Oleh: Abdurrahman Misno Bambang Prawiro
Tafsir QS. Al-A’raf
ayat 199:
Allah
ta’ala berfirman:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ
الْجَاهِلِينَ
Artinya: Jadilah
engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah
daripada orang-orang yang bodoh.
1.
Al-I’rab/ الإعراب :
Kosa kata yang terdapat dalam ayat
ini adalah kata خذ (khudz) merupakan bentuk fi’il (kata kerja) amar mabni
sukun fa’ilnya anta (kamu; Muhammad), artinya ambilah / jadilah.
Kata العفو (al-‘afwa) adalah bentuk maf’ul
dari lafadz khudz, dibaca nashab, tandanya fathah yang tampak
diakhirnya dan merupakan isim mufrod, artinya maaf / pemaaf. Selanjutnya
kata وأمر
(wa’mur) yang terdiri dari huruf wawu athof (penghubung)
dengan “khudz”, fi’il amar (kata kerja bentuk perintah) mabni
sukun, fa’il-nya anta, artinya perintahlah.
Kalimat بالعرف (bil ‘urfi) merupakan kalimat Jar
majrur, ba’ huruf jar, lafadz ma’ruf dijarkan oleh ba’, alamatnya
kasroh di akhir kalimat dan merupakan isim mufrod. Kata وأعرض (wa a’ridh) terdiri dari wawu
athof (penghubung) dengan khudz, fi’il amar mabni sukun,
fa’ilnya anta, artinya “berpalinglah”. Terakhir adalah kata عن الجاهلين (‘an
jahilin) merupakan kalimat Jar majrur, yaitu huruf ‘an yang
merupakan huruf jar, lafadz al
jaahiliina dijarkan oleh ‘an, alamatnya ya’ dan merupakan jama’ mudzakar
salim, artinya dari orang-orang yang bodoh.
2.
Al-Balaghah / البلاغة :
Kalimat dalam ayat ini menggunakan
kata-kata yang sedikit namun memiliki makna yang sangat luas. Ayat dalam QS.
Al-A’raf : 199 menggunakan kata-kata yang pendek namun isinya telah menghimpun keseluruhan
akhlaq-akhlaq mulia secara keseluruhan.
Kalimat dan kata dalam ayat ini
menggunakan ijaz qishar yaitu bentuk susunan kalimat yang makna-maknanya
melebihi lafadznya. Sebagai contoh lafadz العفو (al-‘afwa) yang bermakna
“permaafan” telah menghimpun akhlaq-akhlaq yang mulia mencakup padanya budi
pekerti yang halus dan agung. Sebab di dalam pemaaf, juga memasukkan budi
memberikan maaf kepada orang yang berbuat jahat.
Kalimat al-‘urf adalah
bentukan dari kata al-ma’ruf yang berarti segala bentuk kebaikan yang
telah diketahui secara umum oleh masyarakat. Perbuatan ma’ruf diantaranya
adalah menyuruh berbuat yang ma’ruf, melakukan hal-hal yang baik, menyambung silaturrahmi
dan perbuatan lainnya. Selain itu juga bermakna mencegah lisan dari dusta,
memejamkan mata dari segala yang diharamkan, dan sebagainya.
3.
Mufaradat Lughawiyah/ المفردات اللغوية
:
Ayat ini menggunakan beberapa
kata, yaitu: kata Al-Afw (العفو) secara
etimologi (bahasa) berarti “memaafkan dan mengampuni”. Sedang secara terminology
(istilah) yaitu memberi kemudahan dalam bermuamalah dengan sesama manusia tanpa
melakukan sesuatu yang memberatkannya. Kata Al-Urf (العرف) berarti “kebajikan”. Kata ini juga
identik dengan istilah al-ma’ruf yang berarti sesuatu yang diperintahkan
oleh syara. Kata “Jahilin” (الجاهلين) adalah orang-orang yang sangat bodoh
dengan perbuatan mereka yang sangat jelek dan berusaha berbuat jahat pada orang
lain.
Secara lebih rinci kalimat dalam
ayat ini adalah: Pertama, خذ العفو (Jadilah engkau pemaaf) yaitu mudah
memaafkan di dalam menghadapi perlakuan orang-orang dan jangan membalas. Kedua,
وأمر بالعرف
(dan suruhlah orang mengerjakan ma’ruf) yaitu setiap perkara kebajikan
yang diterima oleh syara’ dan akal sehat. Ketiga, واعرض
عن الجاهلين (serta
berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh) artinya adalah “Hendaklah engkau
menjauhi orang-orang yang bodoh”.
Imam Jalalain dalam kitab tafsirnya
menyebutkan:
{ خُذِ العفو
} اليسر من أخلاق الناس ولا تبحث عنها { وَأْمُرْ بالعرف } المعروف { وَأَعْرِض
عَنِ الجاهلين } فلا تقابلهم بسفههم .
Jadilah engkau pemaaf maksudnya adalah bersifat memudahkan
orang lain dalam hal akhlak kepada manusia dan tidak boleh melakukan hal-hal
yang memberatkannya. Adapun kalimat “dan suruhlah orang mengerjakan yang
ma’ruf” yaitu memerintahkan dan mengajak manusia untuk berbuat baik (al-ma’ruf). Makna “serta berpalinglah
daripada orang-orang yang bodoh” adalah menjauhkan dan tidak melakukan
pergaulan yang berlebihan dengan orang-orang jahiliyah.
4.
Al-Munasabah/ المناسبة :
Ayat ini memiliki hubungan dengan
ayat sesudahnya yaitu QS. Al-A’raf: 200.
Allah ta’ala telah menjelaskan dalam ayat-ayat sebelumnya bahwa Allah menjaga
dan memberikan kekuatan pada Nabinya dan orang-orang mukmin, menjelaskan bahwa
berhala-berhala dan sesembahan yang dibuat oleh orang musyrik tidak mampu
berbuat kemanfaatan maupun kemadharatan. Kemudian Allah menjelaskan dalam ayat
ini yang mengandung konsep bermua’amalah dengan sesama manusia dan merupakan
jalan yang lurus yang apabila diterapkan dalam kehidupan keseharian akan
terbentuk suatu tatanan masyarakat yang diidamkan. Hal ini tiada lain karena
ayat ini mengandung pokok-pokok keutamaan dan merupakan azaz pembentukan hukum
yang mengiringi prinsip ketauhidan yang telah dijelaskan sebelumnya. Kemudian
Allah memberikan peringatan agar berhati-hati terhadap godaan syaitan dan memerintahkan
kita agar bersikap acuh terhadap orang-orang jahilin.
Ayat ini juga memiliki hubungan
dengan QS An-Nisaa ayat 19 mengenai kalimat “al-ma’ruf” yang berarti perlakuan baik terhadap istri. Al-Ma’ruf
sendiri banyak disebutkan dalam ayat Al-Qur’an yang bermakna kebaikan yang
selaras dengan kebaikan yang diterima oleh manusia secara umum. Dalam hal ini
al-ma’ruf juga bermakna adat kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Sehingga
ayat ini memiliki banyak hubungan (munasabah) dengan ayat-ayat yang membicarakan
tentang adat/’urf yang ada di masyarakat. Misalnya dalam QS. Al-Maidah, di mana
Allah ta’ala menyebutkan sifat dari umat Islam yaitu mengajak kepada yang
ma’ruf.
5.
At-Tafsir Wal Bayan/ التفسير والبيان
:
Ayat ini mengandung pokok-pokok
akhlak yang mulia, diantaranya adalah memberikan maaf dan ampunan kepada orang
lain. Hal ini adalah bagian dari akhlak kepada sesama manusia tanpa membebani
mereka dan menjadikan sulit dan terbebani. Inilah salah satu dari ciri akhlak
seorang muslim yaitu memaaf, memudahkan dan lembut lembut dengan orang lain.
Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits di mana rasulullah
bersabda:
يسّروا ولا تعسّروا ، وبشّروا ولا تنفّروا
Mudahkanlah oleh kalian janganlah dipersulit,
mudahkanlah jangan membebani.
Termasuk dalam pengertian dari العفو
adalah menyambung tali silaturahmi, memberikan maaf kepada orang-orang yang
berbuat dosa, berlemah lembut dengan sesame muslim dan berbagai akhlak mulia
lainnya. Inilah tujuan utama dari agama ini yaitu memberikan kemudahan dan
toleransi dan memenuhi hak-hak manusia. Sebaliknya akhlak yang mulia adalah
tidak membebani manusia khususnya hal-hal yang berkaitan dengan hak-hak
kebendaan. Meninggalkan segala bentuk iri dengki, dan segala hal yang
mendatangkan pada permusuhan dan pembebanan kepada manusia. Sebagaimana firman
Allah ta’ala:
وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا
مِنْ حَوْلِكَ
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. QS Ali Imran: 159.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...