Oleh : Mochamad Hadiyana
Suma Oriental adalah
catatan yang ditulis oleh Tome Pires pada tahun 1512-1515 yang berisi informasi
tentang kehidupan di wilayah Asia timur dan Asia Tenggara pada abad ke-16.
Catatan ini sebenarnya merupakan laporan resmi yang ditulis Tomé Pires kepada Raja
Portugis tentang potensi peluang ekonomi di wilayah yang baru dikenal oleh
Portugis saat itu sehingga tidak pernah diterbitkan. Catatan ini terdiri dari
enam jilid, dua jilid pertama berisi informasi tentang wilayah antara Mesir dan
Malabar, dan sisanya berisi informasi tentang wilayah Bengali, Indocina,
Indonesia, Cina, dan Jepang. Tentang Indonesia, Suma Oriental memuat informasi
terutama tentang Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.
Setelah sempat
"menghilang" berabad-abad, pada tahun 1944 Armando Z. Cortesão
menerbitkan terjemahan Suma Oriental ke dalam bahasa Inggris, berdasarkan versi
salinannya yang ditemukan di Perpustakaan Chambre des Deputes di Paris.
Tentang Kerajaan Sunda,
Tome Pires menggambarkan bahwa, menurut berita lokal, Kerajaan Sunda luasnya setengah
pulau Jawa dan ada juga yang menyebut luasnya sepertiga ditambah seperdelapan
luas pulau Jawa. Kerajaan Sunda sangat kaya. Kerajaan ini memiliki empat ribu
kuda yang didatangkan dari Pariaman dan pulau-pulau lain. Raja memiliki empat
puluh gajah. Emas enam karat juga ditemukan di kerajaan ini. Asam berlimpah
yang berguna untuk dibuat cuka oleh penduduk. Kota tempat raja berada disebut
kota besar atau dayeuh. Kota tersebut memiliki bangunan-bangunan yang dibuat
dengan baik dari kayu dan daun palem. Rumah raja memiliki 330 tiang kayu
setebal drum anggur yang tingginya 8 meter. Kota tersebut dapat ditempuh selama
2 hari dari pelabuhan utama. Raja Sunda merupakan olahragawan dan pemburu
ulung. Tahta kerajaan turun dari ayah kepada anak laki-laki. Orang Sunda sangat
jujur. Perempuan bangsawannya cantik-cantik. Penduduknya ramah (tidak garang).
Mereka gemar akan senjata yang dihias. Kerisnya mengkilat. Orang Sunda di
pantai bergaul denga para pedagang dari pedalaman. Mereka terbiasa berdagang,
Orang Sunda sangat sering datang ke Malaka. Mereka membawa lancara (kapal kargo
yang beratnya seratus lima puluh ton). Kerajaan Sunda memiliki 6 kapal jung dan
banyak lancara.
Sunda Kelapa merupakan
salah satu pelabuhan yang dimiliki Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten,
Pontang, Cigede, Tanara dan Cimanuk. Pelabuhan Sunda Kalapa ramai disinggahi
pedagang-pedagang dan pelaut dari luar seperti dari Sumatra, Malaka, Sulawesi
Selatan, Jawa dan Madura. Di Sunda Kelapa banyak diperdagangkan lada, beras,
asam, hewan potong, emas, sayuran serta buah-buahan. Ketika Malaka direbut
Portugis pada tahun 1511, maka pada tahun 1522 Gubernur d’Albuquerque yang
berkedudukan di Malaka mengutus Henrique Leme untuk mengadakan hubungan
persahabatan dengan Kerajaan Sunda, guna mendapatkan izin mendirikan benteng di
Sunda Kelapa. Maksud Portugis itu mendapat sambutan baik dari Kerajaan Sunda.
Pada tanggal 21 Agustus 1522 dibuatlah suatu perjanjian yang menyebutkan bahwa
orang Portugis akan membuat benteng di Sunda Kelapa, sedangkan Sunda Kelapa
akan menerima barang-barang yang diperlukan. Raja Sunda akan memberikan kepada
pihak Portugis 1.000 keranjang lada sebagai tanda persahabatan. Sebuah batu
peringatan atau padrau (baca : Padrong) dibuat untuk memperingati peristiwa
itu.
LANJUTKAN LAGI DOONG CERITANYA !!!
BalasHapus.Pada tahun 1511..itu, kesultanan Banten jg sudah berdiri dg gagah,mungkin jg fihak Banten ,menilai,kerja sama antara Kerajaan Sunda(Pajajaran) dg Portugis,sangat membahayakan posisi Kesultanan Banten..Yg ahir nya..Kerajaan Pajajaran,di bumi hanguskan oleh kesultanan Banten...
BalasHapusTaun 1511 banten masih masuk pajajaran, sampai datangnya orang dari timur menduduki wilayah banten terutama dari demak yang merangkul cirebon. Orang sebelah timur setelah membumi hanguskan majapahit mereka kerjasama dengan cina, turki otoman menyerang sunda galuh.
Hapus