Oleh: Dr. Misno, SHI., SE., MEI
Isu penyelewengan dana kemanusiaan di A*T semakin panas, bahkan hingga pemblokiran rekening mereka. Selain itu tuduhan beberapa pihak yang mengaitkan dengan kelompok “teroris” Al-Qaeeda menjadikan isu ini semakin viral dan mengundang kontroversi. Ada apa di balik isu ini sebenarnya?
Ada dua hal yang perlu kita cermati dari isu ini, pertama adalah professional
islami pengurus dalam mengelola dana umat (kemanusiaan). Kedua adalah Islam
sebagai agama yang selalu dicari-cari kesalahannya, sehingga semua hal terkait
dengan umatnya, tokohnya hingga institusi dan lembaga milik umat Islam akan
terus dicurigai. Senjata paling ampuh adalah mengaitkannya dengan Gerakan terorisme
global.
Dana umat Islam ataupun umat lainnya yang diamanahkan kepada suatu
lembaga haruslah haruslah dikelola secara Amanah dan professional islami. Professional
berarti sesuai dengan tupoksi (tugas pokok dan fungsi), di mana dana tersebut
harus disalurkan sesuai dengan amanah dari donatur. Kalaupun donatur tidak
secara spesifik menyebutkan alokasi dari dana yang diberikan maka pengelola
wajib mengalokasikannya dengan dasar mashlahah al-ammah. Dalam hal ini
berarti pengelola akan mendapatkan “jatah” sebagai bentuk penghargaan atas waktu,
tenaga dan pekerjaan yang dilakukannya.
Terkait dengan “hak” pengelola dana umat memang menjadi perbedaan
pendapat, mengenai jumlahnya hingga standar kehidupan “cukup” bagi para
pengelolanya. Maka dalam hal ini solusinya adalah mendasarkan pada kontribusi
dari masing-masing pengelola atas kontribusi bagi lembaga. Tidak berlebihan
memang terkadang sulit diukur dengan angka, namun merujuk pada kebutuhan pokok
dan standar hidup masyarakat maka selayaknya pengelola berhati-hati dengan hal
ini.
Sikap mengelola dana secara professional juga dibarengi dengan
sifat-sifat Islami yang harus ada pada pengurus. Professional saja tidak cukup,
karena berapa banyak orang yang professional dalam bekerja tetapi etika, norma
dan adab islaminya sangat kurang. Maka yang dimaksud dengan professional Islami
adalah sikap professional yang didasarkan kepada nilai-nilai Islam, baik dalam
masalah akidah, syariah dan muamalah. Nilai-nilai Islam harus ada bukan hanya
pada setiap individu pengurus namun juga budaya kerja pada lembaga tersebut. Sehingga
akan terbangun satu corporate culture yang baik, sebagai contoh mereka
malu untuk masuk kantor terlambat, menyia-nyiakan waktu kerja hingga malu kalau
pulang kerja belum waktunya.
Hal-hal kecil seperti ini akan membawa pada hal-hal yang lebih
besar, misalnya malu ketika menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan
pribadi, malu untuk menggunakan waktu kantor untuk urusan pribadi hingga malu
dan takut dosa ketika akan melakukan korupsi atau penyelewangan lainnya. Maka Amanah
dan profeional islam menjadi kunci bagi pengurus dan pengelola dana umat. Mereka
memahami bahwa Amanah dana yang diberikan kepada mereka akan dimintai
pertanggungjawabannya, baik di dunia melalui akuntan publik serta di akhirat di
mana Allah Ta’ala sendiri yang akan menghisab setiap amal kita.
Masalah berikutnya terkait dengan isu A*T adalah mengenai Islam
yang seringkali dijadikan “kambing hitam” dalam berbagai permasalahan. Gerakan islamophobia
serta orang-orang Islam yang tidak paham (jahil) dengan Islam sehingga dengan
mudah memberikan stigma negatif kepada Islam dan umatnya. Termasuk lembaga
pengelola dana umat yang berbasis Islam atau dimiliki oleh umat Islam. Mereka memang
tidak suka kalau Islam maju dan berkembang, mereka tidak suka kalau umat Islam
sejahtera dunia dan akhirat, mereka juga tidak senang ketika lembaga sosial,
ekonomi dan kemanusiaan Islam maju dan memberikan manfaat banyak untuk seluruh
umat di semesta. Bahkan dalam QS. Al-Baqarah: 120 “Orang-orang Yahudi dan
Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.
Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang
benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah
pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan
penolong bagimu.
Ayat ini memberikan pedoman bagi kita sebagai umat Islam untuk
selalu berhati-hati terhadap pihak-pihak yang tidak suka dengan Islam. Mereka akan
melakukan apa saja untuk menghancurkan Islam yang membawa kepada kedamaian. Bisa
jadi mereka tidak paham dan terbawa dengan fanatic kelompok sehingga tidak memahami
bahwa Islam adalah agama yang membawa kepada kedamaian. Selama mereka tidak
mengganggu kita, maka umat Islam juga tidak akan mengganggu mereka. Namun ketika
Islam diganggu, maka jangan salahkan bila umat Islam juga akan bereaksi.
Maka, kepada seluruh pengurus lembaga yang mengelola dana umat dan
kemanusiaa, hendaknya kita selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala.
Teruslah kembali mempelajari agama Islam ini, karena itu adalah solusi bagi
setiap ketidaktahuan yang kita miliki. Mungkin kita tidak pahami tentang
seberapa bagian dari amil atau pengelola dana umat secara Islam? Dengan belajar
kita akan tahu mana yang halal dan mana yang haram sehingga akan terhindar dari
segala bentuk kesalahan. Selanjutnya berlakulah istiqamah, terus bermujahadah
dalam pengelolaan dana umat agar senantiasa berada dalam hidayahNya. Ketika para
pengurus lembaga pengelola dana umat selalu berada dalam hidayah Allah Ta’ala,
inshaallah mereka tidak akan berani untuk melakukan hal-hal yang diharamkan
olehNya.
Apabila kita sudah berlaku lurus, selaras dengan nilai-nilai
syariah, namun ternyata masih ada orang-orang yang tidak suka dengan kita maka
bersabarlah dengannya. Sabar dalam makna menjelaskan tentang berbagai tuduhan
yang tidak benar, memberikan bukti-bukti bahwa tidak pernah terjadi penyelewengan
dan penyalahgunaan dana. Apabila masih terus berlanjut maka hadapi di depan
hukum yang berlaku, berjuanglah untuk membela kebenaran itu. Ketika ternyata
kita kalah di dpean hukum, padahal secara syar’i kita tidak kalah, maka bukan
hasil yang akan dinilai tapi proses membela kebenaran itu yang akan dijadikan
amal kebajikan. Bahkan ketika harus masuk penjara untuk membela sebuah
kebenaran, maka itu adalah jalan terbaik di hadapan Ar-Rahman.
Jika ternyata keadaannnya tidak seratus persen demikian, mungkin ada
kesalahan kecil karena kita sebagai manusia biasa. Maka meminta maaflah kepada
umat, perbaiki segera, bertaubat dan kembalikan semua dana yang bukan hak kita.
Inshaallah dengan taubatan nasuha semua kesalahan kita kepada manusia
dan Allah Ta’ala akan dimaafkan dan diampuni semua kesalahan. Wallahua’lam.
07072022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...