Rabu, 19 Januari 2022

Bukan Lilin yang terbakar ketika menerangi sekitarnya…

Oleh: Abd Misno

 


Mengajak kepada yang ma’ruf (baik) dan mencegah segala bentuk kemungkaran adalah kewajiban bagi orang beriman, sebagaimana kalamNya “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” QS. Ali Imran: 104. Sifat ini menjadi karakter dari umat terbaik, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” QS. Ali Imran: 110.

Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam juga pernah bersabda “‘Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya (kekuasaannya); jika ia  tidak mampu, maka dengan lidahnya (menasihatinya); dan jika ia tidak mampu juga, maka dengan hatinya (merasa tidak senang dan tidak setuju), dan demikian itu adalah selemah-lemah iman.’ HR. Muslim. Riwayat lainnya menyebutkan “Tidaklah suatu kaum yang dikerjakan ditengah-tengah mereka  berbagai kemaksiatan yang mampu mereka mencegahnya namun tidak mereka cegah, melainkan Allâh pasti akan menurunkan hukuman kepada mereka semua. HR. Muslim.

Banyak sekali ayat dan hadits yang memerintahkan kita untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah segela bentuk kemungkaran. Namun hal ini sering sekali terkendala dengan berbagai hal yang datang dari dalam diri. Dari mulai pemahaman kita yang kurang mendalam dalam memahami, hingga terkadang kita pun belum bisa membebaskan diri dari kemungkaran yang kita ingkari. Maka kemudian muncul sebuah istilah “Hidup seperti Lilin, di mana ia memberikan terang sekitarnya namun dirinya meleleh dan habis tanpa sisa”.

Ya, banyak di antara kita yang pandai dalam berceramah, berdakwah dan mengajak berbuat kebaikan dan mencegah berbagai kemungkaran kepada orang lain, namun ternyata kita pun seringkali terjebak antara ucapan tidak sesuai dengan amalan yang kita lakukan. Kita juga pandai menulis berbagai artikel di buku atau media masa yang mengajak para pembaca untuk melakukan amal kebajikan serta menjauhkan segala bentuk kemungkaran, namun kita terkadang justru melakukan apa yang lisan atau tangan kita lakukan dan ketikan yang berupa larangan. Terkadang pula kita mengajak orang lain melakukan amalan kebaikan, tapi kita sendiri tidak mampu untuk melaksanakan. Apakah ini tanda kemunafikan?

Fenomena ini sejatinya telah disebutkan dalam al-Qur’an, firmanNya “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir? QS. Al-Baqarah: 44. Walaupun ayat ini konteksnya adalah ahli kitab, namun juga menjadi ancaman bagi umat Islam di mana mereka yang mengajak kebajikan tapi tidak melaksanakan. Ayat lainnya yang menjelaskan hal ini yaitu kalamNya “Wahai orang-orang yang beriman mengapakah kalian mengatakan apa yang tidak kalian perbuat . Besar kemurkaan di sisi Allah kalian mengatakan apa yang tidak kalian perbuat.” QS. Ash-Shaff 2-3.

Sementara riwayat dari Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam tentang ancaman bagi mereka yang mengajak kebaikan tapi tidak melakukan, mencegah kemungkaran tapi justru melaksanakan, adalah sabda beliau:

عن أسامة بن زيد رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ القِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ فِي النَّارِ ، فَيَدُورُ كَمَا يَدُورُ الحِمَارُ بِرَحَاهُ ، فَيَجْتَمِعُ أَهْلُ النَّارِ عَلَيْهِ فَيَقُولُونَ : أَيْ فُلاَنُ مَا شَأْنُكَ؟ أَلَيْسَ كُنْتَ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَانَا عَنِ المُنْكَرِ؟ قَالَ: كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلاَ آتِيهِ ، وَأَنْهَاكُمْ عَنِ المُنْكَرِ وَآتِيهِ

Dari Usamah bin Zaid Radliyallahu ‘Anhuma beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda: “Digiringlah seorang lelaki pada hari kiamat lalu ia dilemparkan ke dalam Neraka, maka usus-ususnya pun keluar terurai dengan cepat di dalam Neraka, dan ia berputar seperti berputarnya seekor keledai dengan tulangnya, maka penduduk neraka berkumpul disekelilingnya dan mereka bertanya: “Hai Fulan ada apa denganmu?”, bukankah dulu kamu yang pernah memerintahkan kami kepada yang Ma’ruf, dan mencegah kami dari kemungkaran!?” ia pun menjawab : “Dulu aku yang memerintahkan kalian dengan yang Ma’ruf namun aku tidak mengerjakannya, dan aku yang mencegah kalian dari kemungkaran namun aku sendiri yang melakukannya.” HR: Bukhary dan Muslim.

Riwayat lainnya menjelaskan:

عن أنس أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : رَأَيْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي رِجَالًا تُقْرَضُ شِفَاهُهُمْ بِمَقَارِيضَ مِنْ نَارٍ فَقُلْتُ: يَا جِبْرِيلُ مَنْ هَؤُلَاءِ؟ قَالَ: هَؤُلَاءِ خُطَبَاءُ مِنْ أُمَّتِكَ ، يَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ ، وَيَنْسَوْنَ أَنْفُسَهُمْ ، وَهُمْ يَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا يَعْقِلُونَ

Dari Anas bin Malik bahwa sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda: “Pada malam aku di-Isra’kan aku melihat lelaki dipotong mulutnya dengan alat-alat untuk memotong yang berasal dari neraka, maka aku berkata: “Ya Jibril siapakah mereka?”, Jibril menjawab : “Mereka adalah para pengkhuthbah dari ummatmu, mereka memerintahkan orang-orang dengan kebaikan namun mereka melupakan diri mereka, sedangkan mereka adalah kaum yang membaca al-kitab maka tidakkah mereka berakal.” HR: Ahmad.

Membaca ayat dan hadits ini maka kita tersadar bahwa sudah seharusnya ketika kita mengajak kepada amal kebaikan maka kita pun harus sudah melakukannya, demikian pula jika kita mencegah kemungkaran maka kitapun harus mampu untuk meninggalkannya. Namun, seringkali kita tidak bisa sampia ke sana. Alasannya adalah kita manusia yang juga penuh salah dan lupa.

Tentu saja ini bukan berarti membolehkan seseorang untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar sementara dirinya sendiri belum bisa melaksanakan. Manusia juga bukan lilin, karena bisa jadi ketika dia mengajak kepada kebajikan sejatinya dia sudah berusaha untuk mengamalkannya. Demikian pula ketika dia mencegah kemungkaran diapun sudah bersungguh-sungguh untuk tidak melakukannya. Orang yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar namun belum mampu untuk melaksanakannya untuk dirinya sendiri sejatinya bukanlah lilin, karena dia juga sudah berusaha untuk melakukannya.

Namun sebagai manusia kadang dia lalai dan lupa, tentu saja bukan lupa yang disengaja. Lilin yang terbakar, hanya bisa diibaratkan pada mereka yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar namun justru mereka dengan sengaja melakukannya. Pantas siksa yang amat pedih menantinya di neraka, sedangkan mereka yang terus berusaha untuk memperbaiki dirinya, berusaha sekuat tenaga untuk melakukan apa yang dicampaikan kepada orang lain, serta berusaha untuk meninggalkan apa yang ia cegah dari orang lain. Sejatinya dia adalah insan biasa, yang kadang salah dan lupa.

Semoga tulisan ini menjadi motivasi bagi kita, walaupun sering kali kita terjatuh pada kesalahan namun kita terus berusaha untuk memperbaikinya. Ketika kita mengajak kepada kebaikan maka kita terus berusaha untuk melaksanakannya, dengan proses ini semoga diri kita akan semakin menjadi baik dan melaksanakan seluruh apa yang kita sampaikan kepada orang lain dan meninggalkan segala bentuk kemungkaran yang kita sampaikan kepada orang lain untuk tidak dilakukan. Aamiin Ya Rabbal ‘aalamiin. 19012022.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...