Oleh:
Abdurrahman
A.
Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang
berlimpah ruah, kekayaan hutan, laut dan bahan-bahan tambangnya telah
memberikan kemakmuran bagi rakyatnya. Kekayaan negeri ini semakin sempurna
dengan warisan budaya masa lalu yang menjadikan negeri ini memiliki aneka warna
budaya dan adat-istiadat. Tidaklah berlebihan jika negeri ini diberi sebutan
Zamrud Katulistiwa, rangkaian mutu manikam yang menjadi primadona bagi seluruh
masyarakat dunia.
Kekayaan budaya dan adat-istiadat Indonesia terbukti dengan rakyatnya
yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang berbeda-beda namun dalam satu
ikatan nusa, bangsa dan bahasa yang sama yaitu Indonesia. Kekayaan budaya
tersebut apabila digali maka akan semakin membuktikan bahwa Indonesia adalah
negara yang sejak dahulu telah memiliki kebudayaan yang tinggi. Bukti-bukti
yang menunjukan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang adiluhung
adalah adanya peningalan-peninggalan sejarah dan pra sejarah yang
bertebaran di setiap penjuru negeri ini.[1] Makam
Sultan Malik Ash-Shaleh di Aceh, situs-situs peninggalan Kerajaan Sriwijaya di
Palembang, Situs Megalitikum di Banten, Candi Borobudur di Jawa Tengah,
Sisa-sisa peninggalan Kerajaan Singasari dan Majapahit di Jawa Timur, Pura-pura
yang mempesona di Bali, peninggalan Purbakala di Sulawesi, Budaya lokal Dayak
di Kalimantan, tradisi megalitikum di Nusa Tenggara hingga budaya Papua yang
tetap bertahan hingga kini. Semua itu ada peninggalan budaya bangsa yang harus
dijaga sebagai warisan bagi generasi berikutnya.
Satu di antara peninggalan budaya bangsa yang tidak kalah dengan
keajaiban dunia di dunia lainnya adalah Gunung Padang. Sebuah situs yang merupakan
situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Cianjur Jawa Barat.
Situs ini berada pada perbatasan Dusun Gunungpadang dan Panggulaan, Desa
Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur provinsi Jawa Barat. Lokasinya
berjarak kurang lebih 20 kilometer dari persimpangan kota kecamatan Warung Kondang,
dijalan antara Kota Kabupaten Cianjur dan Sukabumi. Luas kompleks
"bangunan" kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian 885 m dpl, dan
areal situs ini sekitar 3 ha. Situs ini menjadi kompleks punden berundak
terbesar di Asia Tenggara bahkan di dunia.
Sebagai sebuah situs purbakala, ia menjadi bahan perbincangan oleh
kalangan ilmuwan yang berkecimpung dalam bidang sejarah dan geologi. Batu-batu
yang berserakan dengan ukuran besar menambah penasaran setiap yang berkunjung
ke sana. Presiden Presiden Susilo Bambang Yudoyono kemudian membuat tim khusus
yang meneliti lebih mendalam mengenai situs ini. Tidak puas hanya menerima dan
mendengarkan laporan dari tim tersebut, pada Rabu, 25 Februari 2014 Presiden Susilo Bambang
Yudoyono didampingi Ibu Ani Yudhoyono dan sejumlah menteri Kabinet Bersatu
langsung mendatangi lokasi ini. Pada kesempatan tersebut presiden dan rombongan
mendapatkan pemaparan yang lengkap dan utuh mengenai riset Gunung Padang yang
disampaikan ahli-ahli yang tergabung dalam Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM)
dipimpin Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB) Andi
Arief.[2]
[1]
Nina Herlina Lubis dkk, Sejarah Tatar Sunda I, Bandung: Pusat
Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Penelitian Universitas
Padjadjaran dan Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat, 2003, hlm. 28
[2]
Budi Brahmantyo, Keagungan Situs Megalitik Gunung Padang, Bandung:
Pikiran Rakyat Pariwisata, Jumat, 20 Januari 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...