Oleh:
Abdurrahman
Manusia diciptakan begitu sempurna,
ia adalah makhluk paling cerdas di antara makhluk lainnya. Bahkan di awal
penciptaannya jin dan malaikat diperintahkan untuk bersujud kepada manusia.
Begitu sempurnanya manusia sehingga ia diberikan tugas sebagai “khalifah” di
muka bumi. Namun, kesempurnaan ini justru yang menjadikan manusia kehilangan
kemanusiaannya. Ia tidak bisa lagi dikatakan manusia karena telah menyamakan
dirinya dengan sifat-sifat makhluk lainnya, rakus, pendedam, pembantai,
pembunuh dan perusak alam semesta ini. Kejahatan manusia yang paling besar
adalah ketika ia merasa sempurna sehingga kedudukannya menandingi Sang Pencipta
Allah ta’ala. Fir’aun adalah salah satu dari manusia yang mencoba menyejajarkan
diri dengan Yang Maha Pencipta. Kesombongannya menjadikan ia merasa berkuasa di
muka bumi, bisa mengatur manusia dan memutuskan hukum sesuai dengan
kehendaknya.
Kesombongan adalah sebab dari
manusia justru kehilangan kemanusiaannya. Ia merasa memiliki kelebihan sehingga
merasa tinggi di atas makhluk lainnya. Bahkan tidak hanya dengan makhluk lain,
dengan sesama manusia-pun mereka seringkali berlaku sombong. Merasa diri lebih
dari yang lainnya sehingga memunculkan sikap menyepelekan orang lain. Inilah
penyakit manusia yang paling berbahaya sehingga setiap manusia harus selalu
memperhatikan dan berhati-hati dengannya. Bagaimana dengan diri kita sendiri?
Saya pribadi merasa makhluk yang
jauh dari kesempurnaan, sehingga terkadang saya merasa menjadi makhluk yang
paling berdosa di muka bumi. Pada kesempatan lainnya saya harus bisa tampil
prima di depan siswa, mahasiswa dan audience sehingga terkadang muncul dalam
diri bahwa saya adalah orang yang pintar, cerdas dan bisa diandalkan. Tentu
saja perasaan tersebut segera terhapus dengan ingatan saya akan segala
kekurangan, masa lalu dan hal-hal negative yang ada dalam diri saya. Saya
terlalu hina jika harus menyandang gelar “pintar” atau “cerdas”, walaupun
banyak orang yang memuji saya namun semua itu segera hilang ditelan oleh segala
sikap “tidak baik” saya yang hanya dan Allah ta’ala yang mengetahuinya.
Belajar untuk sombong sejatinya
adalah godaan dari syaithan dan hawa nafsu manusia yang menginginkan adanya
pujian dari orang lain. Ketika saya berusaha untuk sombong ternyata iman dan
hati kecil ini menyatakan bahwa kesombongan itu tidak ada manfaatnya sama
sekali, jangankan untuk belajar untuk merasa diri lebih dari orang lain saya
merasa jauh sekali. Saya selalu teringat dengan perkataan Imam Malik “Seandainya
kalian tahu dosa-dosa saya niscaya kalian akan berlari menjauhi saya”
Sehingga belajar untuk sombong itu
tidak akan pernah saya lakukan, karena saya merasa terlalu banyak kesalahan dan
kekuarangan. Kalaupun manusia meganggap saya memiliki kelebihan dari orang lain
sejatinya itu adalah karunia yang diberikan oleh Allah ta’aal kepada para
hambaNya, mungkin saya salah satunya. Namun untuk merasa lebih dari yang lain
sepertinya saya harus terus belajar untuk memperbaiki diri. Kesombongan adalah
milik Allah ta’ala dan manusia tidak berhak untuk memilikinya apalagi sampai
merasa lebih dari yang lainnya.
Mari bersama kita belajar untuk
mengintrospeksi diri agar kesombongan itu tidak lagi ada dalam diri, walaupun
hanya sebesar biji sawi. Seseorang tidak akan pernah berhasil belajar untuk
sombong karena terlalu banyak kekurangan pada dirinya yang seharusnya
menjadikannya malu kalau berlaku sombong. Apalagi sampai merendahkan orang lain….
Masih mau belajar untuk sombng?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...