Manusia
sebagai makhluk induvidu pada hakekatnya memiliki berbagai dimensi dalam
hidupnya seperti misalnya susunan syaraf, bentuk tubuh, sifat dan kepribadian
yang berbeda satu sama lainnya. Faktor-faktor ini menimbulkan adanya berbagai
macam perbedaan antar manusia.
Sebagai
makhluk sosial, manusia senantiasa membutuhkan orang lain dalam hidupnya.
Kebutuhan ini menyebabkan timbulnya kesamaan sikap dan perilaku yang akan
berarti mempersempit variasi antara individu yang satu dengan individu yang lain.
Dalam
kehidupan sehari-hari manusia akan selalu berhadapan dengan berbagai macam
rangsangan ( stimulus ) baik yang menyangkut dirinya sebagai individu maupun
berkaitan dengan kakekatnya sebagai makhluk sosial. Stimulus ini dapat berupa
stimulus fisik, tetapi juga bisa berupa stimulus non-fisik. Reaksi yang ditimbulkan
dari suatu stimulus bisa berbeda bagi seseorang dengan orang lain karena adanya
perbedaan individu. Secara individual manusia menangkap kesan yang berbeda atas
suatu stimulus yang sama. Perbedaan penangkapan ini bisa disebabkan oleh faktor
neorologik yang berbeda bagi seseorang dengan orang lain. Akibatnya si penerima
stimulus menangkapnya secara berbeda, terutama terhadap stimulus yang bersifat
fisik dimana reaksinya lebih bersifat neorologik. Disamping itu kemungkinan
disebabkan karena adanya perbedaan pengalaman, pikiran dan harapan pada diri
masing-masing. Hal ini terutama pada stimulus yang bersifat non-fisik. Dengan
kata lain bahwa perbedaan reaksi ini disebabkan adanya perbedaan persepsi bagi
individu.
Persepsi
seseorang dapat timbul dari pengalaman yang telah diperolehnya, baik yang
dilakukan sendiri maupun kesan dari orang lain. Akumulasi dari persepsi akan
mampu membentuk suatu opini asumsi atau kesimpulan tentang sesuatu yang telah
dialaminya.
Kotler
( 2003 ) mendefinisikan persepsi sebagai perception is the process by which an
individual selected, organized and interprets information inputs to create a meaningful
picture of the world. Sementara wells dan prenskey ( 2000 ) mendefinisikan
persepsi sebagai perception is the process consumers use to select stimuli or
object in their environment, gather information about them and interpret the
meaning of the information.
Pengertian
persepsi itu sendiri dapat dilihat dari beberapa defenisi persepsi berikut ini.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1995 ) persepsi adalah : (1) tanggapan (
penerimaan ) langsung dari sesuatu, serapan dan (2) proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui pancainderanya.
Definisi
persepsi menurut Michael W. Levine & Shefner ( 2000 ) yaitu : “persepsi
merupakan cara dimana kita menginterpretasikan informasi yang dikumpulkan ( di
proses ) oleh indera “.
Dalam
Ensiklopedi Indonesia (1984) di jelaskan bahwa persepsi menunjukan proses
mental yang menghasilkan bayangan pada diri individu, sehingga dapat mengenal
suatu objek dengan jalan asosiasi pada sesuatu ingatan tertentu, baik secara indera
penglihatan, indera perabaan dan sebagainya sehingga akhirnya bayangan itu dapat
disadari.
Menurut
Chaplin ( 2001 ) dalam kamus lengkap Psikologi, persepsi adalah :
1.
Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan
indera.
2.
Kesadaran dari proses-proses organik
3.
Satu kelompok dari pengeinderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari
pangalaman di masa lalu.
4.
Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan
organisme untuk melakukan pembedaan di antara perangsang-perangsang.
5.
Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta
mengenai sesuatu.
Persepsi
merupakan suatu proses seseorang menafsirkan stimulus yang diterimanya dan juga
merupakan suatu proses seseorang mengorganisasikan pikirannya dengan
menafsirkan dan mengalami serta mengolah pertanda atau segala sesuatu yang
terjadi di lingkungannya.
Persepsi
dapat juga diartikan sebagai proses kognetif yang dialami oleh setiap orang
dalam memahami setiap informasi tentang lingkungannya, baik dengan penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Dengan kata lain, persepsi
dapat dirumuskan sebagai proses yang kompleks dan menghasilkan suatu gambaran
tentang kenyataan yang sangat berbeda dengan kenyataan sebelumnya.
Dalam
hal stimulus yang kompleks maka persepsi merupakan suatu reaksi terhadap
situasi keeluruhan dari suatu lingkungan atau keseluruhan stimulus. Menurut Mozkowits
dalam penelitian Desriani ( 1993 ), persepsi memiliki hirarki sebagai berikut :
(1) Gambaran dasar, (2) Bentuk dan pola, (3) Konteks, (4) Identifikasi, (5)
Bersifat
motivasi.
Dalam
hirarki pertama persepsi hanya bersifat fisiologi dan dalam prosesnya banyak
berhubungan dengan sistem syaraf sedangkan hirarki kedua, proses terjadinya persepsi
telah mengaitkan unsur perkembangan dengan memperhatikan kematangan seeorang dan
juga pengalaman hail belajar di samping unsur neural sebagai dasarnya.
Hirarki
selanjutnya yaitu konteks yang merupakan suatu proses yang sudah mengaitkan
berbagai macam pengalaman dan hasil belajar sehingga bisa terjadi proses neuro
psikologik seperti pembedaan terhadap gerak, kedalaman dan konstansi.
Pada
hirarki identifikasi atau rekognisi yang merupakan suatu proses dimana didalamnya
sudah banyak terkait rangkaian berbagai kejadian dan pengalaman serta pembentukan
konsep. Hirarki terakhir bersifat motivasi atau nilai yang menunjukan bahwa
suatu persepsi telah merupakan aplikasi dari berbagai pengalaman individu.
Dalam hal ini dikatakan bahwa pengalaman, pengharapan serta penilaian terhadap
sesuatu hal bisa menjadi penentu terjadinya persepsi. Dengan demikian hal
tersebut akan mempengaruhi individu dalam memberikan bentuk dan arti atas apa
yang dilihatnya.
Dengan
hirarki tersebut maka dalam kehidupan sosial yang melibatkan banyak individu
akan banyak terjadi proses motivasi atau penilaian pada proses persepsi ini. Berbicara
mengenai motivasi, jelas bahwa motivasi selalu berurusan dengan perilaku.
Mengapa seseorang berperilaku tertentu tergantung pada motivasinya dan bagaimana
ia berperilaku tergantung pada persepsinya mengenai situasi lingkungannya. Jadi
dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara persepsi dengan perilaku.
Menurut
Chaplin (2001) persepsi kedalaman dimungkinkan lewat penggunaan isyarat
fisiologis seperti akomodasi, konvergensi dan disparitas selaput jala dari mata
dan juga disebabkan oleh isyarat-isyarat yang dipelajari dari perspektif linear
dan udara, interposisi atau meletakkan di tengah-tengah, ukuran relatif dari objek
dalam penjajaran, bayang-bayang dan ketinggian tekstur / susunan.
Menurut
David Krech ( 1998 ) mendefinisikan persepsi adalah peta kognitif individu
bukanlah penyajian potografik dari suatu kenyataan fisik, melainkan agak bersifat
konstruksi pribadi yang kurang sempurna mengenai objek tertentu, diseleksi sesuai
dengan kepentingan utamanya dan di pahami menurut kebiasaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...