Oleh: Misno Mohamad Djahri
Berita mengenai Citayam
Fashion Week hingga pekan ini masih mendominasi dunia sosial media (sosmed),
sebut saja tiktok, reel instagram, reel di youtube dan saluran lainnya
seolah-olah menjadikannya sebagai tema utama. Berbagai content creator bahkan
menjadikannya sebagai obyek baru content mereka. Dari mulai wawancara
dengan anak muda yang ada di sana hingga semua hal terkait dengan topik ini. Bagaimana sebenarnya menyikapi hal ini?
Ada banyak hal yang
bisa dibincangkan dari fenomena ini, dari mulai kemunculannya, para tokohnya
hingga “sesuatu” yang ada di balik viralnya topik ini. Salah satu yang menarik
untuk dibahas adalah terkait dengan para pelaku dan tokoh-tokoh yang ada di
dalamnya yang sebagian adalah anak-anak dari Citayam, Bojonggede dan Depok. Tentu
saja kenyataannya mereka banyak juga dari Bekasi, Tangerang, Bogor dan wilayah
Jabodetabek lainnya.
Tokoh-tokoh viral
yang ada di berita viral ini ada; Bonge, Kurma, Jeje, Mami dan anak-anak muda
yang lainnya. Sebagian besar dari mereka menggunakan outfit yang “heboh”
khas anak muda, yang justru menjadi icon bagi berita ini. Sebagian dari
mereka adalah anak-anak kalangan ekonomi menengah ke bawah dengan pendidikan yang
juga hanya sampai di tingkat dasar atau menengah atas. Tentu saja latar
asal-usul, budaya, ekonomi dan Pendidikan bukan menjadi suatu masalah, masalah
terbesar bagi penulis adalah beberapa dari mereka yang mengususng gaya hidup yang
tidak sesuai dengan agama dan budaya bangsa.
Mamih, Minho dan
Bella adalah tigha contoh dari anak muda yang cukup viral di Citayam Fashion
Week karena sering menjadi obyek wawancara dan content. Video wawancara
mereka bersliweran di social media, dengan gayanya masing-masing. Dari ketiga
tokoh tersebut tentu saja ada kesamaan di mana mereka sedang mengalami krisi
kepribadian. Bahkan duan ama terakhir mengaku secara terbuka bahwa pekerjaannya
adalah “Pekerja Malam”, yaitu melayani om-om dengan tarif tertentu. Tentu saja
bukan hanya mereka bertiga, masih banyak lagi remaja-remaja seperti mereka yang
terbawa dalam arus budaya yang tidak sesuai dengan agama dan budaya bangsa.
Ketiga remaja tersebut
adalah laki-laki namun memakai pakaian perempuan dan dengan gaya kemayu
perempuan. Terlihat jelas dalam banyak video viral mereka memakai pakaian
perempuan dengan bagian perut terbuka serta aksesoris khas perempuan. Ditambah lagi
dengan gaya bicara, gerak tubuh yang jelas mereka adalah remaja putra yang
bergaya seperti remaja putri. Sebagian menganggapnya lucu dan sebagai hiburan, Sebagian
lagi mungkin cuek saja dengan gaya mereka karena memang sudah banyak di sekitar
kita. Bagaimana dengan anda para pembaca? Apakah anda juga “menerima” keadaan
mereka? Atau mengaanggap ini adalah sebuah ancaman generasi di masa depan?
Islam sebagai agama
yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia telah memberikan pedoman dalam
bertingkah laku bagi laki-laki dan perempuan. Demikian pula Islam melarang bagi
mereka uuntuk menyerupai lawan jenisnya, Rasulullah Shalallahu Alaihi
Wassalam telah melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan
yang menyerupai laki-laki. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata,
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – الْمُتَشَبِّهِينَ
مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ ، وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ
“Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang
menyerupai laki-laki” HR. Bukhari.
Dalam lafazh Musnad
Imam Ahmad disebutkan,
لَعَنَ اللَّهُ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ
، وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ
“Allah melaknat
laki-laki yang menyerupai wanita, begitu pula wanita yang menyerupai laki-laki”
HR. Ahmad.
Demikian pula dalam
hadits Abu Hurairah disebutkan,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَعَنَ الرَّجُلَ يَلْبَسُ
لُبْسَةَ الْمَرْأَةِ وَالْمَرْأَةَ تَلْبَسُ لُبْسَةَ الرَّجُلِ
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita,
begitu pula wanita yang memakai pakaian laki-laki”. HR. Ahmad.
Berdasarkan Riwayat-riwayat
tersebut jelas sekali bahwa Allah Ta’ala dan RasulNya telah melaknat dalam makna
menjauhkan dari segala bentuk kebaikan bagi laki-laki yang menyerupai perempuan
dan perempuan yang menyerupai laki-laki.
Kembali ke fenomena
Mami, Minho dan Bella serta beberapa yang lainnya di Citayam Fashion Week,
maka kita sebagai seorang muslim harus punya keberanian untuk menyampaikan
kebenaran bahwa fenomena tersebut tidak sesuai dengan syariah Islam yang
menjunjung tinggi kemuliaan manusia. Sedangkan budaya bangsa sendiri tidak
memperkenankan hal ini karena tidak sesuai dengan budaya leluhur kita. Sehingga
hal ini harus diberikan peringatan, himbauan, penyampaian dan tahdzir dari
semua pihak.
Tentu saja caranya
harus sesuai dengan aturan Islam, jangan dengan kekerasan atau penyampaian yang
justru menjadikan mereka menjauh dari Islam. Sebarkan dakwah dan keramahan
Islam kepada mereka, sadarkan mereka bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan
syariah Islam dan akan menghancurkan kehidupannya sendiri. Ini menjadi tugas
kita semua, sebagai muslim dan seluruh komponen bangsa. Bahwa perilaku yang
menyimpang ini akan semakin menyebar apabila kita tidak menghentikan dan
melakukan Tindakan amar ma’ruf nahi mungkar. Tentu saja sekali lagi dengan cara
yang elegant.
Bagi adik-adik remaja
yang sering nongkrong di SCBD, silahkan berkreasi, namun jangan melanggar dari
fitrah insani (manusia). Jika kalian laki-laki maka bergaya-lah sebagai
laki-laki dan jika kalian perempuan maka berpakaianlah layaknya perempuan. Jika
kalian mengalami trauma masa kecil atau ada perasaan dalam hati yang tidak
sesuai dengan fisik sendiri maka itu adalah cobaan dari Allah Ta’ala. Teruslah berusaha
menghilangkan perasaan yang tidak sesuai dengan jati diri dan fisik yang telah
Allah Ta’ala anugerahkan baik sebagai laki-laki atau perempuan.
Namun, jika gaya
yang ditampilkan hanya sekadar sensasi atau karena mencari keuntungan duniawi
atau untuk mendapatkan uang. Maka berhati-hatilah, pertama bahwa usaha untuk
mencari uang atau materi jangan sampai mengorbankan hati Nurani sebagai laki-laki
atau perempuan hingga harus merubah penampilan. Kedua, jika uang itu menentukan
memang terkadang itu benar, tapi uang bukan segalanya sehingga harus melakukan
apa saja tanpa melihat halal atau ahram dalam mendapatkannya. Ketiga,
kembalilah kepada Islam yang telah mengajarkan umat manusia untuk memiliki uang
tapi tidak menjadikannya sebagai tujuan utama dalam kehidupan hingga tidak
melihat dari mana sumbernya.
Citayam Fashion Week adalah satu fenomena yang bukan viral dengan sendirinya, budaya urabn, perubahan di masyarakat hingga kehidupan konsumerisme telah membentuk fenomena ini. Selain itu banyak komunitas yang menumpang viralnya, misalnya dari kalangan LGBT dan yang lainnya. Sehingga mari kita peduli dengan bangsa ini, mari peduli dengan generasi negeri ini, caranya dengan Kembali memahami agama Islam yang menjadi ruh bagi insani. Wallahu a’lam, menjelang tengah malam 27072022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...