Oleh: Misno Mohd Djahri
Judul ini tidak ada kaitannya dengan sinteron dan film dengan judul
“Layangan Putus”, sekadar memberikan tamsil tentang layangan putus. Ya… bagaimana
sebenarnya nasib dari layang-layang yang telah putus?
Layang-layang adalah salah satu dari mainan yang sangat popular di
seluruh dunia, tidak hanya di Indonesia namun di berbagai dunia benda ini ada dan
dimainkan dari anak-anak hingga orang dewasa. Bahkan beberapa negara
menjadikannya sebagai festival tahunan yang memiliki banyak peminat, tentunya
dengan segala perkembangan yang ada dari layang-layang ini.
Tulisan ini juga terinspirasi dari beberapa layang-layang yang ditemukan
di atap rumah, kebun samping rumah hingga yang menyangkut di pepohonan sekitar
tempat tinggal saya. Layang-layang itu putus dan terbawa oleh angin hingga
sampai di berbagai tempat yang jauh dari asalnya. Mungkin ketika baru saja
putus atau melayang karena putus, akan menjadi benda yang dikejar-kejar oleh
anak-anak. mereka kan berlarian untuk mengejarnya. Namun jika tidak ada yang melihatnya maka ia akan terombang-ambing angin dan akhirnya teronggok di atas
tanah, menyangkut di kabel listrik atau di atas pohon.
Setelah beberapa saat maka layang-layang putus itu akan terkena
panas dan hujan hingga secara perlahan hancur oleh alam. Apalagi jika layang-layang
itu terbuat dari kertas, akan lebih cepat hancur oleh tetesan dan guyuran air
hujan. Beruntung bagi layang-layang yang terbuat dari plastik atau bahan anti
air lainnya, umurnya akan lebih panjang dan mampu bertahan dari panasnya
matahari dan hujan yang menimpanya. Walaupun tidak lama seteleh itu ia juga
akan binasa… semua yang di dunia memang fana adanya.
Akhir dari layang-layang putus adalah menjadi sampah yang tidak
berguna, ia akan dihancurkan oleh alam, disingkirkan oleh manusia dan
dihilangkan dari dunia. Demikianlah tamsil dari sebuah layang-layang, ketika
dalam proses pembuatannya ia akan ditimang-timang kemudian di pajang di toko mainan
atau penjual pinggir jalan. Ia menarik mata bagi yang menyukainya, dengan
beberapa rupiah ia akan dibawa pulang ke rumah. Menjadi mainan dan memberi
kebahagiaan bagi pemiliknya, ia akan terbang bersama dengan keceriaan dari
mereka yang menerbangkannya. Melayang di awang-awang dan memberi kesan menawan
bagi yang melihatnya, itulah masa puncak bagi layang-layang. Jika tiba-tiba karena
tali atau benang yang mengikatnya terlepas atau terputus maka dia akan melayang
tanpa aturan, terbawa angin yang membawanya ke suatu tempat yang tidak pernah
terpikirkan sebelumnya.
Manusia di dunia pun demikian adanya, ia hadir ke dunia karena
kehendak dari Allah Ta’ala, berawal dari alam arwah, lalu ke alam rahim dan
akhirnya sampai di dunia. Takdir Allah tidak akan pernah lepas darinya, namun
dia diberikan kebebasan untuk berusaha, berikhtiar dan berkehendak selama di
dunia. Ia bisa terbang tinggai ke angkasa, memesona bagi yang melihatnya,
membuat bahagia siapa saja yang bersamanya. Namun ketika ia lepas dari
syariahNya, baik itu disengaja atau tidak sengaja karena hawanya maka ia akan
seperti layang-layang yang terombang-ambing oleh angin. Bahkan ia tidak mampu
menguasai dirinya sendiri, melayang dan terseret angin ke tempat yang membawa
kepada kebinasaannya.
Akhir dari layangan putus adalah menjadi benda yang tiada guna,
seperti manusia yang terlepas dari segala aturan syariahNya ia menjadi hina
bahkan lebih hina dari binatang melata. Ia tidak berguna karena tidak bisa lagi
disebut sebagai manusia, namun raga yang terbalut hawa. Jiwanya telah mati, dan
menolak dari segala kebenaran yang datang dari Sang Ilahi. Maka, jangan kita
seperti layangan putus yang tidak ada guna, jadilah layangan yang terus berada
dalam tali Allah Ta’ala, ikhtiar kita menjadi ukuran dan timbangan agar tali
itu tidak diputus oleh pemiliknya. Tidak pula putus karena angin hawa yang menerpa,
atau kualitas benang yang rapuh di dalamnya.
Semoga kita menjadi hamba yang selalu dapat menjalankan seluruh
syariatNya, layangan putus hanya tamsil betapa sejatinya kita hina jika tidak
lagi memiliki makna bagi pemilikNya. Pemilik, Pencipta dan Ilaah (Sesembahan)
kita adalah Allah Ta’ala, maka selalu kita mendekatkan diri kepadaNya. 04032022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...