercah harapan, dan seberkas asa semoga segera
menghampiri jiwa lara, agar ianya tidak terus berada di alam penuh hawa. Karena
jalan ini mukan fitrah dan manusia, ia hanya imajinasi berkedok aroma surgawi.
Semoga semua berakhir dan diri ini kembali ke jalan kenikmatan hakiki... Amin.
Inilah bisikan jiwa yang masih terpenjara.... Bogor, 11 Agustus 2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...