Jumat, 31 Desember 2021

Tahun Baru: Hakikat Pergantian Waktu

Oleh: Misno Mohamad Djahri

 

Hari ini adalah hari terakhir tahun 2021, gegap gempita manusia menyambut pergantian tahun menjadi fenomena yang biasa saat ini. Perayaan menyambut tahun baru menjadi bagian tidak terpisahkan dari masyarakat, tidak hanya pada kalangan non muslim, umat Islam sendiri beberapa ikut merayakan momen ini. Sebagai hasil dari perjalanan Panjang peradaban manusia perayaan pergantian tahun baru tentu tidak lepas dari peradaban yang menggunakan penaggalan masehi. Maka hadirnya tahun baru membawa harapan baru bagi mereka yang menggunakan system kalender ini, tentu saja dengan adanya percampuran peradaban perayaan ini juga dilaksanakan oleh mereka yang ikut-ikutan atau terbawa dalam system penanggalan masehi.

Beberapa peradaban lain semisal China, Jawa, India dan peradaban lainnya juga merayakan perayaan tahun baru masing-masing mereka. Umat Islam juga akhirnya terbawa dalam perayaan Tahun Baru Hijriyah yang dirayakan setiap tahun. Ini menjadi fenomena yang memang telah menjadi budaya di masyarakat, pergantian tahun dirayakan dengan menyambut tahun baru yang segera menjelang.

Terlepas dari berbagai kontroversi tentang perayaan menyambut tahun baru baik masehi ataupun hijriyah maka sejatinya Al-Qur’an secara tersirat telah mengingatkan kita akan hakikat dari pergantian masa. Allah Ta’ala berfirman “Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,” QS. Ali Imran: 140. Ayat ini menjelaskan tentang perputaran waktu yang dipergilirikan di antara manusia, yaitu ada masa kejayaan dan masa kehancuran, ada masa suka dan ada masa duka, ada masa berbahagia dan ada masa sengsara. Itulah hakikat dari pergantian masa.

Pergantian tahun, di mana berakhirnya tahun yang lama dan hadirnya tahun baru hakikatnya adalah pergantian waktu yang sudah menjadi kuasa dari Sang Pemilik Waktu yaitu Allah Ta’ala. Ia memberikan banyak pelajaran kepada umat manusia bahwa mereka tidak bisa lepas dari waktu. Hari ini kita mungkin dalam keadaan Bahagia, esok lusa bisa jadi duka nestapa melanda. Tahun ini kita dalam derita karena melanda, semoga tahun depannya akan hadir kebahagiaan karena tiada lagi gundah gulana karena virus corona. Tahun baru yang membawa harapan baru, kebahagiaan baru dan segala yang membawa pada kebahagiaan yang mengharu biru adalah dambaan setiap individu. Namun tentu saja, seringkali harapan tidak sesuai dengan kenyataan, apa yang kita harapkan kebahagiaan ternyata kesengsaraan yang tidak berkesudahan. Jelas ini tidak diharapkan oleh semua insan. Tapi kita harus sadar, karena pada hakikatnya KEHIDUPAN ITU ADALAH ANTARA TAWA BAHAGIA DARI DERAI AIR MATA. Tidak mungkin kita akan Bahagia selamanya, demikian pula tidak mungkin kita akan sengsara sepanjang masa.

Maka, sebagian umat Islam kita harus yakin bahwa TAHUN BARU HAKIKATNYA ADALAH PERGANTIAN WAKTU, ia telah menjadi takdir dan kuasa dari Allah Ta’ala Sang Pemilik Waktu. Sebagai orang yang beriman kita juga harus sadar, bahwa kebahagiaan dan kesengsaraan juga sudah menjadi kuasaNya. Duka nestapa dan suka cita itu adalah warna dalam kehidupan kita, sehingga dengan iman di dada kita akan dapat menyikapinya dengan lapang dada. Ingatlah bahwa semua yang menimpa kita adalah takdir dariNya, tinggal bagaimana kita dapat menyikapinya. Ketika tawa Bahagia dan suka cita ada maka bersyukur kepadaNya adalah hal luar biasa, jika duka nestapa dan gundah gulana melanda maka bersabar dan yakin akan pahalan di sebaliknya, itu lebih istimewa.

Inilah ciri dari seorang muslim sejati sebagaimana sabda Nabi yang mulia “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” HR. Muslim, no. 2999. Hadits sebagai bekal dalam menghadpi tahun hadapan, juga masa-masa yang akan datang, bahwa semua takdirNya adalah baik bagi manusia.

Maka di akhir tahun 2021 ini dan menjelang tahun baru 2022, kita harus ingat selalu bahwa hakikat tahun baru adalah pergantian waktu yang akan membuktikan hakikat darimu. Hadapi tahun-tahun yang akan datang dengan iman di dada, beramal kebajikan sepanjang masa dan teruslah memperbaiki diri, karena itulah hakikatnya ciri insan sejati.

Akhirnya kita diingatkan dengan kalamNya yang mulia “”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran” QS. Al ‘Ashr: 1-3. Akhir tahun 2021, Jumat 31122021.

12 komentar:

  1. Barakallah pak Doktor ❤❤❤❤

    BalasHapus
  2. Excellent Pak Duktur, izin saya info teruskan

    BalasHapus
  3. Bagus sekali pak Doktor .. semoga sehat selalu dan terus berkarya.

    BalasHapus
  4. seharusnya yang memperingati tahun baru 1 jan 2021 itu orang Romawi.Dewa Zanus.
    Orang Islam 1 Muharrom inipun bid'ah
    Orang Nasrani tidak semua merayakan
    Orang Yahudi biasanya niup trompet.dll
    jadi pendapat saya orang islam mestinya meneng meneng saja.tidak bereaksi apa apa ulah lilinieun.
    afwan buat yang merayakan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantabs Pak Naja... Lanjutkan peradaban Islam yang menjadi Rahmat bagi seluruh alam...

      Hapus
  5. Luar biasa pak doktor,terus berkarya semoga amanah

    BalasHapus
  6. Teruslah menginspirasi negeri ini Pak..��

    BalasHapus
  7. Teruslah menginspirasi negeri ini Pak..👍

    BalasHapus

Please Uktub Your Ro'yi Here...