Oleh:
AM Bambang Prawiro
Menulis
disertasi adalah sebuah tanggung jawab ilmiah bagi mahasiswa program S3, ia
menjadi tolok ukur bagi kualitas akademiknya. Tentu saja penulisan ini diawali
dengan penelitian sebagaimana penulisan ilmiah lainnya. Terkadang cerita di
balik penulisan dan riset disertasi lebih menarik daripada disertasi itu
sendiri. Jika penulisan disertasi terpenjara oleh berbagai aturan akademik maka
penulisan cerita di balik penulisannya lebih bebas dan mewakili ekspresi
penulisnya. Cerita berkisar perjuangan melakukan penelitian, penulisan
disertasi hingga ujian akhir.
Disertasi saya
yang mengambil tema komunitas adat juga membawa cerita tersendiri dan
betul-betul saya nikmati. Hingga cerita di balik penulisannya lebih berkesan
bagi saya dari pada isi disertasi itu sendiri. Maklum saja disertasi saya
berbasis data di lapangan sehingga mau tidak mau harus turun lapangan dan
bertemu dengan berbagai tipe masyarakat yang menjadi obyek penelitian. Meneliti
tindakan manusia sangat menarik, mengenal mereka lebih dekat hingga rasa
simpati kepada kelebihan mereka yang terkadang menjadi sikap kagum berlebihan. Alasan
apapun tidak bisa ditutupi bahwa ketika meneliti di masyarakat kita akan
menemukan orang-orang yang jahat dan tidak mendukung penelitian kita namun ada
juga orang-orang baik dan super baik yang membantu seluruh penelitian kita.
Satu di antara
orang-orang baik yang membantu penelitian saya adalah dari tempat penelitian
saya. Sebagai petugas guide, ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Menemai saya setiap turun lapangan, memberikan informasi yang saya butuhkan dan
lebih dari itu ia telah memberikan satu inspirasi hidup yang selama ini saya
cari. Ketertarikan saya kepada komunitas adat semakin sempurna ditambah kehadirannya.
Kedekatan kami dalam setiap pelaksanaan penelitian menumbuhkan rasa simpati
yang berlebihan padanya, hingga merasa dia adalah saudara dekat saya. Kata-kata
yang keluar darinya begitu menyihir perasaan, hingga rasa untuk mendengarkan
cerita-cerita dan ucapan-ucapannya selalu saya nantikan. Perawakannya yang buntek
memberikan nilai tersendiri bagi saya. Nada suaranya khas, betul-betul
memberikan pencerahan lahir batin buat saya. Orangnya juga supel dan mudah
bergaul, suka bercanda dan tidak senang jika disanjung-sanjung.
Namun rasa
simpati saya kepadanya dihadapkan pada aturan adat yang tidak bisa ditembus,
bahkan memisahkan kami berdua. Larangan menceritakan semua hal yang berkaitan
dengan obyek penelitian, hingga aturan yang membatasi penelitian saya. Selain
itu ketaatan yang berlebihan terhadap pimpinan menjadi sebab lainnya.
Sebenarnya bukan berarti terputus tetapi di akhir penelitian, ia membeberkan
tentang aturan adat yang berlaku bagi peneliti, tidak boleh satu tahun, tidak
boleh mengikuti ritual lagi hingga kewajiban izin apabila kembali ke obyek
penelitian. Yang lebih menyakitkan lagi adalah sikapnya yang berubah 180
derajat. Benar-benar berbeda dengan pertama kali saya mengenalnya. Mungkin dia
kecewa karena dulu saya pernah bercerita akan melihat acara dari luar kampung.
Ia betul-betul marah dan menganggap saya kurang ajar dan melanggar adat hingga
akhirnya hubungan kami agak renggang.
Selanjutnya
hubungan kami semakin hambar karena lebih banyak salah paham dan sms-sms yang
dikirim hanya bersifat formal dan tidak ada lagi kedekatan secara batin. Saya
sendiri merasa kecewa karena selama ini sikapnya hanya sebatas pelayanan
penelitian. Padahal saya sendiri menganggap dia adalah orang dekat saya yang
bisa diajak berbagi tentang berbagai hal, terutama obyek penelitian saya.
Mendekati akhir
penelitian saya, hubungan itu sudah sulit untuk kembali dibangun, sikap acuhnya
benar-benar membuat saya tidak habis pikir. Mungkin dia kecewa dengan saya yang
terlalu merasa diri bagian dari mereka, padahal mereka sendiri menganggap saya
adalah tamu yang terkadang merepotkan mereka karena banyak bertanya tentang
berbagai hal. Saya sendiri juga tidak habis pikir sikapnya yang dulu ramah,
baik, suka bercanda, dan menganggap saya adiknya kini telah berubah, lagi-lagi
dia beralasan adat tidak membolehkannya. Ah… adat, seperti roman klasik saja,
harus terpisah hanya karena adat….
Romantika
meneliti pada komunitas adat memang gampang-gampang susah, memerlukan tekhnik
sendiri agar bisa mengorek informasi dari mereka. walaupun niat kita baik belum
tentu oleh mereka disetujui karena standard baik kita berbeda dengan mereka.
intinya adalah disertasi yang saya tulis betul-betul meresap dalam jiwa saya
hingga membawa emosi dan perasaan saya masuk ke dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...