Oleh: Dr. Misno, MEI
Pada hakikatnya manusia memiliki tiga fase kehidupan, yaitu masa
lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Masa lalu adalah masa yang telah
terjadi di masa lalu, ia bukan berarti sudah benar-benar berlalu, namun akan
selalu membayangi masa sekarang dan masa yang akan datang.
Inilah yang terjadi pada beberapa orang, di mana masa lalu sering
sekali berpengaruh terhadap kehidupannya sekarang. Jika pengaruh itu positif
(baik) maka akan memberikan dampak yang baik juga, misalnya seseorang yang
bersungguh-sungguh dan berjuang sekuat tenaga dengan belajar dan bekerja di
masa lalu maka ia akan dapat menikmati hasilnya di masa sekarang.
Sebaliknya jika masa lalu itu negatif, penuh dengan hal-hal yang
tidak baik, dosa atau maksiat maka efek negatifnya akan terjadi pula di masa
sekarang ini. Misalnya seseorang yang di masa lalu mendzalimi orang lain atau
melakukan perbuatan yang merugikan pihak lain maka di masa sekarang atau di
masa depan ia akan mendapatkan balasan dari perbuatan dzalimnya tersebut. Selain
itu ketidaknyamanan dalam kehidupan juga akan terus membayangi hari-harinya di
masa yang sekarang ini.
Bagaimana jika masa lalu yang kelam dan gelap ternyata bukan
dilakukan dengan sengaja atau bukan karena kehendaknya? Misalnya seseorang yang
mengalami trauma di masa lalu kemudian terus berlanjut di masa sekarang ini. Bisa
juga seseorang yang mengalami bullyng atau kekerasan di masa lalu akan
terus merasakannya di masa sekarang ini. Ada juga yang karena anugerah yang
Allah ta’ala berikan di masa lalu, ternyata menjadi musibah di masa sekarang
ini sebagaimana cerita seorang kawan yang ternyata anugerah fisik yang dia
miliki di masa lalu justru menjadi fitnah di masa sekarang ini.
Berdamai dengan masa lalu adalah bagaimana kita dengan ikhlas
menerima berbagai kejadian di masa lalu dengan keyakinan secara total kepada
takdir (kehendak) Allah Ta’ala. Karena semua yang terjadi di dunia ini, baik di
masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang sudah atas kehendakNya.
Keyakinan secara mendalam bahwa semua yang terjadi pada kita baik itu sebuah
kebaikan atau keburukan di masa lalu adalah sudah menjadi kehendakNya. Selanjutnya
berdamai dengan masa lalu juga bermakna bahwa segala yang menjadi efek (akibat)
dari masa lalu yang di masa sekarang ini masih berpengaruh dalam kehidupan
hendaknya dijadikan kaca benggala (cermin diri) agar kita selalu
menyadari bahwa Ilahi dengan keadilannya akan selalu memberikan hal yang
terbaik itu setiap insani. Masa lalu yang terus membayangi juga menjadi semacam
“lampu merah” atau rem yang dapat mengatur dan menahan diri ketika sesuatu terjadi.
Misalnya kita ingat akan kedzaliman yang sudah kita lakukan kepada orang lain,
maka ketika di masa sekarang kita didzalimi orang lain maka jadikan itu sebagai
kafarat (penebus) kedzaliman kita di masa lalu. Demikian pula ketika
kita difitnah oleh orang lain, maka jadikan ia sebagai penebus atas dosa dan
kesalahan kita di masa lalu. Terakhir bahwa kegelapan di masa lalu menjadi
energi bagi kita untuk dapat meraih terang-benderang di masa sekarang dan yang
akan datang. Sebagai energi, maka hikmah dan pelajaran yang ada di masa lalu
menjadi bekalan untuk dapat menghadapi masa sekarang dan yang akan datang. Kita
tidak akan terjerumus ke dalam lubang lebih dari dua kali, demikian pula kita
tidak akan terbawa pada lembah nestapa untuk yang ke sekian kalinya. Kalaupun sekali-kali
tergelincir kita pun harus ingat bahwa kita adalah manusia.
Nasehat seperti ini memang mudah untuk dituliskan atau diucapkan,
namun sangat berat untuk dilaksanakan dalam menjalani kehidupan. Maka kita
jawab, “Betul sekali”, bahwa menulis atau berbicara itu lebih mudah daripada
melakukannya, namun kita juga harus ingat ada Rabb di atas sana yang dapat
berkehendak sesuai dengan kuasaNya. Sehingga berdamai dengan masa lalu akan
mudah bagi yang dimudahkan oleh Allah Ta’ala. Tentu dengan doa dan terus
berikhtiar dalam melakukaknnya. Selanjutnya jika masih sulit untuk berdamai
dengan masa lalu maka hendaknya terus berjuang mujahadah (bersungguh-sungguh)
secara terus menerus. Walaupun sering terjatuh, tersungkur dan terjerembab maka
bangkitlah kembali, karena kita ini adalah insani, tempat salah dan lupa. Kembali
menguatkan diri untuk berdiri, melangkah dan berlari dari masa lalu yang
membawa kepada efek negative bagi diri. Terus berjuang, karena yang dinilai
bukan akhir perjuangan, tapi bagaimana kesungguhan dan proses perjuangan itu.
Mari berdamai dengan masa lalu, karena ia adalah bagian tidak
terpisahkan dari kehidupan yang kadang haru-biru. Tata qalbu (hati), perbaiki
ikhtiarmu dan fokus pada tujuan akhir waktu. Semoga masa lalu menjadi ibrah untuk
menghadi masa kini dan nanti ketika menghadap Rabbul Izzati. Wallahua’lam,
03032022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...