Oleh: Abd Misno
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) saat ini memang tidak
dalam keadaan baik-baik saja, perbedaan pandangan politik, kepentingan golongan
hingga perbedaan suku dan golongan saat ini sedang mengalami tantangan hebat. Sejak
Pemilu 2018 yang melahirkan berbagai pandangan politik berbeda memunculkan
adanya penguasa dan pihak oposisi serta pihak lainnya yang terus memunculkan
berbagai kontroversi, saling adu argumentasi, adu pengaruh hingga berujung
dengan permasalahan yang mau tidak mau harus ditangani oleh pihak penegak
hukum. Pun pihak penegak hukum tidak lepas dari berbagai isu dan kontroversi
yang menambah runyam permasalahan bangs aini.
Isu mengenai ulah para buzzer yang selalu memanas-manasi keadaan,
ancaman pihak asing yang nampak di depan pandangan hingga pihak oposisi yang
selalu menjadi dalih rakyat dan keadilan sebagai asas perjuangan. Perseteruan ini
tidak jarang bahkan seringkali menyeret Islam dan tokoh-tokohnya ke pusaran
politik ini. Isu pendirian khilafah, fundamentalis dan teroris selalu
didengungkan oleh kalangan islamophobia, sementara umat Islam sendiri terpecah ke
dalam berbagai pandangan; dari mulai yang apatis dengan politik, masa bodoh,
terlibat langsung dan ada juga yang masuk ke sarang “lawan” dengan dalil dakwah
dan “perjuangan” dari dalam. Tentu saja semua akan kembali kepada niat masing-masing
dan kesungguhan mereka (umat Islam) dalam menegakan panji-panji Islam.
Kembali kepada keadaan NKRI tercinta, setelah belum lama kontroversi
anggota dewan yang dianggap “menghina” suku Sunda, kini muncul kembali politis
yang juga dianggap “merendahkan” lokasi pulau Kalimantan dengan menyebut
sebagai “Tempat Jin Buang Anak”. Tentu saja ucapan ini terkait dengan
kontroversi pemindahan Ibu Kota Indonesia ke Kalimantan Timur. Berbagai reaksi
muncul, tentu saja lebih bersifat kontra dan menganggap sebagai bentuk
penghinaan kepada penduduk Kalimantan (Borneo). Berita ini semakin viral dan
panas karena “digoreng” oleh pihak-pihak yang tidak suka dengan orangnya, partainya,
ide dan gagasannya hingga karena provokasi dan berita yang terus diviralkan.
Tentu saja berita ini terus berbuntut Panjang, termasuk menyeret
partai di mana pelaku aktif dan pihak oposisi lainnya, plus isu tentang
pemindahan ibu kota kembali mencuat. Bagi pihak yang setuju tentu menjadi
alasan kuat untuk segera merealisasikannya, bagi yang kontra menjadi batu sandungan
dan pelajaran sangat berharga bagi mereka. Sebenarnya ini juga menjadi cambuk
kecil bagi umat Islam khususnya partai Islam di negeri ini, bagaimana memang
banyak sekali pihak-pihak yang tidak suka dengan keberadaan mereka sehingga
setiap hal baik besar maupun kecil akan selalu di-counter dan dicari-cari
kesalahannya.
Berita viral ini juga menjadi kajian kembali mengenai istilah “Tempat
Jin Buang Anak”, sebuah istilah yang juga dipopulerkan oleh tokoh film Benyamin
Syuaib dengan karakter Betawi-nya yang selalu menyebut bahwa tempat-tempat yang
jauh dan sepi biasanya disebut dengan istilah ini. Memang betul, bahwa ini
adalah istilah kiasan yang biasa digunakan khususunya orang-orang Betawi untuk
tempat yang jauh dan sepi. Pakar Bahasa Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta
Hilmi Akmal mengatakan tempat jin buang anak bisa dimaknai sebagai tempat yang
jauh dari pusat kota. Istilah itu populer pada tahun 60-a. "Istilah
'tempat jin buang anak' biasanya memang bisa dimaknai sebagai tempat yang jauh
dari pusat kota, tempat yang masih sangat sepi, jarang penduduknya dan masih
banyak semak belukar atau bahkan hutan. Istilah ini muncul di Jakarta sekitar
tahun 60-an atau 70-an untuk menggambarkan daerah sekitar Jakarta yang masih
sepi seperti Ciputat, Pamulang, Bintaro dan lain-lain," kata Hilmi.
Namun ketika istilah ini kemudian dikaitkan dengan Kalimantan yang
akan menjadi ibu Kota Negara Indonesia tentu menjadi masalah lain lagi. Istilah
jauh betul menurut orang yang tinggal di Jakarta atau wilayah yang jauh dari
Kalimantan. Tapi bagi mereka yang dekat dengan Kalimantan Timur tentu menjadi
dekat adanya. Masalah jarak memang sangat relatif dan terkait dengan posisi
dari seseorang. Sehingga kesalahan bicaranya dalam hal ini adalah ketika
kemudian dikaitkan dengan kebijakan penguasa saat ini. Apalagi jika ditambahkan
dengan kalimat-kalimat sesudahnya yang menyatakan bahwa yang mau tinggal di
sana monyet, Kuntilanak dan Genderuwo. Pernyataan ini tentu merupakan kesalahan
yang cukup fatal, khususnya bagi mereka yang tinggal di Kalimantan dan
khususnya Kalimantan Timur.
Merujuk pada berita viral ini maka sebagai seorang muslim apalagi
tokoh, politisi, aktifis dan public figure, hendaknya lebih berhati-hati dalam
berbicara dan mengucapkan statement, karena bisa jadi itu tidak tepat dan
menyakiti pihak lain. Apalagi jika kita membawa nama Islam baik itu partai,
komunitas dan golongan maka sikap hati-hati ini harus lebih lagi. Jaga lisan
kita dari mengucapkan kata-kata yang dapat menyakiti pihak lain, baik muslim
ataupun non muslim. Apalagi dalam konteks ke-Indonesiaan, jangan sampai
menjadikan agama, kepercayaan dan suku bangsa lain merasa direndahkan. Karena sebagai
muslim kita sadar, banyak sekali pihak-pihak yang tidak suka dengan Islam dan
umatnya, mereka selalu mencari-cari kesalahan dari Islam, tokoh dan umatnya. Permintaan
maaf kadang juga tidak lagi dihiraukan, karena kebencian mereka terhadap Islam
dan umatnya, atau karena kepentingan politik yang berbeda, sebagian lagi karena
tidak paham sehingga mudah diprovokasi oleh provokator yang tidak bertanggungjawab.
Sebagai warga negara yang baik, dalam konteks NKRI kita memang
harus menjaga kesatuan negeri ini, karena banyak pihak yang tidak suka melihat
Indonesia Berjaya. Maka harus terus kuatkan rasa persatuan ini, jangan mudah
diprovokasi dan kedepankan kepentingan NKRI di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
Sebagai muslim kita juga telah diajarkan bagaimana cara menjaga
lisan kita, bahkan menjaga lisan salah satu dari cara mendapatkan jaminan surga
dari Allah ta’ala. Sehingga mari terus jaga lisan kita dengan mengucapkan yang
baik atau diam… Wallahua’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...