Oleh: Misno Mohd Djahri
Gegap gempita MotoGP Mandalika 2022 telah berakhir Ahad 20 Maret
2022, menyisakan banyak kenangan dan pengalaman bagi mereka yang mengikutinya. Namun,
ada hal unik yang kini menjadi viral yaitu adanya Pawang Hujan yang turut hadir
dalam event internasional ini. Ya… kehadiran Rara Istiana Wulandari atau
yang biasa dikenal dengan Mba Rara menjadi pawang hujan dengan turun langsung
ke arena balap ketika hujan berlangsung menjadi berita viral dan membawa
kontroversi. Pawang hujan adalah orang yang dipercaya sebagian masyarakat dapat
mengendalikan hujan bahkan cuaca. Jasa pawang hujan di Indonesia biasanya
dipakai untuk acara-acara besar, seperti pernikahan, konser musik, dan ajang
olahraga. Kemunculan pawang hujan ini yang banyak menyita perhatian dari yang
melihatnya, berbekal cawan (mangkok) berwarna emas dan dupa serta membaca
mantera-mantera agar hujan berhenti. Faktanya dalam beberapa saat hujan memang
berhenti dan acara bisa dimulai setelah tertunda 1 jam 15 menit.
Kontroversi muncul di tengah masyarakat mengenai pawang hujan ini,
sebagian menganggapnya sebagai kearifan lokal yang harus dilestarikan sementara
yang lainnya berkeyakinan sebagai bentuk kesyirikan dalam Islam. Bagaimana sebenarnya
Islam memandang hal ini?
Sejatinya Islam telah memberikan pedoman yang lengkap kepada
manusia dalam segala sendi kehidupan, termasuk berkaitan dengan hujan. Pertama,
setiap muslim harus meyakini bahwa hujan yang turun adalah kuasa dari Allah Ta’ala.
Hal ini sebagaimana firmanNya:
ونزلنا من السماء ماء مباركا فأنبتنا به جنات
وحب الحصيد
Dan Kami
turunkan dari langit air yang diberkahi lalu Kami tumbuhkan dengan air itu
pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam. QS. Qaaf: 9.
Jika hujan
dibarengi dengan petir maka kita juga diperintahkan berdoa:
سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ
بِحَمِدِهِ وَالْمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ
Subhaanalladzi
yusabbihur ra’du bihamdihi wal malaaikatu min khiifatihi
Maha Suci Allah
yang halilintar bertasbih dengan memujiNya, begitu juga para malaikat, karena
takut kepadaNya”.
Selanjutnya apabila
hujan turun, kita diperintahkan untuk berdoa, sebagaimana diajarkan oleh
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam:
اللهم صيبا نافعا
Allahumma
shoyyiban naafi'a
Ya Allah
curahkanlah hujan yang bermanfaat. HR. Bukhari.
Apabila hujan itu ternyata terlalu deras dan dikhawatirkan akan
membahayakan maka kita diperintahkan untuk berdoa kembali:
اللَّهُمّ
حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ
وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَ
Allahumma haawalaina wa laa 'alaina. Allahumma 'alal aakami wal
jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari
Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan yang untuk
merusak kami. Ya Allah, turunkan lah hujan ke dataran tinggi, sebagian anak
bukit, perut lembah, dan beberapa tanah yang menumbuhkan pepohonan, HR Bukhari
Muslim.
Islam juga mengajarkan jika hujan tidak turun-turun dan kekeringan
dimana-mana maka kita disyariahkan untuk shalat istisqa’ yaitu shalat
untuk meminta hujan.
Lantas bagaimana menggunakan jasa pawang hujan? Jawabannya adalah
apabila pawang tersebut mengaku mampu mengatur hujan, awan dan matahari maka
dia telah berbuat syirik. Orang-orang yang percaya dengannya juga termasuk yang
percaya dengan kesyirikannya. Ini berarti menggunakan jasanya adalah haram,
karena bertentangan dengan banyak ayat al-Qur’an dan al-Hadits mengenai
satu-satunya Sang Pengatur alam semesta adalah Allah Ta’ala. Namun jika dia menyatakan
hanya berdo’a kepada Allah Ta’ala dengan pengetahuan ataupun teknologi sehingga
mampu “mengatur” atau memindahkan awan atau hujan maka dalam hal ini tidaklah
mengapa dengan syarat dia tidak bekerjasama dengan jin, syaithan dan bala
tentaranya serta tetap meyakini hanya Allah Ta’ala Pengatur semesta.
Terkait dengan local wisdom (kearifan lokal) maka dalam hal
ini Islam memberikan toleransi dengannya, syaratnya tidak bertentangan dengan
syariah Islam. Jika pawang hujan tersebut membuat sesajen, membakar dupa dengan
keyakinan adanya selain Allah yang dapat memberi manfaat atau mudharat maka itu
hukumnya haram dalam Islam. Demikian pula jika dia membaca mantera-mantera atau
do’a-do’a yang ditujukan kepada selain Allah maka syirik hukumnya. Apalagi jika
dia meyakini bahwa semua itu atas kehendaknya atau atas pengetahuan yang
dimilikinya. Kearifan lokal yang dibenarkan Islam adalah ketika ia tidak
mengandung unsur kesyirikan, mengedepankan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
sehingga apa yang dilakukannya bisa dipertanggungjawabkan.
Penulis pernah membaca tentang satu pembahasan mengenai energi yang
harus dikeluarkan oleh pawang hujan untuk menahan atau memindahkan hujan. Pembahasan
utamanya adalah bagaimana secara ilmiah proses memindahkan awan, mengalihkan
hujan dan mengatur cuaca itu bisa dibuktikan dengan ilmu pengetahuan? Maka ini
adalah tugas dari para cendekiawan untuk mempelajarinya, mungkin memang ada
semacam “pawang” yang bisa bersahabat dengan alam sehingga dia bisa “megaturnya”.
Seperti pawang binatang buas yang bisa menaklukan binatang buas tersebut padahal
seharusnya ia memangsanya. Pekerjaan besar bagi para ilmuwan untuk membuktikan,
jika benar silahkan dikembangkan jika salah maka sebaiknya kembali kepada
aturan Islam.
Islam telah memberikan pedoman, bahka jika hujan itu terlalu deras
dan dikhawatirkan membahayakan manusia maka kita dianjurkan untuk berdo’a:
اللَّهُمّ
حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا
Allahumma haawalaina wa laa 'alaina. (Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan yang untuk
merusak kami).
Makna dari doa ini adalah permintaan kepada Allah Ta’ala agar
memindahkan hujan tidak mengenai manusia dan membahayakan manusia, namun
mengguyur bagian lain yang memang memerlukannya. Do’a ini sejatinya mengajarkan
kepada kita tentang keyakinan kepada Allah Ta’ala, ikhtiar dengan doa kepadaNya
dan tentu saja proses tekhnologi untuk memodifikasi cuaca menjadi hal yang
mungkin untuk dilakukan.
Maka sebagai muslim sudah selayaknya kita kembali mempelajari Islam
sehingga akan paham berbagai panduan hidup dalam Islam. Selain itu penguasaan
terhadap tekhnologi juga menjadi sebuah keniscayaan bagi umat Islam, termasuk
tekhnologi yang akan menguatkan keimanan. Wallahua’lam. 21032022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...