Adab-adab Tatkala Turun Hujan
Setelah mengikuti berbagai penjelasan ulama di atas tiba saatnya kami memaparkan beberapa adab yang dituntunkan tatkala hujan terjadi. Secara ringkas, akan kami sampaikan beberapa adab yang kami ringkas dari risalah ‘Shalatul Istisqa’ karya Syaikh Dr. Sa’id bin ‘Ali Al Qahthani dengan beberapa penambahan.
1. Takut dan khawatir terhadap siksa Allah
Ummul Mukminin ‘Aisyah radliallahu 'anha pernah berkata,
ما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم مستجمعا ضاحكا حتى أرى منه لهواته إنما آان يبتسم قالت وآان إذا رأى غيما أو ريحا
عرف ذلك في وجهه فقالت يا رسول الله أرى الناس إذا رأوا الغيم فرحوا رجاء أن يكون فيه المطر وأراك إذا رأيته عرفت في
وجهك الكراهية ؟ قالت فقال يا عائشة ما يؤمنني أن يكون فيه عذاب قد عذب قوم بالريح وقد رأى قوم العذاب فقالوا هذا عارض ممطرن
“Aku tidak pernah melihat rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga terlihat lidahnya, beliau hanya tersenyum. Apabila beliau melihat awan mendung dan mendengar angin kencang, maka wajah beliau akan segera berubah. ‘Aisyah berkata kepada rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Wahai rasulullah aku memperhatikan apabila manusia melihat awan mendung, maka mereka bergembira karena mengharap hujan akan turun. Namun, aku memperhatikan dirimu, jika mendung datang, kegelisahan nampak di wajahmu? ‘Aisyah berkata, “Maka rasulullah pun menjawab, “Wahai ‘Aisyah tidak ada yang dapat menjaminku, bahwa awan tersebut mengandung adzab. Sungguh suatu kaum telah diadzab dengan angina kencang sedangkan mereka mengatakan, “Inilah awan yang akan mengirimkan hujan kepada kami” (Al Ahqaaf: 24)” (HR. Muslim nomor 899).
An Nawawi rahimahullah mengatakan,
فيه الاستعداد بالمراقبة لله والالتجاء إليه عند اختلاف الأحوال وحدوث ما يخاف بسببه وآان خوفه صلى الله عليه وسلم أن يعاقبوا بعصيان العصاة وسروره لزوال سبب الخوف
“Dalam hadits ini terkandung anjuran untuk senantiasa merasa diawasi oleh Allah dan berlindung padaNya tatkala terjadi perubahan cuaca dan Nampak penyebab sesuatu yang ditakutkan. Rasa takut beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut karena khawatir umat beliau akan diadzab dengan sebab kemaksiatan yang dilakukan oleh para pelaku maksiat dan beliau akan kembali gembira ketika sebab yang menimbulkan ketakutan telah berlalu (dalam hal ini awan mendung dan angin kencangpent)” (Syarh Shahih Muslim 6/196).
2. Berdo’a ketika turun hujan
Apabila hujan turun maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berdo’a. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan ‘Aisyah radliallahu 'anha bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila melihat hujan, maka beliau berdo’a dengan lafadz,
اَللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
“Ya Allah, turunkanlah hujan yang baik dan bermanfaat” (HR. Bukhari nomor 1032).
Dalam al Umm (1/223‐224) imam Asy Syafi’i menyebutkan sebuah hadits mursal, bahwasanya rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اطْلُبُوا اسْتِجابَةَ الدُّعاءِ عِنْدَ التقاءِ الجُيُوشِ وَإقامَةِ الصَّلاةِ وَنُزُولِ الغَيْثِ
“Bergegaslah berdo’a di waktu yang mustajab, yaitu ketika bertemunya dua pasukan di medan pertempuran, shalat hendak dilaksanakan, dan turunnya hujan.”
Imam Ibnul Qayyim juga menyebutkan hal ini dalam kitabnya Zaadul Ma’ad (1/439).
3. Memperbanyak rasa syukur kepada Allah
Bumi yang semula tandus akan kembali subur ketika hujan membasahinya, hal ini merupakan salah satu nikmat Allah yang diturunkan kepada para hamba‐Nya dan patut disyukuri. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ( وَمَنْ آَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ ( ١٢
"Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Mahaterpuji" (Luqman: 12).
Imam An Nawawi dalam Al Adzkar (1/182) berkata,
ويستحب أن يشكر الله سبحانه وتعالى على هذه النعمة ، أعني نزولالمطر.
“Dianjurkan untuk bersyukur kepada Allah atas curahan nikmat ini, yaitu nikmat diturunkannya hujan.”
4. Mengguyur sebagian badan dengan air hujan
Dari Anas radliallahu ‘anhu, dia berkata,
أصابنا ونحن مع رسول الله صلّى الله عليه وسلّم مطر، قال: فحسر رسول الله صلّى الله عليه وسلّم ثوبه حتى أصابه من المطر، فقلنا يا رسول الله لم صنعت هذا؟ قال: ”لأنه حديث عهد بربه
“Hujan mengguyur kami beserta rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kemudian rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyingkap sebagian bajunya sehingga hujan membasahi sebagian tubuhnya. Kami bertanya kepada beliau, “Wahai rasulullah, mengapa engkau lakukan hal itu? Beliau menjawab, “Aku melakukannya karena hujan tersebut adalah rahmat yang baru saja diciptakan oleh Allah” (HR. Muslim nomor 898).
An Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim 6/196 mengatakan,
معنى حديث عهد بربه أي بتكوين ربه اياه ومعناه أن المطر رحمة وهي قريبة العهد بخلق الله تعالى لها فيتبرك بها وفي هذا
الحديث دليل لقول أصحابنا أنه يستحب عند أول المطر أن يكشف غير عورته ليناله
“Makna dari ucapan beliau ‘ حديث عهد بربه ’ adalah hujan ini semata-mata dibentuk oleh Rabbnya, maksudnya adalah hujan tersebut adalah rahmat yang baru saja diciptakan Allah ta’ala, maka beliau bertabarruk dengannya. Hadits ini merupakan dalil bagi pendapat rekanrekan kami (para ulama bermazhab Syafii, ed) yang menyatakan bahwa dianjurkan menyingkap bagian tubuh selain aurat ketika permulaan hujan agar hujan mengguyur tubuhnya.”
Muhammad bin Abu Bakr Az Zur’i juga menyebutkan hal yang senada dalam kitabnya Zaadul Ma’ad fii Hadyi Khairil ‘Ibad (1/439).
5. Berdzikir setelah turunnya hujan
Hal ini berdasarkan kandungan yang tersirat dalam hadits Zaid bin Khalid Al Jahni radliallahu 'anhu , beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ
“Hujan diturunkan kepada kami dengan karunia dan rahmatNya” (HR. Bukhari nomor 1038, Muslim nomor 71).
6. Berdo’a agar cuaca dicerahkan kembali
Apabila hujan turun dengan derasnya, maka kita dianjurkan untuk berdo’a kepada Allah agar cuaca dicerahkan kembali, sebagaimana hadits Anas, dimana Rasulullah berdo’a dengan lafadz,
اَللَّهُمَّ حَوَالِيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا، اَللَّهُمَّ عَلَى اْلآآَامِ، وَالجِْبَالِ، وَاْلظَرَابِ، وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
“Ya Allah turunkanlah hujan di daerah sekitar kami, bukan di daerah kami. Turunkanlah hujan di perbukitan, pegunungan, di lembah-lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan” (HR. Bukhari nomor 933, Muslim nomor 897).
7. Berdo’a ketika mendengar petir
Dari Abdullah ibnu ‘Umar radliallahu ‘anhuma, bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mendengar suara petir, maka beliau berujar,
اَللَّهُمَّ لاَ تَقْتُلْنَا بِغَضَبِكَ، وَلاَ تُهْلِكُنَا بَعَذَابِكَ، وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ
“Ya Allah, janganlah Engkau hancurkan kami dengan kemarahanMu dan janganlah Engkau binasakan kami dengan adzabMu, selamatkanlah diri kami sebelum hal tersebut terjadi” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad nomor 721, Tirmidzi nomor 3450, Hakim 4/286, beliau mengatakan, “Shahihul Isnad dan keduanya (Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya) dan hal ini disetujui oleh Adz Dzahabi”. Syaikh Abdul Qadir Al Arnauth dalam takhrij beliau terhadap Al Adzkar hal. 262 mengatakan isnad hadits ini lemah, namun memiliki syahid yang dapat menguatkannya. Al Albani melemahkan hadits ini dalam Adl Dla’ifah nomor 1042).
Dari Abdullah ibnuz Zubair radliallahu ‘anhu dengan status mauquf, bahwasanya beliau tatkala mendengar petir berdo’a dengan do’a berikut,
سُبْحَانَ الَّذِي يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمُدِهِ، وَاْلمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ
“Mahasuci Allah, dimana petir bertasbih dengan memujiNya, dan juga malaikat karena takut akan kemarahanNya” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad nomor 723; Malik nomor 1801; Ibnu Abi Syaibah nomor 29214, 29216 dengan sanad yang shahih).
Demikan yang dapat kami sampaikan pada kesempatan ini. Semoga pembahasan ini bermanfaat bagi kita semua, sehingga kita mampu melewati musim penghujan ini dengan meraup pahala. Pustaka al BAyat www.wahonot.wordpress.com
و صلى الله على محمد و على آله و صحبه و من تبعهم إلى يوم الدين.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...