SUNDA
WIWITAN DI BUMI PARAHYANG
Abdurrahman
Misno Bambang Prawiro
Al-Hidayah
College of Islamic Studies, Bogor West Java
Abstract
Kehadiran
agama-agama besar dunia ke Indonesia tidak menghilangkan kepercayaan lokal yang
telah ada masyarakat. Para pengikutnya tetap bertahan di tengah terpaan gelombang
penyebaran agama-agama besar tersebut. Walaupun tidak menghilangkan kepercayaan
tersebut namun faktanya telah telah memberikan pengaruh besar bagi kepercayaan
mereka. Sunda Wiwitan adalah salah satu dari kepercayaan lokal yang hingga saat
ini masih dipertahankan oleh Komunitas Baduy di Desa Kanekes Kecamatan
Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Hingga saat ini komunitas Baduy
belum menerima agama-agama besar dunia tersebut, mereka masih konsisten dengan
kepercayaan Sunda Wiwitan yang diyakini sebagai warisan awal nenek moyang Sunda
yang menjadi karuhun mereka.
Kepercayaan
Sunda Wiwitan yang diyakini oleh komunitas Baduy meyakini adanya Batara
Tunggal sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Ia juga mempunyai sebutan lain yaitu Batara
Jagat (Penguasa Alam), Batara Seda Niskala (Yang Gaib), Nu Kawasa
(Yang Berkuasa) dan Sang Hyang Keresa (Yang Maha Kuasa) atau Nu
Ngersakeun (Yang Menghendaki). Batara Tunggal sebagai Tuhan diyakini turun
ke bumi menurunkan para Batara yang menjadi nenek moyang puun sebagai tokoh
spiritual tertinggi Baduy. Mereka juga meyakini adanya dewa-dewi yang
melindungi mereka dari berbagai keburukan dan bencana. Padi yang menjadi
makanan pokok merupakan penjelmaan dari Dewi Sri atau Nyi Pohaci yang
diturunkan ke bumi. Ruh para orang tua yang telah meninggal dunia diyakini
melindungi mereka dari bencana, ia hadir menjelma sebagai Wangatua dan
Guriang untuk menjaga kampung.
Keyakinan akan
adanya makhluk ghaib dan dewa-dewi termanifestasikan dalam berbagai bentuk
ritual keagamaan yang dilaksanakan sesuai dengan kalender Baduy. Pokok ritual
keagamaan yang mereka laksanakan adalah Ngukus, Ngawalu, Muja, Ngalaksa dan
Seba. Ngukus yaitu membuat kukus (asap) dengan membakar dzat
aromatik seperti kemenyan, kayu gaharu, madat atau getah. Ngawalu yaitu ritual
yang mengiringi perpindahan padi dari ladang “kembali” ke lumbung (leuit)
setelah sekian lama mengembara di “weweg sampeg mandala pageuh” yaitu
rumah suaminya (tanah lading/huma). Muja yaitu ritual memuja
(menyembah) di Sasaka Pusaka Buana atau Sasaka Pada Ageung dan Sasaka
Parahiyang atau Sasaka Domas. Ngalaksa yaitu membuat laksa yang
dilaksanakan pada akhir bulan Ketiga pada kalender Baduy. Seba yaitu ritual
ini berupa pemberian hasil ladang kepada kepala daerah di Kabupaten Lebak dan
Gubernur Banten.
Kepercayaan
Sunda Wiwitan saat ini banyak dipengaruhi oleh agama Hindu dan Islam. Pengaruh Hindu
memunculkan konsep dewa-dewi dalam kepercayaan mereka, sementara pengaruh Islam
memunculkan istilah Allah sebagai Tuhan, Adam Tunggal, Adam Hawa, Syahadat Nabi
Muhammad, Khitan, Syahadat dalam Pernikahan dan mantra-mantra yang dibaca puun
banyak menerima istilah-istilah dari Islam.
Key Word: Sunda Wiwitan,
Kepercayaan Lokal, Baduy, Parahyang, Banten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...