Oleh : Sri Fitri Ana
Ethnography Agar (1980) dan Fetterman (1989)
Etnografi adalah sebuah seni dan ilmu
yang mengambarkan sebuah kelompok dalam kebudayaan. Gambaran dapat berupa
sebuah kelompok kecil pada beberapa wilayah yang asing atau masyarakat pada
kelas pinggiran. Hal ini seperti seseorang yang menjadi seorang investigative
reporter yang mewawancarai orang-orang yang bersangkutan, meringkas apa yang
telah direkam, mempertimbangkan kebenaran opini dari satu orang dan
pertentangannya dengan pendapat orang lain, mencari hubungan
kepentingan-kepentingan khusus dan organisasi, dan menuliskannya. Kunci dari
perbedaan diantara investigative reporter dan etnografer adalah jurnalis
bertindak dalam menggali sesuatu yang tidak biasa, misalnya pembunuhan,
tabrakan pesawat, perampokan bank, sedangkan etnografer menulis kebiasaan sehari-hari,
misalnya tentang pikiran dan tingkah laku manusia.
Sebelum terjun ke lapangan etnografer
mulai dengan sebuah masalah, teori atau model, sebuah desain penelitian, teknik
pengumpulan data spesifik, alat untuk analisis, dan gaya penulisan yang spesifik.
Etnografer mulai dengan prasangka dan mempertimbangkan ide tentang bagaimana
orang bertindak dan bagaimana mereka berpikir. Prasangka menyajikan fungsi positif dan negatif. Tidak
terkontrolnya prasangka bisa mempengaruhi kualitas penelitian etnografi.
Merujuk pada efek negatif dari prasangka, etnografer harus membuat prasangka
yang spesifik dan jelas. Sebuah rentetan dari pengawasan kualitas khusus
seperti triangulasi, kontekstualisasi, dan nonjudgmental merupakan hal yang
berorientasi pada pemeriksaan pengaruh negatif dari prasangka. Etnografer harus
terbuka dalam penelitiannya. Etnografer tertarik pada pemahaman dan
penggambaran sebuah adegan sosial dan budaya dari emic, atau insider’s
perspective. Ethnografer adalah storyteller dan scientist.
Theory & hypothesis testing
Pokok masalah pada ilmu sosial yakni
pada bagian hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan sementara dari beberapa teori
yang dipakai. Teori sendiri memiliki beberapa definisi, tetapi pada intinya
teori merupakan sesuatu yang empiris. Hipotesis adalah pernyataan dari beberapa
prediksi yang diyakini kebenarannya dari asumsi-asumsi yang ada. Asumsi-asumsi
dihubungkan dengan teori yang ada apakah relevan atau tidak. Hipotesis
merupakan hubungan antar variabel. Variabel dapat dijabarkan dalam bentuk
pertanyaan yang diberikan pada informan melalui kuesioner, tes psikologi,
sensus, atau games yang dilakukan dalam laboratorium. Kelompok atau grup yang
akan diteliti harus diidentifikasi terlebih dahulu sebagai subjek penelitian.
Dalam memilih subjek penelitian, menentukan sampel dapat dilakukan dengan
teknik random atau bukan random.
Fieldwork & participant observation
Penelitian lapangan, dimana peneliti
ikut terjun ke lingkungan masyarakat yang diteliti dan ikut merasakan bagaimana
kehidupan sehari-hari masyarakat tersebut. Dalam field work data yang terkumpul
lebih valid karena peneliti mendapatkan data secara langsung daripada hanya
sekadar kumpulan dari literatur yang masih perlu dibuktikan kebenarannya
kembali. Peneliti sebagai participant observation, ikut terlibat dalam
masyarakat yang di telitinya, menjadi bagian dari kehidupan mereka. Hal ini
bertujuan agar peneliti lebih peka dan tanggap terhadap situasi yang muncul.
Holistic perspective
Seorang Etnografer mempelajari sesuatu
yang baru dan kemudian mencoba untuk mengerti bagaimana itu terhubung dengan
berbagai aspek dalam situasi dengan hal yang baru terjadi. Mencari
hubungan-hubungan ini secara lebih luas dinamakan holistic perspective.
Bersifat menyeluruh antar berbagai aspek-aspeknya.
Intinya, seorang etnografer dalam
melakukan penelitian etnografi melihat masyarakat dan membandingkannya dengan
konteks tertentu, kemudian membuat hipotesis berdasarkan teori yang dipakai
dengan sebelumnya mengujicobakan hipotesis tersebut, apakah sesuai atau tidak,
dan kemudian terjun lapangan dengan ikut terlibat sebagai bagian dari
partisipan penelitian, serta dalam penulisannya dengan menggunakan analisis
holistic perspective yang bersifat menyeluruh. (Sri Fitri Ana, Antropologi,
Universitas Indonesia)
How to Read Ethnography
Blasco
Dalam bukunya “How to Read
Ethnography”, Blasco menyebutkan bahwa
antropologi fokus pada bagaimana antropolog menggambarkan pengalaman hidup dan
bagaimana mereka membentuk gambaran etnografi dari berbagai argumen Selain itu,
antropolog juga membandingkan perilaku, bahasa, ide kehidupan, Mengetahui makna
perilaku dan tindakan juga diperlukan karena cenderung memberikan konteks
sosial dan budaya mereka. Seorang etnografer harus membandingkan dalam rangka
menangkap tujuan dan makna dari sebuah tindakan
Henrietta Moore, misalnya, meneliti
hubungan antara laki-laki dan perempuan di Kenya. Pada pagi hari dia melihat
perempuan membersihkan abu di perapian dan membuang ke tempat pembuangan abu,
dan dalam perjalanan berpapasan dengan laki-laki sambil menunjukkan abu yang Ia
bawa. Lalu keduanya tertawa. Dalam hal ini dapat terlihat bagaimana perlakuan
terhadap benda yang dianggap kotor. Sebuah identitas wanita yang dekat dengan
dapur, rumah, dan memasak. Dalam masyarakat Kenya, abu tidak mungkin
dibersihkan oleh laki-laki karen berhubungan dengan kepercayaan kemandulan.
Selain itu, apabila seorang perempuan menolak untuk dinikahlan maka akan
menyelubungi dirinya dengan abu, yang berarti berserah diri kematian.
Antropolog dalam menyusun pengalaman
melalui tulisan dalam bentuk narasi. Hal inilah yang menyebabkan karya
etnografi seperti sebuah novel. Elaborasi dunia etnografi melibatkan proses
diferensiasi, misalnya kontrastif yang menyoroti peran atau status. Belajar
membaca etnografi kita akan melihat bagaimana menulis etnografi tentang
hubungan dalam hal pola atau kerangka kerja yang luas, bagaimana gambaran
hubungan yang dibangun dan terpadu dalam sebuah entnografi, dan bagaimana pola
abstrak hubungan menjadi dasar untuk perbandingan. Karena etnografi ditulis
dari berbagai pengalaman dengan perspektif tertentu, maka kita akan melihat
perbedaan dalam analisis masing-masing etnograf.
Etnografi bertujuan untuk memahami arti
dari hubungan sosial tertentu, menganalisisnya untuk membangun logika di antara
hubungan relasi tersebut. Logika dalam
hal ini memberikan dasar dalam berpikir tentang konsep. (Sri Fitri Ana,
Antropologi, Universitas Indonesia)
…cultural comparison, contextualization
and analysis of relationships…are what makes ethnographic writing distinctive…
Dalam bukunya How to Read Ethnography,
Blasco menyebutkan bahwa antropologi fokus pada bagaimana antropolog
menggambarkan pengalaman hidup dan bagaimana mereka membentuk gambaran
etnografi dari berbagai argumen. Selain itu, antropolog juga membandingkan
perilaku, bahasa, dan ide kehidupan, Mengetahui makna perilaku dan tindakan
juga diperlukan karena cenderung memberikan konteks sosial dan budaya mereka.
Seorang etnografer harus membandingkan dalam rangka menangkap tujuan dan makna
dari sebuah tindakan
Henrietta Moore, misalnya, meneliti
hubungan antara laki-laki dan perempuan di Kenya. Pada pagi hari dia melihat
perempuan membersihkan abu di perapian dan membuang ke tempat pembuangan abu,
dan dalam perjalanan berpapasan dengan laki-laki sambil menunjukkan abu yang Ia
bawa. Lalu keduanya tertawa. Dalam hal ini dapat terlihat bagaimana perlakuan
terhadap benda yang dianggap kotor. Sebuah identitas wanita yang dekat dengan
dapur, rumah, dan memasak. Dalam masyarakat Kenya, abu tidak mungkin dibersihkan
oleh laki-laki karen berhubungan dengan kepercayaan kemandulan. Selain itu,
apabila seorang perempuan menolak untuk dinikahkan maka Ia akan menyelubungi
dirinya dengan abu, yang berarti berserah diri pada kematian.
Antropolog dalam menyusun pengalaman
melalui tulisan dalam bentuk narasi. Hal inilah yang menyebabkan karya
etnografi seperti sebuah novel. Elaborasi dunia etnografi melibatkan proses
diferensiasi, misalnya kontrastif yang menyoroti peran atau status. Belajar
membaca etnografi kita akan melihat bagaimana menulis etnografi tentang
hubungan dalam hal pola atau kerangka kerja yang luas, bagaimana gambaran
hubungan yang dibangun dan terpadu dalam sebuah entnografi, dan bagaimana pola
abstrak hubungan menjadi dasar untuk perbandingan. Karena etnografi ditulis
dari berbagai pengalaman dengan perspektif tertentu, maka kita akan melihat
perbedaan dalam analisis masing-masing etnograf.
Etnografi bertujuan untuk memahami arti
dari hubungan sosial tertentu, menganalisisnya untuk membangun logika di antara
hubungan relasi tersebut. Logika dalam hal ini memberikan dasar dalam berpikir
tentang konsep. (Sri Fitri Ana, Antropologi, Universitas Indonesia)
Ethnography: Principles in practice,
Third Edition
&
Qualitative Research Methods: The Search For
Meanings
Dalam sebuah penelitian, peneliti
hendaknya membuat catatan agar data yang terkumpul dapat diingat dan tidak
terlupakan. Selan itu, peneliti juga harus tahu perannya sebagai pewawancara.
Dalam melakukan wawancara di dalam penelitian etnografi, peneliti menyeleksi
informan agar data yang terkumpul relevan dan dapat menggambarkan permasalahan
penelitian, yaitu informan yang peka terhadap lingkungan tersebut atau informan
yang dengan sukarela mau menjadi informan dalam penelitian.
Peneliti dalam melakukan wawancara juga
beperan sebagai pengamat terlibat dalam penelitian tersebut. Tipe-tipe
pertanyaan yang diajukan dalam wawancara juga harus diperhatikan, yaitu
bagaimana peneliti mengajukan pertanyaan yang nantinya akan menghasilkan
jawaban yang relatif banyak, dan diperhatikan juga bagaimana respon terhadap
suatu pertanyaan jika peneliti ajukan. Kadang informan dalam memberikan
informasi bersifat perspektif menurut informan itu sendiri dan seringkali tidak
bersambungan satu sama lain. Oleh karena itu, keahlian seorang peneliti dalam
memilih informan akan berpengaruh nantinya terhadap hasil penelitian.
Tipe-tipe wawancara harus dikuasai oleh
seorang peneliti, yakni bersifat fleksibel dan
dinamis. Peneliti juga harus melakukan pendekatan terhadap informan. Dalam
memulai wawancara, peneliti harus mengetahui deskripsi dari pertanyaan yang
diajukan. Panduan wawancara juga perlu dikuasai oleh seorang peneliti. Saat
wawancara berlangsung peneliti hendaknya tidak menghakimi, mendahulukan orang
untuk berbicara, memberikan sesuatu kepada informan dan peka terhadap keadaan.
Dalam hal proses wawancara dapat pula direkam, dengan terlebih dahulu meminta
izin. Penyelidikan dilakukan agar apa yang disampaikan informan sesuai dengan
kondisi lapangan. Membangun relasi dengan informan juga perlu dilakukan agar
tercipta suatu kondisi yang mendukung peneliti dalam mengumpulkan data. Dan
setelah proses wawancara selesai ada baiknya membuat catatan agar informasi
yang sudah diperoleh tidak terlupakan. (Sri Fitri Ana, Antropologi, Universitas
Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...