Oleh: Abd Misno
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga mereka membutuhkan orang
lain dalam kehidupannya. Kebutuhan kepada orang lain tersalurkan melalui interaksi
yang dilakukan antar mereka, sehingga komunikasi dan saling bertemu, bertukar
informasi dan aktifitas lainnya tidak bisa dielakkan dalam kehidupan. Sehingga hubungan
atau interaksi antara manusia dengan manusia lainnya menjadi sebuah keniscayaan
dalam kehidupan. Sayangnya manusia yang merupakan tempat salah dan dosa, sering
bersikap egois, mementingkan diri sendiri seringkali memunculkan konflik dalam
hubungan ini, sehingga tidak jarang konflik terjadi dalam setiap hubungan ini. Dalam
hubungan yang lebih dekat maka konflik yang ada memunculkan pola hubungan yang
tidak sehat, di mana salah satu pihak merasa terintimidasi, direndahkan bahkan
disakiti. Istilah yang cocok untuk keadaan ini disebut dengan toxic
relationship atau hubungan beracun.
Istilah toxic relationship pertama kali dikenalkan oleh
seorang ahli komunikasi dan psikologi yang berbasis di California AS yaitu Dr.
Lillian Glass dalam bukunya berjudul “Toxic People” pada 1995. Ia menyatakan
toxic relationship berarti hubungan yang bersifat merusak karena
konflik, tidak saling mendukung, muncul persaingan, sampai hilangnya rasa
hormat dan kekompakan. Glass tidak memungkiri bahwa setiap hubungan niscaya
mengalami pasang surut. Namun, pasang surutnya hubungan tersebut berbeda dari toxic
relationship. Hubungan dikatakan toksik apabila sisi negatifnya
berkepanjangan sampai menguras energi.
Menurut Glass, penyebab toxic relationship bisa beragam,
tergantung latar belakang dan kondisi seseorang. Perilaku toksik bisa dilatari
masalah kesehatan mental yang tidak terdiagnosis, seperti depresi, gangguan
kecemasan, atau trauma. Toxic relationship atau hubungan beracun juga
bisa timbul karena ketimpangan kepribadian pasangan. Misal, orang yang berwatak
keras dan suka mengontrol berhadapan dengan orang tipe suka mengalah. Verywell
Mind mencatat bahwa toxic relationship juga bisa muncul secara bertahap
apabila salah satu pihak terus-menerus egois, tidak sopan, menuntut, dan
bersikap negatif lainnya
Hubungan dan interaksi antar manusia dalam pandangan Islam adalah
sebuah fitrah, bahkan dalam kalamNya yang mulia dijelaskan “Wahai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal”. QS. Al-Hujuraat: 13. Ayat ini sejatinya memberikan
pelajaran tentang penciptaan suku bangsa dan manusia yang berbeda-beda agar
saling mengenal, maka dalam proses saling mengenal ini sering sekali terjadi konflik
di antara mereka. Pada hubungan yang lebih dekat misal dalam keluarga, rumah
tangga hingga hubungan antara dua orang yang pasang surut karena berbagai
keadaan yang mereka hadapi.
Toxic relationship dalam pandangan
Islam berrti hubungan yang tidak harmonis karena salah satu pihak didzalimi. Ini
banyak sekali terjadi dalam kehidupan sehari-hari, jika ditarik pada istilah
ini maka banyak digunakan untuk hubungan antar keluarga dan antar personal semisal
suami istri, pasangan atau sebatas pacar. Islam memandang bahwa toxic
relationship adalah semua hubungan yang tidak dilandasi oleh keimanan
kepada Allah Ta’ala. Hubungan yang terjalin hanya karena kebutuhan dunia,
karena kekayaan, kecantikan dan kegagahan, bisnis, dan hubungan lainnya yang
ujung-ujungnya adalah keduniaan. Sebagian kita mungkin pernah mengalami hal
ini, atau mungkin ada yang sedang mengalaminya, di mana hubungan dengan seseorang
hanya dilandasi oleh kepentingan dunia dan hawa nafsu saja. Akibatnya adalah kita
tersiksa dengan segala perilakunya, selalu dikontrol, susah untuk menjadi diri
sendiri dan selalu disalahkan olehnya.
Hubungan beracun ini tidak boleh dibiarkan, ia harus diselesaikan
sesegera mungkin, apalagi jika hubungan tersebut dilarang oleh Islam maka
memutuskan hubungan menjadi hal yang wajib untuk dilakukan. Misalnya seseorang
yang mempunyai hubungan dengan orang lain yang tidak sehat, dia selalu dikekang
walaupun sebenarnya dia sayang dengan orang tersebut. Tapi baik secara etika
apalagi agama ternyata hubungan tersebut justru dilarang oleh agama maka
segeralah untuk memutuskannya. Tentu saja bagi mereka yang terjebak ke dalam toxic
relationship akan sangat susah untuk memutuskan, apalagi jika hubungan
tersebut adalah special, misalnya suami istri, pasangan baru atau pacar yang
pada awalnya saling mengasihi. Sangat sulit sekali untuk melepaskan dan
memutuskan hubungan dengan orang yang kita kasihi, walaupun dia selalu
menyakiti kita, mengontrol, cemburu buta, dan intinya menjadi kita sejatinya
tersiksa dengan hubungan ini.
Maka, diawali dengan keyakinan terhadap agama, menimbang hubungan
ini dengan agama apakah memang diridhaiNya atau malah mendatangkan murka. Bisa juga
hubungan ini membuat kita semakin tersiksa dan semakin menjauhkan diri dari
jalan Allah ta’ala. Jika hal ini terjadi maka segera putus hubungan tersebut, bisa
secara langsung atau secara perlahan, sesuai dengan kemampuan dan kepribadian kita.
Tapi ujungnya adalah pustus hubungan karena hanya akan membawa kepada dosa dan
kesalahan atau kesengsaraan di dunia dan akhirat sana.
Upaya untuk memutuskan kemudian melupakan orang yang memiliki
hubungan beracun dengan kita haruslah dilakukan secara perlahan dan memang
membutuhkan waktu yang cukup lama. Sebenarnya tergantung pada kepribadian kita,
jika kita ikhlas melepaskannya dan menjadikan masa lalu tanpa perlu menoleh
lagi ke belakang maka akan mudah. Tentu saja harus diiringi dengan doa
kepadaNya agar hal ini selalu dalam naungan syariahNya. Faktor eksternal
semisal orang dekat, keluarga atau orang yang kita percaya bisa membantu
mempercepat baiknya keadaan. Dukungan mereka menjadi energi untuk kita agar
selalu menjadi yang lebih baik.
Semoga kita terhindar dari toxic relationship ini, salah
satu caranya adalah dengan membangun hubungan yang dilandasi oleh keimanan
kepada Allah Ta’ala. Hanya karenaNya dan dalam lindungan syariahNya sebuah
hubungan akan semakin baik, tidak hanya di dunia namun juga di akhirat sana. Tentu
kita ingat dengan dua penghuni surga yang saling mencintai karena Allah Ta’ala,
mereka di dunia selalu bersama bahkan di hingga masuk surga secara bersama. Semua
itu karena hubungan mereka dilandasi oleh keimanan dan cinta karena Allah Ta’ala.
Bogor, 13122021.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...