Dalam agama Katolik Roma, aktivitas homoseksual
adalah sesuatu yang bertentangan dengan hukum alam dan penuh dosa, sementara
keinginan dan nafsu homoseksual adalah suatu kelainan (namun hal ini sendiri
belum sepenuhnya dosa). Gereja Katolik Roma menganggap perilaku seksual manusia
sebagai sesuatu yang suci, hampir penuh keilahian di dalam intisarinya, ketika
dilakukan secara benar. Kegiatan-kegiatan hubungan seksual anal dan homogenital
dianggap penuh dosa karena perilaku seksual pada dasarnya ditujukan untuk suatu
kesatuan dan penerusan keturunan (meniru kehidupan Trinitas pribadi Tuhan).
Gereja juga memahami kebutuhan saling melengkapi antara jenis kelamin yang
berbeda untuk menjadi bagian dalam rencana Allah. Tindakan-tindakan seksual
sama-jenis tidak sejalan dengan pola rancangan ini:
"Tindak-tanduk homoseksual bertentangan
dengan hukum alam. Tindakan-tindakan ini menutup unsur pemberian kehidupan
dalam perilaku seksual. Mereka tidak berasal dari sebuah tindakan saling
mengisi secara seksual dan secara penuh kesih sayang yang tulus. Di dalam
situasi apapun tindakan-tindakan ini tidak bisa disahkan."
Ajaran-ajaran ini tentu saja tidak terbatas
pada pembahasan masalah homoseksualitas, namun juga membeentuk dasar filosofi
bagi pelarangan Katolik terhadap, contohnya, seks bebas, semua bentuk perilaku
seks yang tidak alami, kontrasepsi, pornografi, hubungan seksual anal dan
masturbasi. Sebagian kecil imam Gereja Katolik Roma, termasuk beberapa pejabat
gereja seperti Uskup Jacques Gaillot dari Perancis, telah mengritik sikap
Gereja ini. Ketidak-puasan atas sikap Gereja ini disalurkan ke dalam sikap
penentangan langsung pada ajaran Katolik yang tak berubah mengenai seksualitas
manusia. Pada tanggal 15 Mei 2008, para uskup Katolik Roma di California
mengeluarkan sebuah pernyataan menjelaskan penentangan mereka terhadap Mahkamah
Agung Negara Bagian California di hari yang sama pada saat pengadilan tersebut
memperbolehkan secara resmi pernikahan antar sesama jenis.
Walaupun demikian, Kuria Romawi[2]
bersikukuh untuk tidak berkeinginan memikirkan kemungkinan perubahan terhadap
ajaran Gereja saat ini, dan menganggap bahwa pandangan-pandangan lainnya
merupakan sebuah penolakan terhadap pengertian gerejawi yang dapat diterima.
Sebaliknya, dalam sebuah surat resmi berjudul Rescriptum ex audientia
bertanggal 19 Mei 2008 yang dibuat oleh Kardinal Tarcisio Bertone, Kardinal
Menteri Luar Negeri, menegaskan ulang sekali lagi bahwa norma-norma yang telah
diletakkan oleh dokumen Kongregasi Pendidikan Katolik pada tahun 2005 adalah
bernilai universal dan tanpa pengecualian.
Seperti yang telah terjadi di dalam kebanyakan
denominasi Kristen, ajaran resmi Gereja mengenai homoseksualitas telah
ditentang oleh umat awam Katolik, para teolog penting dan imam terkemuka.
Seringkali siapa saja yang mempromosikan suatu bentuk penentangan atau
ketidaksetujuan terhadap pendirian Gereja yang telah terbentuk disingkirkan
dari posisi pentingnya jika seseorang itu telah ditahbiskan, dan bahkan, dalam
beberapa situasi, diekskomunikasikan. Secara umum terdapat cukup banyak
perdebatan di dalam Gereja Katolik Roma mengenai relevansi posisi Gereja saat
ini tentang homoseksualitas: beberapa pihak berusaha untuk merubahnya, beberapa
pihak yang lain berusaha untuk mempertahankannya.
Beberapa tokoh telah menentang posisi Gereja
ini atau telah memasyarakatkan pengertian yang berbeda mengenai keselarasan
iman Katolik Roma dengan gaya hidup atau identitas homoseksual. Tokoh-tokoh
teolog yang telah secara tajam mengkritisi pernyataan gereja mengenai
homoseksualitas antara lain Profesor Charles Curran, seorang mantan imam
Katolik Roma, yang sebagai akibatnya dicabut jabatan pengajarnya di Universitas
Katolik Amerika. Curran beranggapan bahwa adalah sesuatu hal yang tidak tepat
untuk menganalisa moralitas suatu tindakan dari sebuah cara pandang fisik. Ia
menulis:“ Saya telah menerima pengesahan moral atas persatuan antara dua
laki-laki gay atau dua perempuan lesbian ... Saya menolak pengertian gerejawi atas
sesuatu yang salah secara obyektif namun tidak berdosa secara subyektif”.
Di dalam tulisan A Question of Truth, seorang
imam Dominikan bernama Gareth Moore mengkritik Gereja atas obsesinya terhadap
hal-hal seksual dan 'arti' moralitas sebenarnya dari hal-hal tersebut. Ia
berargumen bahwa semua hal seksual tersebut sebenarnya bermakna apa saja yang
kita inginkan. Moore menyimpulkan bahwa: "... tidak ada argumen yang
bagus, baik dari Kitab Suci maupun dari hukum alam, yang menentang apa yang
telah dikenal sebagai hubungan homoseksual. Argumen-argumen yang diajukan untuk
menunjukkan bahwa hubungan semacam itu adalah tidak bermoral semuanya merupakan
argumen yang jelek".
Terdapat juga beberapa cendekiawan yang telah
menerbitkan tulisan yang menentang sikap bagaimana homoseksualitas diperlakukan
oleh agama Katolik Roma. Salah satu yang mungkin paling terkemuka adalah
Profesor John Boswell yang melalui bukunya Christianity, Social; Tolerance and
Homosexuality melancarkan argumen filosofis dan penelitian sejarah dalam
usahanya untuk membuktikan bahwa ajaran gereja mengenai homoseksualitas saat
ini adalah salah. Dalam lanjutan bukunya, Same Sex Unions in Pre-Modern Europe,
Boswell bahkan berargumen bahwa Yesus sendiri menghadiri sebuah perayaan
pernikahan pasangan sesama jenis.
Mayoritas luas para uskup belum mengutarakan
ketidaksetujuan apapun dengan ajaran Gereja mengenai homoseksualitas, dan
beberapa diantaranya telah memililki reputasi sebagai pihak yang membela
mati-matian ajaran Gereja tersebut. Dua tokoh utamanya adalah George Cardinal
Pell dan Francis Cardinal Arinze yang telah menekankan bahwa keluarga adalah
sebuah unit yang sedang "ditertawai oleh homoseksualitas" dan
"disabotase oleh persekutuan-persekutuan yang tidak lumrah".
Agama Kristen
sejatinya menolak secara tegas keberadaan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan
Transgender), hal ini terlihat jelas dalam kitab suci mereka khususnya Alkitab
Perjanjian Baru. Nabi Isa yang mereka sebut Yesus sangat membenci dosa
homoseksualitas, sama seperti dia membenci dosa-dosa yang lain.
Alkitab jelas
menyebutkan bahwa homoseksualitas adalah dosa dan kekejian di mata Allah. Karena
itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran,
sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka … kepada hawa nafsu yang
memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar
dengan yang tak wajar. Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang
wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang
terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan
laki-laki … (Roma 1:24-27).
Ayat lainnya
menyebutkan “Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh
dengan perempuan, karena itu suatu kekejian” (Imamat 18:22)
Bila seorang
laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi
keduanya melakukan suatu kekejian … (Imamat 20:13)
… sama seperti
Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan
percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung
siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang. Namun demikian
orang-orang yang bermimpi-mimpian ini juga mencemarkan tubuh mereka dan
menghina kekuasaan Allah serta menghujat semua yang mulia di sorga (Yudas 1:7-8)
Atau tidak
tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian
dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah,
banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak
akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (1 Korintus 6:9-10)
Kata “pemburit”
berasal dari teks asli Alkitab bahasa Yunani “arsenokoites” yang artinya
adalah “One who lies with a male as with a female, sodomite, homosexual.”
Tuhan tidak
pernah menciptakan seseorang dengan keinginan homoseks. homoseksualitas bukan
merupakan dalih untuk hidup dalam dosa dengan mengikuti keinginan dosa mereka. Tetapi
Alkitab tidak menggambarkan homoseksualitas sebagai dosa yang “lebih besar”
dibanding dosa-dosa lainnya. Semua dosa adalah kekejian dan tidak menyenangkan
Tuhan. Homoseksualitas hanyalah salah satu dari sekian banyak hal yang
dicantumkan dalam 1 Korintus 6:9-10 yang menghalangi seseorang dari Kerajaan
Allah.
Merujuk
pada beberapa ayat dalam Al-Kitab, maka dapat disimpulkan bahwa LGBT dalam
agama kristen juga merupakan perbuatan dosa dan pelakunya diancam dengan
hukuman yang berat.
[1]https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Katolik_Roma_dan_homoseksualitas (diakses 15, agustus 2017. Jam 9:20 )
[2]Kuria Roma adalah sebuah
perangkat administratif Tahta Suci dan pusat badan pemerintahan seluruh Gereja
Katolik Roma, bersama-sama dengan Sri Paus, yang mengkoordinasikan dan
menyediakan perangkat yang diperlukan untuk keberlangsungan fungsi Gereja
Katolik Roma dan pencapaian tujuan-tujuannya. (https://id.wikipedia.org/wiki/Kuria_Roma )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...