Oleh:
RIZKA
HUSNATA PUTRI
RIZKY
NANDA VERINA
SHAFIRA
KHAIRUN NISA
Setelah Nabi Miuhammad SAW
menerima wahyu, maka secara resmi beliau telah diangkat menjadi Rasul oleh
Allah SWT.Beliau mempunyai kewajiban untuk membina umat yang telah berada dalam
kesesatan untuk menuju jalan yang lurus.Dakwah Nabi Muhammad SAW dimulai dari
wilayah Makkah di jazirah Arab, walaupun pada akhirnya ajaran beliau adalah
untuk seluruh umat manusia. Jauh sebelum kerasulan Nabi Muhammad SAW,
sebenarnya Allah SWT juga telah mengutus nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s.
Kedua Rasul ini telahberhasil membina bangsa Arab dan masyarakat Makkah menjadi
orang yang beriman dan henya menyembah kepada Allah SWT. Bahkan kedua Rasul
tersebut juga diperintah Allah SWT untuk membangun Ka’bah di Makkah.Namun
dengan berjalanya waktu, keimanan masyarakat Makkah menjadi luntur dan berubah
menjadi kemusyrikan dengan menyembah patung dan berhala.Mereka tidak hanya
mengalami kerusakan dalam hal aqidah, bahkan akhlaknya juga rusak.
Nabi Muhammad SAW sebagai
rasul tidak henti-hentinya berusaha memperbaiki akhlak masyarakat yang sudah
rusak tersebut.Untuk memperbaiki akhlak, maka Allah SWT telah mengutus rasul
yang memang semenjak kecil dikenal oleh masyarakat sebagai orang yang sangat
mulia akhlaknya.Sejak masih kecil, remaja, sampai dewasa Nabi Muhammad sudah
dikenal oleh masayarakat Makkah sebagai orang yang mempunyai kepribadian baik,
berbeda dengan kebanyakan orang saat itu.Penampilannya pun sederhana,
bersahaja, dan berwibawa. Ketika ia berjalan badannya agak condong kedepan,
melangkah sigap dan pasti. Raut mukanya menunjukkan pikirannya yang cerdas,
tajam, dan jernih.Pandangan matanya menunjukkan keteduhan dan kewibawaan,
membuatorang patuh kepadanya.Ia juga dikenal sebagai orang yang jujur dalam
setiap perkataan maupun perbuatan. Dengan sifatnya yang demikian itu tidak
heran bila Khadijah, majikannya menaruh simpati kepadanya, dan tidak pula
mengherankan bila Muhammad diberi keleluasaan mengurus hartanya.Khadijah juga
membiarkannya menggunakan waktu untuk berpikir dan menuangkan hasil
pemikirannya.Akhirnya Muhammad dan Khadijah menikah menjadi sepasang suami
istri yang sangat setia dan memiliki anak-anak yang shalih.
Muhammad SAW mendapat
kurnia Tuhan dalam perkawinannya dengan Khadijah, mereka berada dalam kedudukan
yang tinggi dan harta yang cukup.Seluruh penduduk Makkah memandangnya dengan
rasa segan dan hormat.Mereka mensyukuri karunia Tuhan yang diberikan kepadanya
serta anak dan keturunan yang baik.Semua itu tidak mengurangi pergaulannya
dengan penduduk Makkah baik yang kaya maupun yang miskin.Dalam kehidupan
hari-hari, Muhammad SAW bergaul baik dengan masyarakat sekitar. Bahkan
setelah menikah dengan Khadijah ia lebih dihormati di tengah-tengah masyarakat.
Dengan dihormati orang Muhammad tidak menjadi tinggi hati, namun ia menjadi
semakin rendah hati. Bila ada yang mengajaknya bicara ia mendengarkan dan
memperhatikannya tanpa menoleh kepada orang lain. Perilakunya yang demikian
sangat berbeda dengan kebanyakan orang Makkah yang menjadi sombong dan congkak
ketika dihormati, dan marah-marah ketika merasa tidak dihormati. Muhammad juga
bukan termasuk orang yang suka mengobral perkataan, ia berkata seperlunya, dan
ia lebih banyak mendengarkan. Bila bicara selalu bersungguh-sungguh, tapi
sungguhpun begitu ia sesekali membuat humor dan bersenda-gurau. Sifatnya yang
jujur tersebut juga sangat berbeda dengan kebanyakan orang Makkah yang suka
berbohong, membual, dan sulit dipercaya.Setiap bertemu orang Muhammad selalu
tersenyum.Pada saat-saat tertentu juga bercanda dan terkadang tertawa sampai
terlihat gerahamnya. Bila ia marah tidak pernah sampai tampak kemarahannya,
hanya antara kedua keningnya tampak sedikit berkeringat, hal ini disebabkan ia
menahan rasa amarah dan tidak mau menampakkannya keluar. Semua itu terbawa oleh
kodratnya yang selalu lapang dada, berkemauan baik dan menghargai orang lain.
Ia Bijaksana, murah hati dan mudah bergaul. Tapi ia juga mempunyai tujuan
pasti, berkemauan kuat, tegas dan tak pernah ragu-ragu dalam tujuannya.
Sifat-sifat demikian ini berpadu dalam dirinya dan meninggalkan pengaruh yang
dalam sekali pada orang-orang yang bergaul dengan dia. Bagi orang yang
melihatnya tiba-tiba, sekaligus akan timbul rasa hormat, dan bagi orang yang
terbiasa bergaul dengannya akan timbul rasa cinta kepadanya.
Muhammad SAW menjalin hubungan baik kepada
penduduk Makkah.Ia juga berpartisipasi dalam kegiatan sosial dalam kehidupan
masyarakat hari-hari. Pada waktu itu masyarakat sedang sibuk karena bencana
banjir besar yang turun dari gunung kemudian menimpa dan meretakkan
dinding-dinding Ka’bah yang memang sudah rapuh.Sebelum itupun masyarakat suku
Quraisy memang sudah memikirkannya.Ka’bah yang tidak beratap itu menjadi
sasaran pencuri mengambil barang-barang berharga di dalamnya. Hanya saja
masyarakat suku Quraisy merasa takut kalau bangunannya diperkuat, pintunya
ditinggikan dan diberi atap, dewa Ka’bah yang suci itu akan menurunkan bencana
kepada mereka. Sepanjang zaman Jahiliyyah keadaan mereka diliputi oleh berbagai
macam legenda yang mengancam bagi siapapun yang berani mengadakan sesuatu
perubahan terhadap Ka’bah.Dengan demikian perbuatan itu dianggap tidak umum.
Tetapi sesudah mengalami
bencana banjir tindakan demikian itu adalah suatu keharusan, walaupun masih
diliputi rasa takut dan ragu-ragu.Bertepatan dengan kejadian itu, kapal milik
seorang pedagang Romawi bernama Baqum yang datang dari Mesir terhempas di laut
dan pecah.Sebenarnya Baqum adalah seorang ahli bangunan yang mengetahui masalah
perdagangan.Sesudah suku Quraisy mengetahui hal ini, maka berangkatlah al-Walid
bin al-Mughira dengan beberapa orang dari Quraisy ke Jeddah menemui Baqum.Kapal
itu kemudian dibelinya, kemudian diajaknya berunding supaya sama-sama datang ke
Makkah guna membantu mereka membangun Ka’bah kembali.Baqum menyetujui
permintaan itu.Pada waktu itu di Makkah ada seorang Kopti yang mempunyai
keahlian sebagai tukang kayu. Persetujuan tercapai bahwa diapun akan bekerja
dengan mendapat bantuan Baqum.
Sudut-sudut Ka’bah oleh suku Quraisy dibagi
empat bagian tiap kabilah mendapat satu sudut yang harus dirombak dan dibangun
kembali. Sebelum bertindak melakukan perombakan itu mereka masih ragu-ragu dan
khawatir akan mendapat bencana. Kemudian al-Walid bin al-Mughira tampil ke
depan dengan merasa sedikit takut. Setelah berdoa kepada dewa-dewanya, ia mulai
merombak bagian sudut selatan. Orang-orang menunggu apa yang akan dilakukan
Tuhan terhadap al-Walid. Tetapi setelah sampai pagi hari tak terjadi apa-apa,
mereka pun beramai-ramai merombaknya dan memindahkan batu-batu yang
ada.Muhammad pun ikut dalam kerja bakti itu.
Sesudah bangunan itu setinggi orang berdiri dan
tiba saatnya meletakkan Hajar Aswad yang disucikan di tempatnya semula di sudut
timur, maka timbullah perselisihan di kalangan Quraisy, siapa yang seharusnya
mendapat kehormatan meletakkan batu itu pada tempatnya semula. Demikian
memuncaknya perselisihan itu sehingga hampir saja timbul perang saudara.
Keluarga Abdud Dar dan keluarga ‘Adi bersepakat takkan membiarkan kabilah yang
manapun campur tangan dalam kehormatan
yang besar ini. Untuk itu mereka mengangkat sumpah bersama.Keluarga Abdud Dar
membawa sebuah baki berisi darah.Tangan mereka dimasukkan ke dalam baki itu
guna memperkuat sumpah mereka. Karena itu lalu diberi nama La’aqatud Dam, yakni
‘jilatan darah.’ Abu Umayyah bin al-Mughira dari Bani Makhzum, adalah orang
yang tertua di antara mereka. Ia dihormati dan dipatuhi. Setelah melihat
keadaan serupa itu ia berkata kepada mereka:"Serahkanlah putusan kamu ini
di tangan orang yang pertama sekali memasuki pintu Shafa ini."
Tatkala mereka melihat Muhammad adalah orang
pertama memasuki tempat itu, mereka berseru: "Ini al-Amin (orang yang
terpercaya) ; kami dapat menerima keputusannya." Lalu mereka menceritakan
peristiwa itu kepada Muhammad. Iapun mendengarkan dan sudah melihat di mata
mereka betapa berkobarnya api permusuhan itu. Ia berpikir sebentar, lalu
katanya: "Kemarikan sehelai kain," katanya. Setelah kain dibawakan
dihamparkannya dan diambilnya batu itu lalu diletakkannya dengan tangannya
sendiri, kemudian katanya; "Hendaknya setiap ketua kabilah memegang ujung
kain ini." Mereka bersama-sama membawa kain tersebut ke tempat batu itu
akan diletakkan. Lalu Muhammad mengeluarkan batu itu dari kain dan
meletakkannya di tempatnya.Dengan demikian perselisihan itu berakhir dan
bencana dapat dihindarkan.Quraisy menyelesaikan bangunan Ka’bah sampai setinggi
delapanbelas hasta (± 11 meter), dan ditinggikan dari tanah sedemikian rupa,
sehingga mereka dapat menyuruh atau melarang orang masuk.Di dalam Ka’bah itu
mereka membuat enam batang tiang dalam dua deretan dan di sudut barat sebelah
dalam dipasang sebuah tangga naik sampai ke teras di atas lalu meletakkan Hubal
di dalam Ka’bah.Juga di tempat itu diletakkan barang-barang berharga lainnya,
yang sebelum dibangun dan diberi beratap menjadi sasaran pencurian.
Kejadian ini berlangsung
saat Muhammad berusia SAW 35 tahun, dan keputusannya mengambil batu dan
diletakkan di atas kain lalu mengambilnya dari kain dan diletakkan di tempatnya
dalam Ka’bah, menunjukkan betapa tingginya kedudukannya dimata penduduk Makkah,
betapa besarnya penghargaan mereka kepadanya sebagai orang yang berjiwa besar. Pada
tahun 611 M, waktu itu Muhammad berusia 40 tahun beliau menerima wahyu yang
pertama.Di puncak Gunung Hira, – sejauh dua farsakh sebelah utara Makkah –
terletak sebuah gua yang sangat kondusif untuk tempat menyendiri (berkhalwat). Sepanjang
bulan Ramadan tiap tahun Muhammad pergi ke sana dan berdiam di tempat itu. Ia
tekun dalam merenung dan beribadah, menjauhkan diri dari segala kesibukan hidup
dan keributan manusia. Ia mencari Kebenaran tentang keberadaan Tuhan dan
merenungkan keboborokan perilaku sehari-hari masyarakat Arab saat itu. Demikian
kuatnya ia merenung mencari hakikat kebenaran itu, sehingga lupa ia akan
dirinya, lupa makan, lupa segala yang ada dalam hidup ini. Sebab, segala yang
dilihatnya dalam kehidupan manusia sekitarnya, bukanlah suatu kebenaran.
Ia merenung untuk mencari jawaban mengenai
perilaku masyarakat dalam masalah-masalah hidup. Apa yang disajikan sebagai
kurban-kurban untuk tuhan-tuhan mereka itu, bukanlah sesuatu yang dapat
dibenarkan menurut rasio dan nurani yang jernih. Berhala-berhala yang tidak
berguna, tidak menciptakan dan tidak pula mendatangkan rejeki, tak dapat
memberi perlindungan kepada siapapun yang ditimpa bahaya tidak selayaknya
dipuja dan disembah.Hubal, Lata dan ‘Uzza, dan semua patung-patung dan
berhala-berhala yang terpancang di dalam dan di sekitar Ka’bah, tak pernah
menciptakan seekor lalat sekalipun, atau akan mendatangkan suatu kebaikan bagi
Makkah. Ketika itulah ia percaya bahwa masyarakatnya telah tersesat, jauh dari
kebenaran.Keyakinan mereka terhadap keberadaan Tuhan telah rusak karena tunduk
kepada khayal berhala-berhala serta kepercayaan-kepercayaan semacamnya.
Kebenaran itu ialah Allah, Khalik seluruh alam, tak ada tuhan selain Dia.
Kebenaran itu ialah Allah Pemelihara semesta alam.Dialah Maha Rahman dan Maha
Rahim.
Kebenaran itu ialah bahwa manusia dinilai
berdasarkan perbuatannya."Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat atompun
akan dilihatNya.Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat atompun akan dilihatNya
pula."[1]Dan
bahwa surga itu benar adanya dan neraka juga benar adanya.Mereka yang menyembah
tuhan selain Allah mereka itulah menghuni neraka, tempat tinggal dan kediaman
yang paling durhaka. Tatkala ia sedang bertahanuth, ketika itulah datang
malaikat membawa sehelai lembaran seraya berkata kepadanya:
"Bacalah!" Dengan terkejut Muhammad menjawab: "Saya tak dapat
membaca". Ia merasa seolah malaikat itu mencekiknya, kemudian dilepaskan
lagi seraya katanya lagi: "Bacalah!" Masih dalam ketakutan akan
dicekik lagi Muhammad menjawab: "Apa yang akan saya baca."Seterusnya
malaikat itu berkata: "Bacalah! Dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan.
Menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah. Dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang
mengajarkan dengan Pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya
…" Lalu ia mengucapkan bacaan itu. Malaikatpun pergi, setelah kata-kata
itu terpateri dalam kalbunya.
Setelah menerima wahyu yang pertama itu maka
Muhammad menjadi seorang utusan (rasul), sehingga dia mempunyai kewajiban untuk
menyampaikan ajaran Allah SWT kepada umat manusia.Setelah menjadi rasul, maka
sifat-sifat mulia yang dimilikinya tdak hanya dimilikinya sendiri, namun dia
harus mengajarkan dan memberi teladan kepada umat manusia untuk berakhlak yang
mulia. Nabi Muhammad bersabda,artinya : “Diriwayatkan dari Abi Hurairah,
Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak).”[2]Artinya
: “Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu
semuanya.Kepada-Nyalah naik
perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya.”[3]Nabi
Muhammad mengajarkan bahwa kemuliaan manusia tidak diukur dari harta,
keturunan, suku, keindahan tubuh, kekuatan, maupun pangkat dan jabatannya dalam
masyarakat.
Namun kemuliaan manusia
terletak pada ketaatannya kepada Allah SWT dan kemuliaan akhlaknya, baik berupa
sikap, perkataan, maupun perbuatannya dalam kehidupan sehari-hari. Padahal
ketika itu masayarakat Arab sangat menonjolkan keturunan dan sukunya. Mereka
sering berselisih, bertengkar bahkan berperang agar sukunya menjadi yang paling
terhormat diantara yang lain. Mereka juga sangat membanggakan harta dan
kedudukan.Semakin banyak harta dan memiliki banyak budak, maka mereka merasa
menjadi mulia. Setelah menjadi rasul, Nabi Muhammad SAW memberikan ajaran yang
sangat mulia bahwa sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat dan dapat
bermanfaat bagi orang lain. Padahal perilaku masyarakat Quraisy saat itu
seringkali menyengsarakan orang lain,, mereka semena-mena terhadap orang-orang
miskin apalagi terhadap budak-budak mereka. Betapa beratnya tugas Nabi Muhammad
SAW untuk membina manusia agar berakhlak mulia ketika kondisi akhlaknya sudah
buruk. Namun semua itu dilakukan beliau dengan penuh kesabaran dan dengan cara
memberi teladan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...