Oleh:
Aisyah As-Salafiyah
Hari ini aku lagi kesel banget sama ibu, gara-gara anak yatim tetangga
sebelah yang selalu mendapatkan perhatian lebih dari ibu. Memang sejak tetangga
sebelah itu pindah, perhatian ibu pada aku mulai berkurang, beliau lebih
memperhatikan anak kecil yang yatim itu dari pada aku. Padahal anak kecil itu
jelek banget, udah kulitnya item banget karena sering main layangan di
lapangan, badannya juga kotor karena jarang mandi ditambah lagi ucapannya yang
sering berbicara kasar dan jorok. Jadi tambah sebel deh…
Pagi tadi waktu aku mau berangkat sekolah, anak kecil itu datang lagi ke
rumah, seperti biasa sama ibu dikasih kue dan makanan kecil. “Untuk bekal di
sekolah” begitu kata ibu pada anak kecil itu. Setelah mengambil kue dan makanan
kecil itu anak itu langsung lari tanpa mengucapkan terima kasih. Melihat
peristiwa itu aku jadi tambah jengkel saja sama anak kecil itu, “Awas ya nanti,
saya jitak baru tahu rasa” pikirku dalam hati.
Waktu saya bilang sama ibu, kenapa sih pilih kasih banget sama anak kecil
itu ibu menjawab “Dia itu anak yatim, kita harus menyayangi anak yatim”. “Anak
yatim sih anak yatim, tapi kalau anak itu bener-bener bandel banget” saya jadi
tambah kesal kalau melihatnya. Beberapa hari yang lalu sewaktu dia bermain di
rumah merusak mainan kesayanganku, sewaktu ditanya kenapa merusaknya dia malah
tidak mengaku dan langsung menangis. Aku malah jadi yang kena sasaran sama ibu,
“Kamu khan sudah besar jadi harus menyayangi yang kecil” begitu ibu menasehatiku.
“Ah… bener-bener kesel jadinya sama anak kecil itu”
Semoga saja hari ini anak kecil itu tidak main lagi ke rumahku, sehingga
kau bisa bebas bermain sendiri, membuka note book ayah, menonton film atau
mendengarkan lagu kesayangan. Ternyata doaku dikabulkan, sejak pulang sekolah
tadi aku tidak melihat anak kecil itu, ibu sendiri sempat bertanya kepadaku
apakah melihatnya di sekolah tadi. “Aku tidak melihatnya bu di sekolah tadi”
jawabku. Memang biasanya setelah pulang sekolah anak itu akan datang ke rumah
untuk bermain atau sekadar setor muka agar diberi kue atau makanan kecil dari
ibu, namun hari ini ia tidak kelihatan batang hidungnya. “Ke mana ya anak itu?”
gumam ibu penasaran. Akhirnya ibu memutuskan untuk mendatangi rumah anak itu,
aku sendiri tetap berada di rumah untuk beristirahat dan bermain note book.
Baru beberapa lama berselang, tiba-tiba terdengar suara ibu mengetuk
pintu, “Assalamualaikum”, “Waalaikum salam” aku segera membuka pintu dan terlihat
ibu tergopoh-gopoh. “Aisyah, rupanya Si Samin masuk rumah sakit, ayo kita
menjenguk ke sana” ibu segera berkemas untuk menuju rumah sakit. Aku sendiri
menemani karena tidak ada orang lain di rumah. Kebetulan rumah sakit itu
jaraknya tidak jauh sehingga hanya hitungan beberapa menit kami sudah sampai. Setelah
bertanya kepada petugas di meja depan, kami segera menuju ruang 29B. Suasana di
rumah sakit ini sangat tidak nyaman, bau obat-obatan sangat menyengat sehingga
membuat aku sedikit mual dan harus memakai masker. Sesampai di ruang 29 B kami
segera masuk dan ternyata di sana terkapar sesosok tubuh yang terlihat lemah
dengan selang infuse menggantung di sebelah kanannya. “Apa yang terjadi dengan
si Samin” tanya ibu kepada perempuan tua yang duduk di samping anak kecil yang
terbaring itu. “Maap Bu, tadi jadi merepotkan, tadi Samin berangkat sekolah
terus di tengah jalan bertemu dengan seorang temannya yang sedang dipalak oleh
seorang anak kampung, akhirnya Samin membelanya dan terjadi perkelahian. Tapi,
Samin kalah dan didorong ke jalan raya. Tiba-tiba dari arah barat ada sepeda
motor yang lewat dan Samin tertabrak” perempuan tua itu tidak kuasa menahan air
matanya, ia terisak dan tidak bisa melanjutkan ceritanya. “ya sudah, bersabar
saja memang ini sudah menjadi takdirNya” ibu mendekati wanita tua itu, lalu
menuju anak kecil yang tampak lemah dan mengusap keningnya.
“Tidak sangka anak kecil ini berhati baik juga” pikirku dalam hati. Aku
jadi menyesal kenapa saya membencinya, padahal dia suka menolong orang lain.
Sementara aku justru malah seiring merepotkan orang lain. Mudah-mudahan ke
depan aku bisa seperti anak kecil ini bisa menolong orang lain walaupun harus
mengalami kecelakaan. Kami sempat berbincang-bincang dengan seorang petugas
yang memeriksa anak kecil itu, “Tidak apa-apa bu, hanya luka di bagian pelipis
saja” begitu begitu katanya. Aku melihat ibu berbisik ke telinga anak kecil
itu, mungkin membacakan sesuatu. Aku sendiri tidak bisa mendengarnya, hanya
ucapan ibu kepada perempuan tua itu yang terdengar, “Ibu tenang saja, insya
Allah biaya rumah sakit ana biar saya yang bayar” ibu meraih tangan perempuan
tua itu. Terlihat matanya berkaca-kaca, tidak ada kata yang terucap hanya
isakan yang kian keras terdengar. Keduanya berpelukan beberapa saat, ibu
memberikan beberapa lembar uang ratusan ribu dan segera berpamitan.
Aku dan ibu menyusuri serambi rumah sakit, membayar administrasi rumah
sakit, menebus obat dan segera kembali ke rumah. Sepanjang perjalanan saya
berfikir, baik sekali hati ibuku sehingga mau membantu keluarga anak kecil itu
yang terkena musibah. Semoga saja aku bisa mencontoh tindakan beliau yang mulia
itu. Benar juga apa yang dikatakan pak Ustadz dulu bahwa kalau kita membantu
orang lain insya Allah kita akan disayang oleh Tuhan dan juga suatu saat aka
nada orang lain yang menolong kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...