Oleh:
Abdurrahman
Semua orang tahu bahwa tidak ada satu orangpun yang sempurna di dunia
ini, sehingga kita harus siap untuk menerima kekuarang-kekurangan tersebut.
Jika orang tersebut adalah orang yang tidak kita sukai mungkin wajar saja,
namun jika orang yang tidak sempurna itu adalah pasangan kita maka membutuhkan
energy ekstra untuk menerimanya.
Pasangan hidup yang kita cintai memang kita pilih karena memiliki banyak
kelebihan. Namun, di balik kelebihannya terdapat banyak kekurangan yang akan
semakin tampak ketika semakin lama kita membina rumah tangga bersamanya.
Ketidaksempurnaan itu sudah kita ketahui ada pada setiap manusia, demikian pula
ada pada pasangan kita. Maka, jika ketidaksempurnaan ada di depan mata seharusnya
kita dengan mudah menerimanya. Itu teorinya, dalam praktek tetap saja sebagai
manusia sering sekali kita sulit untuk menerima ketidaksempurnaan tersebut.
Menerima ketidaksempurnaan itu memang sulit dilakukan, walaupun itu
kepada pasangan hidup kita yang amat kita cintai. Tetap saja ia akan mengundang
rasa tidak suka ketika ketidaksempurnaan itu kembali terulang di depan mata.
Haruskah kita menerima ketidaksempurnaan itu selamanya? Mungkin jawabannya
harus ya. Tentunya dengan terus mencoba menasehatinya agar bisa meminimalisir
ketidaksempurnaannya. Jika ia terus berulang dan menjadi sebuah kebiasaan?
Tentu saja kesabaran kita harus semakin ditingkatkan. Lagi-lagi itu teorinya.
Kenyataannya, rasa tidak suka dan sulit menerima ketidaksempurnaan pasangan
kita sering sekali kembali terasa. Muncul pikiran-pikiran negatif pada pasangan
kita karena ketidaksempurnaannya yang kembali terulang.
Sejatinya semua itu adalah godaan syaithan, ia menggoda manusia dengan
hal-hal yang tidak disukainya. Ketidak sukaan kita terhadap pasangan sejatinya
selalu dihembuskan oleh syaithan dan bala tentaranya. Sehingga ketika
ketidaksempurnaan pasangan kita kembali ada, maka diamlah sejenak pikirkan
hal-hal positif yang ada pada pasangan kita. Tidak banyak mungkin hal positif itu
tapi minimal bisa sedikit menyeimbangkan rasa tidak suka kita dengan
ketidaksempurnaan tersebut. godaan syaitan dan bala tentaranya memang sangat
luar biasa pada setiap pasangan. Ia ingin agar pasangan tersebut terpisah dan
saling membenci, walaupun sebenarnya secara naluri mereka saling mencintai.
Ketidaksempurnaan pasangan sering kali hanya pada hal-hal sepele yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Bagi para suami biasanya istri yang tidak
pandai memasak, istri lebih mengutamakan orang tuanya dan keluarga besarnya
dibandingkan suaminya atau keluarga besar suaminya, mengeluh ketika suami baru
pulang kerja, mengucapkan kata-kata omelan yang terus-menerus diucapkan dan
masalah kecil lainnya. Kelihata sepele namun bagi seorang suami akan merasa
bahwa itu adalah ketidaksempurnaan istrinya. Bisa jadi jika sekali atau dua
kali masih biasa, namun jika terus-menerus maka suami sendiri pasti akan tidak
suka.
Bagi seorang istri tindakan perilaku suami yang kecil-kecil seperti
meletakan pakaian kotor sembarang, tidak menyahut ketika diajak bicara, lebih
mengutamakan pekerjaan dari pada urusan keluarga, tidak memperhatikan keluarga
istrinya, selalu mencela masakan istrinya, mengungkit-ungkit peristiwa masa
lalu dan lain sebagainya. Semua itu menjadikan sang istri akan kecewa dan
merasa bahwa suaminya terlaly banyak kekurangannya.
Pada kenyataannya sulit memang menerima ketidaksempurnaan pasangan, namun
bukan berarti tidak bisa. Ia harus terus dicoba agar bahtera rumah tangga bisa
kembali melanjutkan pelayarannya. Anggap saja itu adalah gelombang yang menerpa
bahtera itu, ia segera reda ketika angin kembali bertiup mesra. Selalu
berkomunikasi dengan pasangan karena ini adalah kunci sukses bahtera rumah
tangga itu, jika ketidaksempurnaan itu kembali ada, berabarlah karena kesabaran
itu indah rasanya. Kemudian jangan lupa
untuk kembali mengayuh dayung kebersamaan karena pelabuhan harapan ada di ujung
pandangan. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...