Kamis, 03 Maret 2022

BERDAMAI DENGAN MASA LALU

Oleh: Dr. Misno, MEI

 


Pada hakikatnya manusia memiliki tiga fase kehidupan, yaitu masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Masa lalu adalah masa yang telah terjadi di masa lalu, ia bukan berarti sudah benar-benar berlalu, namun akan selalu membayangi masa sekarang dan masa yang akan datang.

Inilah yang terjadi pada beberapa orang, di mana masa lalu sering sekali berpengaruh terhadap kehidupannya sekarang. Jika pengaruh itu positif (baik) maka akan memberikan dampak yang baik juga, misalnya seseorang yang bersungguh-sungguh dan berjuang sekuat tenaga dengan belajar dan bekerja di masa lalu maka ia akan dapat menikmati hasilnya di masa sekarang.

Sebaliknya jika masa lalu itu negatif, penuh dengan hal-hal yang tidak baik, dosa atau maksiat maka efek negatifnya akan terjadi pula di masa sekarang ini. Misalnya seseorang yang di masa lalu mendzalimi orang lain atau melakukan perbuatan yang merugikan pihak lain maka di masa sekarang atau di masa depan ia akan mendapatkan balasan dari perbuatan dzalimnya tersebut. Selain itu ketidaknyamanan dalam kehidupan juga akan terus membayangi hari-harinya di masa yang sekarang ini.

Bagaimana jika masa lalu yang kelam dan gelap ternyata bukan dilakukan dengan sengaja atau bukan karena kehendaknya? Misalnya seseorang yang mengalami trauma di masa lalu kemudian terus berlanjut di masa sekarang ini. Bisa juga seseorang yang mengalami bullyng atau kekerasan di masa lalu akan terus merasakannya di masa sekarang ini. Ada juga yang karena anugerah yang Allah ta’ala berikan di masa lalu, ternyata menjadi musibah di masa sekarang ini sebagaimana cerita seorang kawan yang ternyata anugerah fisik yang dia miliki di masa lalu justru menjadi fitnah di masa sekarang ini.

Berdamai dengan masa lalu adalah bagaimana kita dengan ikhlas menerima berbagai kejadian di masa lalu dengan keyakinan secara total kepada takdir (kehendak) Allah Ta’ala. Karena semua yang terjadi di dunia ini, baik di masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang sudah atas kehendakNya. Keyakinan secara mendalam bahwa semua yang terjadi pada kita baik itu sebuah kebaikan atau keburukan di masa lalu adalah sudah menjadi kehendakNya. Selanjutnya berdamai dengan masa lalu juga bermakna bahwa segala yang menjadi efek (akibat) dari masa lalu yang di masa sekarang ini masih berpengaruh dalam kehidupan hendaknya dijadikan kaca benggala (cermin diri) agar kita selalu menyadari bahwa Ilahi dengan keadilannya akan selalu memberikan hal yang terbaik itu setiap insani. Masa lalu yang terus membayangi juga menjadi semacam “lampu merah” atau rem yang dapat mengatur dan menahan diri ketika sesuatu terjadi. Misalnya kita ingat akan kedzaliman yang sudah kita lakukan kepada orang lain, maka ketika di masa sekarang kita didzalimi orang lain maka jadikan itu sebagai kafarat (penebus) kedzaliman kita di masa lalu. Demikian pula ketika kita difitnah oleh orang lain, maka jadikan ia sebagai penebus atas dosa dan kesalahan kita di masa lalu. Terakhir bahwa kegelapan di masa lalu menjadi energi bagi kita untuk dapat meraih terang-benderang di masa sekarang dan yang akan datang. Sebagai energi, maka hikmah dan pelajaran yang ada di masa lalu menjadi bekalan untuk dapat menghadapi masa sekarang dan yang akan datang. Kita tidak akan terjerumus ke dalam lubang lebih dari dua kali, demikian pula kita tidak akan terbawa pada lembah nestapa untuk yang ke sekian kalinya. Kalaupun sekali-kali tergelincir kita pun harus ingat bahwa kita adalah manusia.

Nasehat seperti ini memang mudah untuk dituliskan atau diucapkan, namun sangat berat untuk dilaksanakan dalam menjalani kehidupan. Maka kita jawab, “Betul sekali”, bahwa menulis atau berbicara itu lebih mudah daripada melakukannya, namun kita juga harus ingat ada Rabb di atas sana yang dapat berkehendak sesuai dengan kuasaNya. Sehingga berdamai dengan masa lalu akan mudah bagi yang dimudahkan oleh Allah Ta’ala. Tentu dengan doa dan terus berikhtiar dalam melakukaknnya. Selanjutnya jika masih sulit untuk berdamai dengan masa lalu maka hendaknya terus berjuang mujahadah (bersungguh-sungguh) secara terus menerus. Walaupun sering terjatuh, tersungkur dan terjerembab maka bangkitlah kembali, karena kita ini adalah insani, tempat salah dan lupa. Kembali menguatkan diri untuk berdiri, melangkah dan berlari dari masa lalu yang membawa kepada efek negative bagi diri. Terus berjuang, karena yang dinilai bukan akhir perjuangan, tapi bagaimana kesungguhan dan proses perjuangan itu.

Mari berdamai dengan masa lalu, karena ia adalah bagian tidak terpisahkan dari kehidupan yang kadang haru-biru. Tata qalbu (hati), perbaiki ikhtiarmu dan fokus pada tujuan akhir waktu. Semoga masa lalu menjadi ibrah untuk menghadi masa kini dan nanti ketika menghadap Rabbul Izzati. Wallahua’lam, 03032022.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...