Oleh: Misno Mohamad Djahri
Hari ini adalah hari terakhir tahun 2021, gegap gempita manusia
menyambut pergantian tahun menjadi fenomena yang biasa saat ini. Perayaan menyambut
tahun baru menjadi bagian tidak terpisahkan dari masyarakat, tidak hanya pada
kalangan non muslim, umat Islam sendiri beberapa ikut merayakan momen ini. Sebagai
hasil dari perjalanan Panjang peradaban manusia perayaan pergantian tahun baru tentu
tidak lepas dari peradaban yang menggunakan penaggalan masehi. Maka hadirnya
tahun baru membawa harapan baru bagi mereka yang menggunakan system kalender
ini, tentu saja dengan adanya percampuran peradaban perayaan ini juga
dilaksanakan oleh mereka yang ikut-ikutan atau terbawa dalam system penanggalan
masehi.
Beberapa peradaban lain semisal China, Jawa, India dan peradaban
lainnya juga merayakan perayaan tahun baru masing-masing mereka. Umat Islam
juga akhirnya terbawa dalam perayaan Tahun Baru Hijriyah yang dirayakan setiap
tahun. Ini menjadi fenomena yang memang telah menjadi budaya di masyarakat,
pergantian tahun dirayakan dengan menyambut tahun baru yang segera menjelang.
Terlepas dari berbagai kontroversi tentang perayaan menyambut tahun
baru baik masehi ataupun hijriyah maka sejatinya Al-Qur’an secara tersirat
telah mengingatkan kita akan hakikat dari pergantian masa. Allah Ta’ala
berfirman “Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara
manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan
orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu
dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang
yang zalim,” QS. Ali Imran: 140. Ayat ini menjelaskan tentang perputaran
waktu yang dipergilirikan di antara manusia, yaitu ada masa kejayaan dan masa
kehancuran, ada masa suka dan ada masa duka, ada masa berbahagia dan ada masa sengsara.
Itulah hakikat dari pergantian masa.
Pergantian tahun, di mana berakhirnya tahun yang lama dan hadirnya
tahun baru hakikatnya adalah pergantian waktu yang sudah menjadi kuasa dari Sang
Pemilik Waktu yaitu Allah Ta’ala. Ia memberikan banyak pelajaran kepada umat
manusia bahwa mereka tidak bisa lepas dari waktu. Hari ini kita mungkin dalam
keadaan Bahagia, esok lusa bisa jadi duka nestapa melanda. Tahun ini kita dalam
derita karena melanda, semoga tahun depannya akan hadir kebahagiaan karena
tiada lagi gundah gulana karena virus corona. Tahun baru yang membawa harapan
baru, kebahagiaan baru dan segala yang membawa pada kebahagiaan yang mengharu
biru adalah dambaan setiap individu. Namun tentu saja, seringkali harapan tidak
sesuai dengan kenyataan, apa yang kita harapkan kebahagiaan ternyata
kesengsaraan yang tidak berkesudahan. Jelas ini tidak diharapkan oleh semua
insan. Tapi kita harus sadar, karena pada hakikatnya KEHIDUPAN ITU ADALAH
ANTARA TAWA BAHAGIA DARI DERAI AIR MATA. Tidak mungkin kita akan Bahagia selamanya,
demikian pula tidak mungkin kita akan sengsara sepanjang masa.
Maka, sebagian umat Islam kita harus yakin bahwa TAHUN BARU
HAKIKATNYA ADALAH PERGANTIAN WAKTU, ia telah menjadi takdir dan kuasa dari
Allah Ta’ala Sang Pemilik Waktu. Sebagai orang yang beriman kita juga harus
sadar, bahwa kebahagiaan dan kesengsaraan juga sudah menjadi kuasaNya. Duka nestapa
dan suka cita itu adalah warna dalam kehidupan kita, sehingga dengan iman di
dada kita akan dapat menyikapinya dengan lapang dada. Ingatlah bahwa semua yang
menimpa kita adalah takdir dariNya, tinggal bagaimana kita dapat menyikapinya. Ketika
tawa Bahagia dan suka cita ada maka bersyukur kepadaNya adalah hal luar biasa, jika
duka nestapa dan gundah gulana melanda maka bersabar dan yakin akan pahalan di
sebaliknya, itu lebih istimewa.
Inilah ciri dari seorang muslim sejati sebagaimana sabda Nabi yang
mulia “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu
baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan
kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan,
maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” HR. Muslim, no. 2999. Hadits sebagai
bekal dalam menghadpi tahun hadapan, juga masa-masa yang akan datang, bahwa
semua takdirNya adalah baik bagi manusia.
Maka di akhir
tahun 2021 ini dan menjelang tahun baru 2022, kita harus ingat selalu bahwa hakikat
tahun baru adalah pergantian waktu yang akan membuktikan hakikat darimu. Hadapi
tahun-tahun yang akan datang dengan iman di dada, beramal kebajikan sepanjang
masa dan teruslah memperbaiki diri, karena itulah hakikatnya ciri insan sejati.
Akhirnya kita
diingatkan dengan kalamNya yang mulia “”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan
saling menasihati supaya menetapi kesabaran” QS. Al ‘Ashr: 1-3. Akhir tahun
2021, Jumat 31122021.
Mabruk ustadz
BalasHapusMasyaaAllahh
BalasHapusBarakallah pak Doktor ❤❤❤❤
BalasHapusExcellent Pak Duktur, izin saya info teruskan
BalasHapusMantap mantap sekali akhi
BalasHapusBagus sekali pak Doktor .. semoga sehat selalu dan terus berkarya.
BalasHapusseharusnya yang memperingati tahun baru 1 jan 2021 itu orang Romawi.Dewa Zanus.
BalasHapusOrang Islam 1 Muharrom inipun bid'ah
Orang Nasrani tidak semua merayakan
Orang Yahudi biasanya niup trompet.dll
jadi pendapat saya orang islam mestinya meneng meneng saja.tidak bereaksi apa apa ulah lilinieun.
afwan buat yang merayakan.
Mantabs Pak Naja... Lanjutkan peradaban Islam yang menjadi Rahmat bagi seluruh alam...
HapusLuar biasa pak doktor,terus berkarya semoga amanah
BalasHapusTeruslah menginspirasi negeri ini Pak..��
BalasHapusTeruslah menginspirasi negeri ini Pak..👍
BalasHapusMantabs... Lanjutkan...
Hapus