Oleh : Andi Sabrina
Meski berasal
dari dinasti Abbasiyah, Harun
Ar-rasyid dikenal dekat dengan keluarga Bermakid
dari Persia (Iran). Dimasa mudanya Harun Ar-rasyid banyak belajar dari Yahya
Ibn Khalid Al-Barmak, Beliau termasuk salah seorang pendukung setia Jurasyiyah,
Ibu dari Harun Ar-rasyid.
Ketika Harun berusia 18 tahun, ia
sudah menunjukkan rasa keberaniannya dan keterampilannya sebagai seorang prajurit.
Ayahnya saat itu menjadi khalifah islam yang memungkinkan dirinya menjadi salah
seorang pasukan melawan musuh-musuh Islam hingga ia memenangkan banyak
pertempuran. Dalam kisah 1001 Malam, Harun Ar-rasyid digambarkan sebagai sosok
pemuda yang pemberani yang memenangkan banhyak pertempuran.
Ketika Harun memasuki usia remaja,
Harun Ar-rasyid banyak memipin
pertempuran melawan Kekaisaran
RomawiTimur, karna selalu menjadi pemimpin dalam setiap pertempuran dan
keberhasilannya beliau berhasil memperoleh gelar Jendral dengan sebutan
`Al-Rasyid` (yang mengikuti jalan yang benar, atau orang yang benar). Dia juga
tunjuk sebagai Gubernur Armenia, Azerbaijan, Suriah dan Tunisia, yang diberikan
yahya untuknya. Kemudian Harun Ar-rasyid diangkat menjadi khalifah pada tanggal
14September ( 15 Rabi’ul Awal 170 H) tepat pada bulan kematian saudaranya
`Hadi` yang meninggal secara misterius di tahun
786.
Setelah
diangkat menjadi khalifah, Harun Ar-rasyid langsung menunjuk Yahya dari Makid sebagai Wazirnya, memasang kader bermakid
sebagai administrator.
Harun Ar-rasyid menjadi khalifah
ketika ia hampir mencapai usia 21 tahun. Harun membangun istana di kota Bagdad,
ia membangun istana jauh lebih megah dan indah dari khalifah yang ada pada saat
itu. Disana lah ia membangun istananya dan hidup ddalam kemuliaan besar yang
memiliki ratusan abdi dan budak.
Harun dikenal sebagai sosok yang adil dan sangat
peduli kepada rakyatnya hal ini dibuktikan dari tindakan beliau yang selalu
ingin tahu keadaan rakyatnya, terkadang ia menyamar dimalam hari dan berada di
pasar atau jalanan untuk mendengarkan pembicaraan orang-orang yang lewat
disekitar dan bertanya pada penduduk mengenai keadaan kepemimpinannya dengan
cara ini lah ia dapat mengetahui apakah rakyatnya puas atau tidak atas kpemimpinannya.
Meskipun masa pemerintahan khalifah Harun
Ar-rasyid membawa kondisi yang aman dan tidak ada pemberontakkan besar, ada
juga pemberontakan lokal. Diawal pemerintahan Harun Ar-rasyid timbul masalah di
Mesir, Suriah, Mesopotamia, Yaman, dan Daylam (selatan Laut Kaspia).
Ada beberapa kejadian pada masa kepemimpinan
Harun Ar-rasyid yaitu: Pada tahun 795M Harun meredam pemberontakkan Syiah dan
memenjarakan Musa Al-Kazim, Pada tahun 796M Harun memindahkan Istana dan pusat
pemerintahan dari bagdad ke Ar-raqqah, Pada tahun 800M Harun mengangkat Ibrahim
Ibnu Al-Aghlab sebagai Gubernur Tunisia, Pada tahun 802 M Harun menghadiahkan
dua gajah albino ke Charlemagne sebagai hadiah diplomatik, Pada tahun 803 M
Harun memecat Yahya Bin Khalid sebagai Perdana Mentri karna korupsi.
Harun Ar-rasyid juga membagi
kerajaan antara putranya Al-Amin dan Al-Ma’mum, yang menjadi penerus Harun
Ar-rasyid melawan musuh Islam. Harun Ar-rasyid wafat pada tanggal 24 Maret 809
(3 Jumada Tsani 193 H) yang kemudian
digantikan oleh putranya Muhammad Bin Harun Al-Amin,
Kepemimpinan
Khalifah Harun Ar-Rasyid
Ketika tumbuh menjadi seorang
remaja, Harun Ar-Rasyid sudah mulai diterjunkan ayahnya dalam urusan
pemerintahan. Kepemimpinan Harun ditempa sang ayah ketika dipercaya memimpin
ekspedisi militer untuk menaklukkan Bizantium sebanyak dua kali. Ekspedisi
militer pertama dipimpinnya pada 779 M - 780 M. Dalam ekspedisi kedua yang
dilakukan pada 781-782 M, Harun memimpin pasukannya hingga ke pantai Bosporus,
Turki. Dalam usia yang relatif muda,
Harun Ar-Rasyid yang dikenal berwibawa sudah mampu menggerakkan 95 ribu pasukan
beserta para pejabat tinggi dan jenderal veteran. Dari mereka pula, Harun banyak belajar
tentang strategi pertempuran. Sebelum dinobatkan sebagai khalifah, Harun
didaulat ayahnya menjadi gubernur di As-Siafah tahun 779 M dan di Maghrib pada
780 M. Dua tahun setelah menjadi gubernur, sang ayah mengukuhkannya sebagai
putera mahkota untuk menjadi khalifah setelah saudaranya, Al-Hadi. Pada 14
Septempber 786 M, Harun Ar-Rasyid akhirnya menduduki tahta tertinggi di Dinasti
Abbasiyah sebagai khalifah kelima.
Harun Ar-Rasyid berkuasa selama
23 tahun (786 M - 809 M). Selama dua dasawarsa itu, Harun Ar-Rasyid mampu
membawa dinasti yang dipimpinnya ke peuncak kejayaan. Ada banyak hal yang patut
ditiru para pemimpin Islam di abad ke-21 ini dari sosok raja besar Muslim ini.
Sebagai pemimpin, dia menjalin hubungan yang harmonis dengan para ulama, ahli
hukum, penulis, qari, dan seniman. Ia kerap mengundang para tokoh informal dan
profesional itu keistana untuk mendiskusikan berbagai masalah.
Harun Ar-Rasyid begitu menghagai setiap
orang. Itulah salah satu yang membuat masyarakat dari berbagai golongan dan
status amat menghormati, mengagumi, dan mencintainya. Harun Ar-Rasyid adalah
pemimpin yang mengakar dan dekat dengan rakyatnya. Terkadang Beliau menyamar di malam hari dan berada di jalanan atupun
pasar, mendengarkan pembicaraan orang-orang yang bertemu dengannya dan bertanya
kepada mereka. Dengan cara ini dia mengetahui apakah orang puas atau tidak atas
kepemimpinannya. Sebagai seorang
pemimpin dan Muslim yang taat, Harun Ar-Rasyid sangat rajin beribadah. Konon,
dia terbiasa menjalankan shalat sunah hingga seratus rakaat setiap harinya. Dua
kali dalam setahun, Beliau kerap menunaikan ibadah haji dan umrah dengan
berjalan kaki dari Baghdad ke Makkah. Ia tak pernah lupa mengajak para ulama
ketika menunaikan rukun Islam kelima tersebut.
Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harus Ar-Rasyid tak mengenal
kompromi dengan korupsi yang merugikan rakyat. Sekalipun yang berlaku korup itu
adalah orang yang dekat dan banyak berpengaruh dalam hidupnya. Pemerintahan
yang bersih dari korupsi menjadi komitmennya.
Di masa kepemimpinannya, Abbasiyah
menguasai wilayah kekuasaan yang terbentang luas dari daerah-daerah di Laut
Tengah di sebelah Barat hingga ke India di sebelah Timur. Meski begitu, tak
mudah bagi Harun Ar-Rasyid untuk menjaga keutuhan wilayah yang dikuasainya.
Berbagai pemberontakan pun tercatat sempat terjadi di era kepemimpinannya.
Pemberontakan yang sempat terjadi di masa kekuasaannya antara lain:
Pemberontakan Khawarij yang dipimpin Walid bin Tahrif (794 M), Pemberontakan
Musa Al-Kazim (799 M), serta Pemberontakan Yahya bin Abdullah bin Abi Taglib
(792 M).
Salah satu puncak pencapaian yang
membuat namanya melegenda adalah perhatiannya dalam bidang ilmu pengetahuan dan
peradaban. Di masa kepemimpinannya terjadi penerjemahan karya-karya dari
berbagai bahasa. Inilah yang menjadi awal kemajuan yang dicapai Islam.
Menggenggam dunia dengan ilmu pengetahuan dan peradaban. Pada era itu pula
berkembang beragam disiplin ilmu pengetahuan dan peradaban yang ditandai dengan
berdirinya Baitul Hikmah, perpustakaan raksasa sekaligus pusat kajian ilmu
pengetahuan dan peradaban terbesar pada zamannya.
Harun Ar-Rasyid juga berupaya
dengan keras memajukan perekonomian serta perdagangan. Pertanian berkembang
dengan begitu pesat, lantaran khalifah begitu menaruh perhatian yang besar
dengan membangun saluran irigasi. Langkah tersebut mendapat dukungan rakyatnya.
Kemajuan dalam sektor perekonomian, perdagangan dan pertanian itu membuat
Baghdad menjadi pusat perdagangan terbesar dan teramai di dunia saat itu.
Dengan kepastian hukum serta keamanan yang terjamin, berbondong-bondong para
saudagar dari berbagai penjuru dunia bertransaksi melakukan pertukaan barang
dan uang di Baghdad. Negara pun memperoleh pemasukan yang begitu besar dari
perekonomian dan perdagangan itu serta tentunya dari pungutan pajak. Pemasukan
kas negara yang begitu besar itu tak dikorup sang khalifah. Harun Ar-Rasyid menggunakan
dana itu untuk pembangunan dan menyejahterakan rakyatnya. Kota Baghdad pun
dibangun dengan indah dan megah. Gedung-gedung tinggi berdiri, sarana
peribadatan tersebar, sarana pendidikan pun menjamur, dan fasilitas kesehatan
gratis pun diberikan dengan pelayanan yang prima. Sarana umum lainnya seperti
kamar mandi umum, taman, jalan serta pasar juga dibangun dengan kualitas yang
sangat baik. Khalifah pun membiayai pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
penerjemahan dan serta penelitian.
Negara menempatkan para ulama dan ilmuwan di posisi yang tinggi dan
mulia. Mereka dihargai dengan memperoleh gaji yang sangat tinggi. Setiap
tulisan dan penemuan yang dihasilkan ulama dan ilmuwan dibayar mahal oleh
negara.
Popularitas Daulah
Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman Khalifah Harun al-
Rasyid (786-809 M) dan putranya al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak
dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial, rumah sakit, lembaga
pendidikan dokter dan farmasi didirikan. Tingkat kemakmuran paling tinggi
terwujud pada zaman Khalifah ini. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan,
ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman
keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara
terkuat dan tak tertandingi (Yatim, 2003:52-53). Dengan demikian telah terlihat
bahwa pada masa Khalifah Harun al-Rasyid lebih menekankan pembinaan peradaban
dan kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah yang memang sudah luas.
Pengganti al-Rasyid dikenal sebagai Khalifah yang sangat cinta kepada ilmu.
Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Ia juga
mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah
pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan
tinggi dengan perpustakaan yang besar.
Perkembangan Ilmu
pengetahuan
Perkembangan Ilmu
pengetahuan dan teknologi mencapai puncak kejayaan pada
masa pemerintahhan Harun ar-Rasyid , kemajuan intelektual pada waktu itu
setidaknya dipengaruhi oleh dua hal yaitu:
1. Terjadinya Asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih
dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Pengaruh Persia pada saat
itu sangat penting dibidang pemerintahan. selain itu mereka banyak berjasa
dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra. Sedangkan pengaruh Yunani masuk
melalui terjemah-terjemah dalam banyak bidang ilmu, terutama Filsafat.
2. Gerakan Terjemah
Pada masa daulah ini usaha penerjemahan kitab-kitab asing dilakukan dengan giat
sekali. Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu
pengetahuan umum terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan
sejarah. Dari gerakan ini muncullah tokoh-tokoh Islam dalam ilmu pengetahuan,
antara lain ;
a. Bidang filsafat: al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Sina,
al-
Ghazali,Ibnu Rusyid.
b. Bidang kedokteran: Jabir ibnu Hayan , Hunain bin Ishaq, Tabib bin Qurra
,Ar-Razi.
c. Bidang Matematika: Umar al-Farukhan , al-Khawarizmi.
d. Bidang astronomi: al-Fazari, al-Battani, Abul watak, al-Farghoni dan
sebagainya.
Dari hasil ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para alim
ulama, berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai
bidang-bidang ilmu pengetahuan, antara lain :
1. Ilmu Umum
a.Ilmu Filsafat
1) Al-Kindi (809-873 M) buku karangannya sebanyak 236 judul.
2) Al Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usia 80 tahun.
3) Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H)
4) Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H)
5) Ibnu Shina (980-1037 M). Karangan-karangan yang terkenal antara lain: Shafa,
Najat, Qoman, Saddiya dan lain-lain
6) Al Ghazali (1085-1101 M). Dikenal sebagai Hujjatul Islam, karangannya: Al
Munqizh Minadl-Dlalal,Tahafutul Falasifah,Mizanul Amal,Ihya Ulumuddin dan
lainlain
7) Ibnu Rusd (1126-1198 M). Karangannya : Kulliyaat, Tafsir Urjuza, Kasful
Afillah
b. Bidang Kedokteran
1) Jabir bin Hayyan (wafat 778 M). Dikenal sebagai bapak Kimia.
2) Hurain bin Ishaq (810-878 M). Ahli mata yang terkenal disamping sebagai
penterjemah bahasa asing.
3) Thabib bin Qurra (836-901 M)
4) Ar Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal mengenai cacar dan
campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.
c. Bidang Matematika
1) Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.
2) Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka (0).
d. Bidang Astronomi
Berkembang subur di kalangan umat Islam, sehingga banyak para ahli yang
terkenal dalam perbintangan ini seperti :
1) Al Farazi : pencipta Astro lobe
2) Al Gattani/Al Betagnius
3) Abul wafat : menemukan jalan ketiga dari bulan
4) Al Farghoni atau Al Fragenius
e. Bidang Seni Ukir
Beberapa seniman ukir terkenal: Badr dan Tariff (961-976 M) dan ada seni musik,
seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan.
2. Ilmu Naqli
a. Ilmu Tafsir, Para mufassirin yang termasyur: Ibnu Jarir ath Tabary, Ibnu
Athiyah al Andalusy (wafat 147 H), As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H),
Muhammad bin Ishak dan lain-lain
b. Ilmu Hadist, Muncullah ahli-ahli hadist ternama seperti: Imam Bukhori
(194-256 H), Imam Muslim (wafat 231 H), Ibnu Majah (wafat 273 H),Abu Daud
(wafat 275 H), At Tarmidzi, dan lain-lain
c. Ilmu Kalam, Dalam kenyataannya kaum Mu’tazilah berjasa besar dalam
menciptakan ilmu kalam, diantaranya para pelopor itu adalah: Wasil bin Atha’,
Abu Huzail al Allaf, Adh Dhaam, Abu Hasan Asy’ary, Hujjatul Islam Imam Ghazali
d. Ilmu Tasawuf, Ahli-ahli dan ulama-ulamanya adalah : Al Qusyairy (wafat 465
H).
Karangannya : ar Risalatul Qusyairiyah, Syahabuddin (wafat 632 H). Karangannya
: Awariful Ma’arif, Imam Ghazali : Karangannya al Bashut, al Wajiz dan
lain-lain.
e. Para Imam Fuqaha, Lahirlah para Fuqaha yang sampai sekarang aliran mereka
masih mendapat tempat yang luas dalam masyarakat Islam. Yang
mengembangkanfaham/mazhabnya dalam zaman ini adalah: Imam Abu Hanifah, Imam
Malik, Imam, Imam Ahmad bin Hambal dan Para Imam Syi’ah (Hasjmy, 1995:276-278).
Perkembangan Peradaban
di Bidang Fisik
Perkembangan peradaban
pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat maju pesat, karena upayaupaya
dilakukan oleh para Khalifah di bidang fisik. Hal ini dapat kita lihat dari
bangunan –bangunan yang berupa:
a. Kuttab, yaitu tempat belajar dalam tingkatan pendidikan rendah dan menengah.
b. Majlis Muhadharah,yaitu tempat pertemuan para ulama, sarjana,ahli pikir dan
pujangga untuk membahas masalah-masalah ilmiah.
c. Darul Hikmah, Adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini
merupakan perpustakaan terbesar yang di dalamnya juga disediakan tempat ruangan
belajar.
d. Madrasah, Perdana menteri Nidhomul Mulk adalah orang yang mula-mula
mendirikan sekolah dalam bentuk yang ada sampai sekarang ini, dengan nama
Madrasah.
e. Masjid, Biasanya dipakai untuk pendidikan tinggi dan tahassus.
Pada masa Daulah Bani Abbassiyah, peradaban di bidang fisik seperti kehidupan
ekonomi: pertanian, perindustrian, perdagangan berhasil dikembangkan oleh
KhalifahMansyur.
Kehidupan Perekonomian Daulah Bani Abbasiyah
Permulaan masa kepemimpinan Bani Abbassiyah, perbendaharaan negara penuh dan
berlimpah-limpah, uang masuk lebih banyak daripada pengeluaran. Yang menjadi Khalifah
adalah Mansyur. Dia betul-betul telah meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi
ekonomi dan keuangan negara. Dia mencontohkan Khalifah Umar bin Khattab dalam
menguatkan Islam.
Dan keberhasilan kehidupan ekonomi maka berhasil pula dalam :
1. Pertanian, Khalifah membela dan menghormati kaum tani, bahkan meringankan
pajak hasil bumi mereka, dan ada beberapa yang dihapuskan sama sekali.
2. Perindustrian, Khalifah menganjurkan untuk beramai-ramai membangun berbagai
industri, sehingga terkenallah beberapa kota dan industri-industrinya.
3. Perdagangan, Segala usaha ditempuh untuk memajukan perdagangan seperti:
a) Membangun sumur dan tempat-tempat istirahat di jalan-jalan yang dilewati
kafilah dagang.
b) Membangun armada-armada dagang.
c) Membangun armada : untuk melindungi parta-partai negara dari serangan bajak
laut.
Usaha-usaha tersebut sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan perdagangan
dalam dan luar negeri. Akibatnya kafilah-kafilah dagang kaum muslimin melintasi
segala negeri dan kapal-kapal dagangnya mengarungi tujuh lautan. Selain ketiga
hal tersebut, juga terdapat peninggalan-peninggalan yang memperlihatkan
kemajuan pesat Bani Abbassiyah.
1. Istana Qarruzzabad di Baghdad
2. Istana di kota Samarra
3. Bangunan-bangunan sekolah
4. Kuttab
5. Masjid
6. Majlis Muhadharah
7. Darul Hikmah
8. Masjid Raya Kordova (786 M)
9. Masjid Ibnu Taulon di Kairo (876 M)
10. Istana Al Hamra di Kordova
11. Istana Al Cazar, dan lain-lain (Ma’ruf,1996:39-40).
Baitul Hikmah
Latar Belakang Berdirinya Baitu Hikmah
Peradaban
Islam mencapai puncak kejayaanya pada masa Dinasti Abbasiyah. Di masa ini,
Islam menjadi kiblat peradaban dunia. Ketika Barat dan belahan dunia lainnya
masih dirundung konflik dan penderitaan yang tidak kunjung berakhir, Baghdad
telah menjelma menjadi kota yang sangat metropiltan di dunia. Taman-taman indah
menghiasi setiap sudut kota, lampu penerang bertebaran,serta bangunan-bangunan
cantik dengan arsitektur mengagumkan berdiri di sekeliling kota. Penyebabnya
bukan karena luas wilayah kerajaan yang mencapai dua per tiga dunia,akan tetapi
karena penguasaan ilmu pengetahuan yang tidak ada tandingannya.
Pada
masa ini, seniman,teknokrat,ilmuwan,pujangga,filsuf,dan para saudagar
berkontribusi terhadap perkembangan di bidangnya masing-masing,sehingga Ilmu
agama,kesenian,industri,hukum,literatur,navigasi,filsafat, sains,sosiologi,dan
teknik mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada masa ini juga, lahir
sebuah institusi keilmuan modern pertama di dunia yang menjadi cikal bakal
perkembangan ilmu pengetahuan yakni
Baitul Hikmah.
Nama
Baitul Hikmah diambil dari kata ha-ka-ma-
yang artinya bijaksana. Dari kata ini juga keluar isitlah Hakim (orang yang
bijaksana). Menurut Prof. Dr. Nazeer Ahmed,hal itu dikarenakan dalam Islam,
seorang ilmuan bukan hanya orang yang melihat alam dari luar, tetapi dia adalah
orang bijak (man of wisdom) yang melihat alam
dari dalam dan menyatukan antara ilmu pengetahuan yang dia dapat ke dalam
pokok-pokok dasar segala sesuatu. Jadi inti dari seorang ilmuan bukanlah
terpaku pada pengetahuan untuk mencari ilmu pengetahuan, tetapi realisasi dari
dasar-dasar pokok itu untuk menyerap ciptaan Tuhan dan keteraturan alam yang
menunjukkan kebijaksanaan Tuhan.
Baitul Hikmah pertama kali dibangun oleh Harun
Ar-Rasyid. Usaha Ar-Rasyid tersebut kemudian diteruskan oleh anaknya,
Al-Makmun. Pada waktu itu, Baitul Hikmah adalah bangunan yang terdiri dari
berbagai ruangan. Setiap ruangan terdiri dari tempat buku (khazanah)
yang diberi nama sesuai nama pendirinya seperti Khazanah Ar-Rasyid
dan Khazanah Al-Makmun. Bangunan yang menyatu dengan istana
khalifah itu pun memiliki berbagai divisi, ada divisi untuk menyimpan buku,
menerjemah, mencetak, menulis, menjilid, dan meneliti. Singkatnya, Baitul
Hikmah benar-benar menjadi tempat ilmu pengetahuan yang sangat berharga.
Bahkan, dalam perjalanannya, tempat tersebut bukan hanya berupa gudang buku
sebagaimana terjadi pada perpustakaan zaman sekarang, tetapi berubah menjadi
universitas (al-jami’ah). Dari tempat tersebut, lahir berbagai riset dan
karya ilmiah yang sangat berharga. Bahkan, tempat tersebut pun menjadi tempat
observasi bintang.
Baitul
Hikmah menjadi pusat pertemuan ilmu-ilmu pengetahuan dari Barat (Yunani) dan
dari Timur (India, Persia dan China) yang selanjutnya dikembangkan oleh para
cendekiawan Islam menjadi berbagai ilmu pengetahuan, seperti matematika,
filsafat, astronomi, kedokteran, fisika bahkan juga metafisika. Di tempat ini,
buku-buku dari Barat dan Timur dikaji, didiskusikan, dikritisi, diterjemakan
dan dan kemudian ditulis ulang.
Dari India misalnya, berhasil diterjemahkan
buku-buku Kalilah dan Dimnah maupun berbagai cerita Fabel yang bersifat anonim.
Berbagai dalil dan dasar matematika juga diperoleh dari terjemahan yang berasal
dari India. Selain itu juga diterjemahkan buku-buku filsafat dari Yunani,
terutama filsafat etika dan logika. Sedangkan karya-karya satra diambil dari
Persia.
Kemajuan
ilmu pengetahuan bukan hanya pada bidang ilmu eksakta saja, ilmu-ilmu Naqli
seperti Tafsir, Teologi, Hadits, Fiqih, Ushul Fiqh dan sebagainya, juga mengalami
perkembangan signifikan. Perkembangan ini memunculkan tokoh-tokoh besar dalam
sejarah ilmu pengetahuan, seperti Al-Kindi, Al-Khwarizmi, Muhammad Jakfar bin
Musa, Ahmad bin Musa, Abu Tammam, Al-Jahiz, Ibnu Malik At-Thai, Abul Faraj,
Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Biruni, Ibnu Misykawaih, hingga sejarawan besar Ibnu
Khaldun. Mereka adalahorang-orang yang belajar di Baitul Hikmah dan mereka
sangat berpengaruh besar terhadap perkembagan ilmu pengetahuan selanjutnya,
bukan hanya untuk Islam tapi juga Barat dan Eropa.
Setelah
meninggalnya Harun Ar-Rashid, pemeliharan Baitul Hikmah kemudian dilanjutkan
oleh penerusnya, Al-Ma’mun. Perkembangan dan kemajuan yang dilakukannya tidak
kalah dengan pendahulunya, di masa Al-Makmun, Baitul Hikmah terus mengalami
kemajuan. Al-Makmun mengundang para ilmuwan di seluruh dunia Islam untuk
berbagi ide, informasi, dan pengetahuan di perpustakaan ini. Ketertarikannya
terhadap filsafat juga mendorongnya melakukan terjemah besar-besaran terhadap
karya-karya dari Yunani.
Baitul
Hikmah terus mengalami perkembangan baik di masa Al- Makmun maupun Al-Mu’tashim
dan Al-Watsiq. Namun mengalami kemerosotan di masa Al-Mutawakkil, dan kemudian
musnah pada masa Al-Musta’shim akibat serangan tentara Mongol yang dipimpin
oleh Hulagu Khan, cucu Genghis Khan, pada tahun 1258. Hal tersebut ditandai
dengan kehancuran Baitul Hikmah. Bangunannya diratakan dengan tanah, dan
buku-bukunya dibuang ke sungai. Konon, warna air Sungai Tigris yang melalui
Bagdad, berubah menjadi merah dan hitam selama seminggu. Merah dari darah para
ilmuwan dan filsuf yang terbunuh, sedangkan hitam dari tinta buku-buku berharga
koleksi Baitul Hikmah yang luntur setelah dibuang ke sungai itu.*
boleh minta buku referensinya kah?
BalasHapusTlng kirimi contoh bangunan peninggalan khalifah harun arrosyid
BalasHapusKo gak adha 7 bngunan terkenal di bagdag yah
BalasHapuskok gak ada Daftar Pustaka nya ya
BalasHapus