Kehidupan memang penuh dengan keajaiban, baik itu yang tidak Kita
inginkan atau yang sangat kita inginkan. Demikianlah Ar Rahman mengajarkan kita
tentang makna kesabaran.
Ahad, 09 Januari 2022 adalah Hari yang juga membuktikan keajaiban
itu, sederhana memang tapi menjadikan semakin kuatnya keyakinan, bahwa ada Ar
Rahman Sang Pemilik keteraturan alam.
Agenda saya Hari ini adalah berangkat ke Pandeglang untuk mengisi
acara besok di salah satu Pesantren di sekitar Batu Bantar Pandeglang.
Lokasinya lebih kurang 1-2 KM sebelum wisata Batu Qur'an.
Keajaiban itu dimulai sejak mulai mempersiapkan diri untuk
berangkat, pilihan transportasi online, membawa kendaraan sendiri hingga
menelepon teman untuk mengantar ke terminal Baranang siang Bogor. Lebih dari 3
kali berusaha untuk memesan transportasi online baik bike ataupun car, hasilnya
baru sekitar Jam 11.00 an mendapatkannya. Hingga mengantar saya ke terminal di
Jalan Pajajaran Raya, Bogor.
Setelah sampai terminal, maka yang terfikirkan adalah mencari Bis
jurusan Serang. Setelah berjalan cukup lumayan dari pintu keluar bis hingga ke
dalam, melewati terminal yang becek di beberapa bagian, akhirnya sampai di
tempat Bis trayek Bogor-Merak yang lewat Serang. Namun ternyata baru sekitar 15
menit bisa berangkat, saya hanya mendapatkan bis berikutnya yang masih kosong.
Kata orang yang ada di situ akan berangkat Jam 12.30 WIB. Setelah berfikir
sejenak, kemudian saya memutuskan untuk kembali berjalan berbalil arah menuju
Bis lain jurusan Kampung Rambutan. Jalan balik ini lumayan juga membuat kaki
pegal, maklum sudah lama sekali tidak berjalan kaki.
Barusan bis yang nampak tidak seramai dahulu membawa ingatan
tentang Terminal Baranang siang yang dulu, tidak banyak yang berubah,
warung-warung pinggir terminal yang nampak kumuh, ditambah dengan pedagang
asongan yang berpeluh memberi warna terminal yang masih nampak lusuh.
Setelah berjalan beberapa menit, sampailah saya di depan terminal
di mana Bis akan segera meluncur ke luar Kota Bogor. Satu bis yang cukup bagus
'Lorena" jurusan Bogor-Kampung Rambutan sudah standby di barisan paling
depan. Melirik sekilas tulisan yang ada di depan bis, kemudian menaikinya
dengan tenang. Bangku di barisan kedua bagian kanan menjadi pilihan, pandangan
yang luas serta harapan agar dua bangku untuk seorang (egois dikit...).
Kesabaranku kembali diujicobakan, sudah lebih dari 30 menit
ternyata bis belum juga berjalan. Kembali terfikirkan, "Kenapa tidak
kembali ke bis Arimbi tadi?, Bukankah katanya juga akan berangkat 12.30"
pikirku dalam hati. Namun Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab (baca: gak
enak sama bis yang sudah dinaiki lebih dari 30 menit, walau tidak berjalan tapi
sudah memberi Rasa nyaman dengan pendingin ruangan yang cukup nyaman).
Kesabaran itu masih dipertahankan, walau suara Pengamen sumbang sudah dua kali
bergantian, suaranya cukup bagus. Tapi lebih bagus lagi kalau gak usah nyanyi,
lagian hukumnya haram lagi. Ya... Kalau para pedagang dipersilahkan, mereka mencari
makan dengan berdagang yang lebih halal. Walaupun saya tidak membeli, tapi saya
doakan semoga rizki mengalir tiada henti dari Ilahi.
Akhirnya, sopir bis menduduki singgasananya, sedikit tenang
walaupun dalam hati selalu muncul buruk sangkaan. "Biasanya sopir cuma
bikin senang penumpang, yang sekian lama menunggu bis diberangkatkan tanpa
adanya kepastian". Berdasarkan pengalaman yang tidak bisa dilupakan ketika
naik angkutan penumpang, walaupun sopir sudah di tempat dudukan, tapi biasanya
cuma memberi sedikit easa nyaman. Ujung-ujungnya 15 menit berlalu tanpa
kepastian. Ini bukan curhatan, tapi mohon lah para sopir dan knek memberi
jawaban yang sesuai dengan kenyataan, berangkat jam 12.30 ya on time. Itu
jeritan para penumpang, yang kalau dipikir ulang memang harus lebih
berkeadilan, karena sopir juga Cari penumpang, agar setoran sesuai yang
ditargetkan.
Bis perlahan bergerak... Walaupun Masih ada pikiran untuk Naik
Arimbi, dan ini sudah beberapa kali terjadi. Menengok ke sebelah kiri, berharap
Sang Arimbi ada di belakang bis ini.
Perlahan bis bergerak, lebih kurang 10 senti, dan tiba-tiba Bis
Arimbi Bogor-Merak datang menghampiri. Ia datang di saat hati ini gamang,
memilih ke Kampung Rambutan atau langsung ke Serang, ia datang memberi harapan,
tentang penghematan dan keefektifan yang selalu mengganggu pikiran. Tanpa
berfikir panjang, hanya hitungan detik akhirnya saya memutuskan, turun dari Bis
ini menuju Sang Arimbi yang dari tadi mengganggu hati (karena telah menjadi
harapan sejak awal tadi). Hanya hitungan
detik, kaki ini dengan sigap, melangkah pasti meninggalkan bisa yang telah
lebih dari 30 menit dinaiki.
Ya... Bis Arimbi datang di menit terakhir ketika seolah-olah sudah
tidak ada lagi harapan, pasrah untuk naik bis ke Kampung Rambutan dan nanti
disambung bis ke Serang. Ia datang di waktu yang telah ditentukan Ar Rahman,
ketika harapan itu hanya dipasrahkan hanya kepadaNya.
Inilah kehidupan, pertolonganNya terkadang hadir di ujung harapan,
ketika diri sudah memasrahkan semuanya kepada Ar Rahman. Itu lah apa yang
nampak dan dipikirkan oleh manusia, padahal sejatinya di sisiNya semua adalah
yang terbaik untuk semua hambaNya. Harapan itu akan selalu ada, pertolongan
Allah akan selalu ada, dan waktunya bukan pada apa yang dipikirkan oleh
manusia, tapi semua adalah kuasaNya. Karena Dia Maha Segalanya...
Jangan pernah berputus asa, karena janji Allah itu pasti adanya,
dan harapan itu akan selalu ada. Jika harapan datang menjelang, makan jangan
disia-siakan, karena di sanalah keputusan harus dilaksanakan.
NB: Mohon maaf kepada sopir dan bis Lorena Trayek Bogor-Kampung Rambutan, Jazakallahu Khairan, terimakasih
atas tumpangan dan AC-nya semoga Allah membalasnya dengan rizki yang melimpah.
Maafkan calon penumpang mu yang kurang tahu malu, sehingga turun tanpa
seizinmu, langsung naik bis di sebelahmu. Semoga jeuleus-mu tak ada untukku ...
karena rizki itu mungkin bukan milikmu....
Semoga perjalanan ini mendapat ridha-Mu, Bismilllah majreeha wa
mursaaha...
Bogor-Serang, 09 Januari 2022 di atas bis yang terus bergoyang...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...