Senin, 13 Desember 2021

A TOXIC RELATIONSHIP: ISLAMIC PERSPECTIVE

Oleh: Abd Misno

 


Manusia adalah makhluk sosial, sehingga mereka membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Kebutuhan kepada orang lain tersalurkan melalui interaksi yang dilakukan antar mereka, sehingga komunikasi dan saling bertemu, bertukar informasi dan aktifitas lainnya tidak bisa dielakkan dalam kehidupan. Sehingga hubungan atau interaksi antara manusia dengan manusia lainnya menjadi sebuah keniscayaan dalam kehidupan. Sayangnya manusia yang merupakan tempat salah dan dosa, sering bersikap egois, mementingkan diri sendiri seringkali memunculkan konflik dalam hubungan ini, sehingga tidak jarang konflik terjadi dalam setiap hubungan ini. Dalam hubungan yang lebih dekat maka konflik yang ada memunculkan pola hubungan yang tidak sehat, di mana salah satu pihak merasa terintimidasi, direndahkan bahkan disakiti. Istilah yang cocok untuk keadaan ini disebut dengan toxic relationship atau hubungan beracun.

Istilah toxic relationship pertama kali dikenalkan oleh seorang ahli komunikasi dan psikologi yang berbasis di California AS yaitu Dr. Lillian Glass dalam bukunya berjudul “Toxic People” pada 1995. Ia menyatakan toxic relationship berarti hubungan yang bersifat merusak karena konflik, tidak saling mendukung, muncul persaingan, sampai hilangnya rasa hormat dan kekompakan. Glass tidak memungkiri bahwa setiap hubungan niscaya mengalami pasang surut. Namun, pasang surutnya hubungan tersebut berbeda dari toxic relationship. Hubungan dikatakan toksik apabila sisi negatifnya berkepanjangan sampai menguras energi.

Menurut Glass, penyebab toxic relationship bisa beragam, tergantung latar belakang dan kondisi seseorang. Perilaku toksik bisa dilatari masalah kesehatan mental yang tidak terdiagnosis, seperti depresi, gangguan kecemasan, atau trauma. Toxic relationship atau hubungan beracun juga bisa timbul karena ketimpangan kepribadian pasangan. Misal, orang yang berwatak keras dan suka mengontrol berhadapan dengan orang tipe suka mengalah. Verywell Mind mencatat bahwa toxic relationship juga bisa muncul secara bertahap apabila salah satu pihak terus-menerus egois, tidak sopan, menuntut, dan bersikap negatif lainnya

Hubungan dan interaksi antar manusia dalam pandangan Islam adalah sebuah fitrah, bahkan dalam kalamNya yang mulia dijelaskan “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. QS. Al-Hujuraat: 13. Ayat ini sejatinya memberikan pelajaran tentang penciptaan suku bangsa dan manusia yang berbeda-beda agar saling mengenal, maka dalam proses saling mengenal ini sering sekali terjadi konflik di antara mereka. Pada hubungan yang lebih dekat misal dalam keluarga, rumah tangga hingga hubungan antara dua orang yang pasang surut karena berbagai keadaan yang mereka hadapi.

Toxic relationship dalam pandangan Islam berrti hubungan yang tidak harmonis karena salah satu pihak didzalimi. Ini banyak sekali terjadi dalam kehidupan sehari-hari, jika ditarik pada istilah ini maka banyak digunakan untuk hubungan antar keluarga dan antar personal semisal suami istri, pasangan atau sebatas pacar. Islam memandang bahwa toxic relationship adalah semua hubungan yang tidak dilandasi oleh keimanan kepada Allah Ta’ala. Hubungan yang terjalin hanya karena kebutuhan dunia, karena kekayaan, kecantikan dan kegagahan, bisnis, dan hubungan lainnya yang ujung-ujungnya adalah keduniaan. Sebagian kita mungkin pernah mengalami hal ini, atau mungkin ada yang sedang mengalaminya, di mana hubungan dengan seseorang hanya dilandasi oleh kepentingan dunia dan hawa nafsu saja. Akibatnya adalah kita tersiksa dengan segala perilakunya, selalu dikontrol, susah untuk menjadi diri sendiri dan selalu disalahkan olehnya.

Hubungan beracun ini tidak boleh dibiarkan, ia harus diselesaikan sesegera mungkin, apalagi jika hubungan tersebut dilarang oleh Islam maka memutuskan hubungan menjadi hal yang wajib untuk dilakukan. Misalnya seseorang yang mempunyai hubungan dengan orang lain yang tidak sehat, dia selalu dikekang walaupun sebenarnya dia sayang dengan orang tersebut. Tapi baik secara etika apalagi agama ternyata hubungan tersebut justru dilarang oleh agama maka segeralah untuk memutuskannya. Tentu saja bagi mereka yang terjebak ke dalam toxic relationship akan sangat susah untuk memutuskan, apalagi jika hubungan tersebut adalah special, misalnya suami istri, pasangan baru atau pacar yang pada awalnya saling mengasihi. Sangat sulit sekali untuk melepaskan dan memutuskan hubungan dengan orang yang kita kasihi, walaupun dia selalu menyakiti kita, mengontrol, cemburu buta, dan intinya menjadi kita sejatinya tersiksa dengan hubungan ini.

Maka, diawali dengan keyakinan terhadap agama, menimbang hubungan ini dengan agama apakah memang diridhaiNya atau malah mendatangkan murka. Bisa juga hubungan ini membuat kita semakin tersiksa dan semakin menjauhkan diri dari jalan Allah ta’ala. Jika hal ini terjadi maka segera putus hubungan tersebut, bisa secara langsung atau secara perlahan, sesuai dengan kemampuan dan kepribadian kita. Tapi ujungnya adalah pustus hubungan karena hanya akan membawa kepada dosa dan kesalahan atau kesengsaraan di dunia dan akhirat sana.

Upaya untuk memutuskan kemudian melupakan orang yang memiliki hubungan beracun dengan kita haruslah dilakukan secara perlahan dan memang membutuhkan waktu yang cukup lama. Sebenarnya tergantung pada kepribadian kita, jika kita ikhlas melepaskannya dan menjadikan masa lalu tanpa perlu menoleh lagi ke belakang maka akan mudah. Tentu saja harus diiringi dengan doa kepadaNya agar hal ini selalu dalam naungan syariahNya. Faktor eksternal semisal orang dekat, keluarga atau orang yang kita percaya bisa membantu mempercepat baiknya keadaan. Dukungan mereka menjadi energi untuk kita agar selalu menjadi yang lebih baik.

Semoga kita terhindar dari toxic relationship ini, salah satu caranya adalah dengan membangun hubungan yang dilandasi oleh keimanan kepada Allah Ta’ala. Hanya karenaNya dan dalam lindungan syariahNya sebuah hubungan akan semakin baik, tidak hanya di dunia namun juga di akhirat sana. Tentu kita ingat dengan dua penghuni surga yang saling mencintai karena Allah Ta’ala, mereka di dunia selalu bersama bahkan di hingga masuk surga secara bersama. Semua itu karena hubungan mereka dilandasi oleh keimanan dan cinta karena Allah Ta’ala. Bogor, 13122021.

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...