Oleh: Abdurrahman MBP
Sebagaimana namanya Pesantren
Yatim Ibnu Taimiyah Bogor menerapkan model pendidikan berasrama (boarding)
bagi anak yatim. Model pendidikan yang ada dimulai dari taman kanak-kanak,
madrasah ibtidaiyyah, madrasaha tsanawiyah, madrasah aliyah dan pesantren
salafiyah. Pesantren ini mengkhususkan diri untuk mendidik anak yatim. Dengan
moto “Mendidik Anak Yatim Menjadi Sholeh dan Mandiri” pesantren ini menerapkan
kurikullum dari kementerian agama dan kurikullum lokal.
Persentasi kurikullum yaitu 60%
untuk ilmu agama dan 40% untuk ilmu-ilmu umum. Model pembelajarannya sendiri
menginduk kepada kementerian agama dalam hal ini sebagai bentuk legalitas dan
muatan lokal yang mengarahkan yatim menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah
ta’ala. Menurut Direktur PYIT Ust. Suryana Abdullah, pendidikan adalah proses
mewariskan nilai-nilai Islamy kepada
anak melalui setiap aktifitas yang dilakukan orang dewasa, karena itu
menurutnya pendidikan tidak hanya ada di sekolah, namun ia ada di dapur, kamar, lapangan, hamam dan di segala tempat. Inilah
model pendidikan yang menjadi asas bagi PYIT, sehingga semboyan untuk
mewujudkan anak yatim yang sholeh dan mandiri dapat tercapai. Dari sini model pendidikan berakarakter Islami
sudah sangat kentara yaitu pendidikan yang tidak hanya tersekat pada
ruang-ruang kelas, melainkan lebih dari itu bahwa setiap aktifitas yang
dilakukan oleh anak yatim adalah merupakan bagian dari proses pendidikan.
Kemandirian dan kecakapan hidup
juga menjadi prioritas pesantren ini, terlihat dari aktifitas yatim yang sangat
padat yang mencakup bagaimana seorang yatim dapat memiliki kecakapan hidup.
Dimulai dari pagi hari harus bangun pukul 04.00 lalu mandi dan sholat shubuh,
sebelumnya membersihkan badan dan sholat malam. Dilanjutkan aktifitas
pembelajaran Al-Qur’an hingga pukul 06.00 WIB. Setelah itu pelaksanaan kerja
bakti bagi siswa MTs dan MA yaitu dengan membersihkan seluruh kawasan
pesantren, aktifitas ini berlangsung hingga 06.30. selanjutnya makan pagi dan
persiapan masuk kelas.
Pembelajaran di kelas dimulai
dari pukul 07.00 hingga 14.30 WIB. Setelah istrihat dan shalat ashar
dilanjutkan dengan kegiatan ekstra kurikuler atau olah raga. Kegiatan bela diri
juga diadakan setiap kamis dan sabtu. Pada tingkat MI diberikan mata pelajaran
kemandirian yang meliputi belajar mencuci pakaian, membersihkan tempat tidur,
kamar mandi dan pembelajaran kemandirian lainnya. Pesantren Yatim Ibnu Taimiyah
telah menerapkan model pendidikan yatim berbasis kecakapan hidup dan memiliki
karate Islami, walaupun dalam pelaksanaannya masih ada beberapa hal yang harus
diperbaiki.
Secara umum model pendidikan yang
dilaksanakan oleh Pesantren Yatim Ibnu Taimiyah didasarkan kepada kebutuhan
dasar dari peserta didik, dalam hal ini anak-anak yatim. Selain itu ia juga menerapkan
pendidikan berbasis kecakapan hidup, yang menjadi tujuan kedua lembaga yaitu
untuk mewujudkan anak yatim yang dapat mandiri dengan menguasai berbagai
kecakapan hidup (life skill). PYIT mendidik setiap anak yatim untuk
dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan mengurus kehidupannya sendiri dari
hal-hal kecil yang harus dikuasainya.
B. Kesimpulan
Dari
pembahasan mengenai model pendidikan berkarakter Islami bagi anak yatim
yang berbasis kecakapan hidup dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1.
Secara psikologi
anak-anak yatim merasa kehilangan dengan meninggalnya salah satu orang tua
mereka yaitu ayah.
2.
Hilangnya figur
ayah dalam kehidupan mereka mengakibatkan mereka merasa kurang terlindungi
sehingga kepribadian mereka cenderung lebih bebas
3. Diperlukan
adanya model pendidikan yang mengarahkan dan membimbing mereka untuk menjadi
manusia yang mandiri baik pada saat proses pembelajarannya ataupun hasil dari
pembelajaran tersebut.
4.
Pendidikan berkarakter
Islami yang memberikan pola pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkatan umur
dan kematangan spiritual menjadi sesuatu yang harus ada bagi pendidikan
mereka.
5.
Kurikulum
berbasis kecakapan hidup yang dimaksud di sini adalah bahwa dalam proses
pendidikan anak yatim, terutama di pesantren hendaknya memperhatikan kondisi
kejiwaan anak yatim. Hal ini meliputi kurikulum yang menciptakan kondisi normal
sebuah keluarga sehingga seorang anak ytatim akan mendapatkan figure seorang
ayah dari para pembimbingnya.
6.
Model pendidikan
yang dikembangkan oleh Pesantren Yatim Ibnu Taimiyah telah mengarah
kepada model pendidikan berkarakter Islami dan berbasis kecakapan hidup,
namun ada beberapa kekurangan. Di antara kekurangan
tersebut adalah masih kurangnya pemahaman kejiwaan anak sehingga model
pendidikan yang dilaksanakan cenderung bersifat umum untuk seluruh anak.
7. Pesantren
Yatim Ibnu Taimiyah Bogor saat ini telah melaksanakan pendidikan
berkarakter Islami dengan penggunaan kurikullum yang dititik beratkan pada
nilai-nilai Islam. Pola-pola yang dilaksanakan juga mengarah kepada keshalehan
peserta didik secara kaffah.
C.
Saran-saran
Dengan
penemuan-penemuan yang ada dalam penelitian ini, penulis sedikit memberikan
saran-saran yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi seluruh komponen
masyarakat. Adapaun secara rinci saran-saran tersebut adalah :
1. Kepada masayarakat umum : anak yatim
adalah warga Negara yang menjadi tanggungjawab Negara untuk memeliharanyanya
dan memberikan perlindungan dan pendidikan. Dalam Islam keutamaan dari
memeuliakan dan mengasuh anak yatim begitu besar pahalanya. Maka mengasuh
mereka dan memberikan pendidikan yang wajar adalah salah satu ibadah yang
diperintahkan oleh Allah dan rasulNya.
2. Kepada Negara Republik Indonesia :
anak-anak yatim adalah warga negara yang kebutuhan hidupnya menjadi tanggung
jawab Negara, karena itu diharapkan Negara membuat kebijakan-kebijakan yang
dapat mencakup kebutuhan-kebutuhan hidup anak yatim, dalam hal ini tentu saja
tidak hanya kebutuhann fisik saja namun juga kebutuhan mental spiritualnya.
3. Kepada pengelola Pesantren Yatim Ibnu
Taimiyah Bogor : implementasi dari semboyan pesantren ini sepertinya harus
tertuang secara tersurat dalam model pendidikan yang diterapkannya. Kemandirian
yang dimaksud juga bukan hanya kemandirian di bidang spiritual saja melainkan
juga kemandirian di bidang financial.
4.
Bagi anak-anak
yatim : semua yang menimpa kita adalah sudah menjadi takdirNya, maka tidak ada
kata menyesal atau meratapi nasib sebagai yatim. Jadikan keyatiman kita adalah
kekuatan kita, bukankah Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam .
5. Pendidikan berkarater Islami sudah selayaknya
terus dikembangkan di Pesantren yatim Ibnu Taimiyah, adapun pelaksanaannya bisa
dilakukan secara bertahap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...