Oleh: Abdurrahman MBP, MEI
Menulis disertasi ternyata bukan hanya bermodal
kecerdasan saja, lebih dari itu ia membutuhkan seluruh potensi diri kita
termasuk kesiapan mental dalam menghadapinya. Selain itu semangat yang membara
sering juga berdampak negative pada kesehatan kita. Oleh karena itu seharusnya
sebelum seorang kandidat doktor harus menyiapkan semuanya, dari mulai
kecerdasan hingga kekuatan mental spiritual. Hal yang disebutkan terakhir menjadi
energy luar biasa untuk menyelesaikan tulisan disertasi dan yang semisalnya.
Setelah itu kesiapan mental dalam bimbingan dan terakhir kecerdasan kita dalam
mencari sumber-sumber referensi.
Pengalaman saya menulis disertsi sangat luar biasa, dari
mulai syndrome anthropologi hingga nyeri sendi. Bahkan saya bisa mengatakan
bahwa disertasi saya benar-benar bersimbah darah dan air mati. Agar lebih
runtut saya tulis satu-satu, pertama syndrome antropologi. Entah salah atau
tidak istilah ini yang pasti karena penelitian disertasi saya berkenaan dengan
masyarakat lokal maka mau tidak mau saya harus berinteraksi dengan mereka,
membaur dengan mereka dan lebih dari itu makan, minum dan tidur bersama mereka.
sebenarnya waktu penelitian saya tidak terlalu lama, dimulai dari tahun 2012
dan insya Allah agar berakhir pada 2014 ini. Namun interaksi saya yang intensif dengan obyek penelitian saya
mengakibatkan perasaan saya ikut membaur dan menyatu dengan mereka. sehingga
saya merasa bahwa mereka adalah bagian dari saya dan sayapun menganggap bukan
siapa-siapa mereka dalam arti saya merasa bagian dari mereka. Intensitas
interaksi inilah yang memunculkan syndrome anthropologi tersebut, rasa cinta
dan kagum saya kepada obyek peneltian saya menjadikan saya juga melibatkan
emosi di dalamnya. Maka tidak heran jika beberapa kali saya mengalami syndrome
ini, dari mulai kebersamaan dengan mereka yang begitu indah hingga sakit
gara-gara memikirkan dan ingin selalu bersama dengan mereka.
Sepertinya memang aneh, tapi inilah yang saya rasakan.
Saya merasa bahwa mereka begitu istimewa hingga saya ingin selalu bersama
dengan mereka. menikmati sunyinya subuh di tengah-tengah kampung, mendengarkan
gemericik air yang mengalir dengan tenang hingga mendengarkan dendang binatang
malam yang saling bersahutan. Belum lagi menelusuri pemikiran masyarakatnya
yang masih polos dan tidak terkontaminasi pemikiran luar. Suasana itu
benar-benar menjadikan saya begitu menikmati penelitian ini hingga tidak terasa
air mata mengalir ketika harus meninggalkan kampung tempat penelitian saya ini.
Bahkan hingga berbulan-bulang keinginan untuk kembali ke kampung it uterus saya
rasakan hingga membuat pikiran saya sering membayangkan bisa kembali ke sana
lagi. Bisa jadi kenangan di tempat penelitian telah masuk kea lam bawah sadar
saya hingga sering hadir dalam mimpi. Lebih dari itu sepertinya hati ini
benar-benar terpikat dengan obyek penelitian saya hingga perngorbanan apapun
saya untuk bisa hadir ke sana. Jika tidak ada peraturan adat yang melarangnya
mungkin saya sudah menjadi bagian dari komunitas mereka. mungkin gak ya?
Sindrome antrhopolog…
Kembali ke menulis disertasi, waktu yang berhari-hari
untuk mengetik dan berada di depan note book dengan posisi yang tidak banyak
gerak menjadikan seluruh tubuh saya kram hingga persendian di sekujur tubuh
saya terasa kaku. Posisi duduk yang bersila karena notebook berada di meja
kecil di lantai memaksa saya duduk dengan posisi perut dan dada tertekan.
Akibatnya perut saya terasa “enek” dan dada juga sakit, bagian tulang punggung
juga terasa sakit. Bahkan saat menulis tulisan ini saya dalam keadaan berdiri
karena menahan rasa “enek” di lambung. Mata tidak usah ditanya lagi, terasa
pegal sekali karena dari jam 05.00 pagi atau setelah shubuh langsung memandangi
huruf demi huruf disertasi hingga malam hari. Istirahat sebentar untuk shalat
dan mendinginkan computer. Intinya sendi-sendi di sekujur tubuh saya terasa
nyeri sekali. Kerja otak yang meningkat juga mengakibatkan saya sepertinya
tidak peduli dengan lingkungan sekitar hingga diri sendiri. Sehingga jadwal
mandi pun dikurangi demi disertasi. Menginjak akhir penulisan dan target yang
harus dicapai di akhir Januari 2014 memaksa saya lebih intensif lagi dalam
menulis.
Efeknya? Alhamdulillah… perbaikan niat yang terus menerus
bahwa menulis disertasi dan kuliah adalah amal sholeh yang diniatkan karena
Allah ta’ala dan mencari keridhaanNya menjadikan hingga saat ini aktifitas saya
berjalan lancar. Jika ada gangguan karena pikiran yang terpikat dengan lokasi
penelitian dan nyeri sendi yang tak terhakankan maka saya menganggapnya sebagai
sebuah pengorbanan dalam menulis disertasi. Tentu saja masih banyak pengorbanan
untuk menyelesaikan disertasi ini hingga akhir perkuliahan, semoga saya bisa
menyelesaikannya dengan “sempurna”, Ya Allah jadikanlah seluruh aktifitas saya
adalah ibadah untuk mendapatkan ridhaMu dan
jannahMu… amin. Wallahu a’lam.
Pasirtengah,
Sukaharja, Cijeruk, Bogor
14 Januari 2014
Pukul 17.35 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...