Oleh: Misno Mohd Djahri
Manusia adalah makhluk yang terdiri dari jasad dan juga nyawa
(ruh), keduanya tidak bisa dipisahkan, apabila terpisah maka jasad menjadi
mayat, sedangkan nyawa (ruh) akan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Sebagai
manusia yang masih terdiri dari jiwa (ruh) dan raga (jasad) seringkali kita
terlupa bahwa keduanya adalah milik Sang Pencipta yaitu Allah Subhaanahu wa
ta’ala. Ini tentu bukan hanya teori belaka, karena faktanya kita sendiri
sebagai manusia seringkali tidak mampu untuk mengendalikan jasad kita.
Jasad, raga atau tubuh manusia sejatinya adalah juga milik Allah Ta’ala,
manusia hanya diberikan titipan agar dijaga dan dipelihara. Raga menjadi sarana
dalam rangka beribadah dan melaksanakan ketaatan kepadaNya, sementara nyawa menjadi
perantara agar sampai kepada yang Maha Segalanya. Sebagai sebuah titipan, maka
kita sebagai manusia sering sekali tidak mampu untuk mengendalikan tubuh kita. Sering
sekali tubuh kita merasakan sakit, terluka atau bahkan mati rasa dan semua itu
di luar dari kontrol kita. Bahkan tubuh
kita bukan milik kita…
Ya, tubuh dan jasad yang kita miliki sejatinya bukanlah milik kita,
ia adalah milik dari Allah Ta’ala yang akan dimintai pertanggungjawabannya. Kita
sendiri sering sekali tidak mampu untuk mengontrol tubuh kita, misalnya ketika kita
sakit maka yang kita lakukan adalah mengobatinya sesuai dengan pemahaman kita.
Tubuh yang memang berupa materi jasadiyah sering merasakan kesakitan, luka dan
berbagai penyakit yang menimpanya. Kita tidak bisa menolak ketika tubuh tiba-tiba
lemah, masuk angin atau terserang berbagai penyakit. Lagi-lagi yang kita
lakukan adalah mengobatinya atau sebelumnya menjaga agar tidak terserang
penyakit.
Menyikapi hal ini, maka muncul kesadaran dalam diri kita bahwa
tubuh kita adalah bukan milik kita, ia adalah milik Allah Ta’ala. Kita tidak
berdaya ketika jasad ini merasakan luka dan berbagai penyakit lainnya. Karena kita
sadar maka muncul rasa pasrah kepada Sang Pemilik Raga, karena tidak ada yang
dapat menjadikan ruh ini tenang jika kesadaran itu tiada. Terlukanya raga,
sakitnya jasad sejatinya haruslah kita nikmati adanya. Bahkan iya bisa menjadi
ladang pahala ketika kita bersabar dengan keadaannya. Karena kebahagiaan
sejatinya bukan hanya pada jasad belaka, bahkan kebahagiaan sempurna adalah
yang dapat dirasakan oleh ruh kita.
Jika demikian adanya maka jangan pernah merasa gundah gulana,
jangan berduka nestapa ketika tubuh ini terluka, atau terkena berbagai penyakit
yang ada. Karena ia adalah milikNya, serta kita telah paham akhirnya ianya juga
akan binasa Ketika ruh telah keluar dari raga, kebahagiaan sebenarnya adalah ketika
ruh itu telah menghadap kepada Rabbnya. Maka jangan terjerat dan terpenjara
dengan raga, karena ia hanya sarana untuk dapat kembali kepadaNya. Jangan pula
terpedaya dengan raga dan hanya bersenang-senang dengannya.
Didik terus raga kita agar nantinya akan mendapatkan kebahagiaan
nyata. Jangan pula terus merasa berduka ketika tubuh ini tidak sesuai denga
napa yang kita suka, bahkan jangan pernah berputus asa ketika raga tidak lagi
ada fungsinya. Karena dinamakan manusia ketika masih tergabung antara jiwa dan
raga, lebih dari itu adalah ruh atau nyawa yang menjadi puncak kebahagiaan
sempurna. Jumat akhir di tahun 2021. 31122021.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...