Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada sahabat Mu'adz
ibnu Jabal, "Maukah kuberitahukan padamu pokok amal, tiang, serta
puncaknya?" Mu'adz menjawab, "Mau, ya Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam." Beliau bersabda, "Pokok amal adalah Islam dan
tiang-tiangnya adalah sholat, dan puncaknya adalah jihad." (HR Tirmidzi)
Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, ketahuilah bahwa persiapan
yang paling besar bagi orang-orang yang beriman dalam rangka membangun kekuatan
atas musuh-musuhnya ialah hendaknya berhubungan dengan Allah melalui tauhid,
kecintaan, pengharapan, takut, dan senantiasa kembali padanya, serta khusyu'
dan tawakkal. Selalu berada di sisi-Nya dan mencukupkan dari selain-Nya. Allah
berfirman, "Orang-orang kafir berkata kepada rasul-rasul mereka: Kami
sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada
agama kami. Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: Kami pasti akan membinasakan
orang-orang yang zholim itu dan Kami pasti akan menempatkan kamu di
negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu adalah untuk orang-orang
yang takut akan menghadap kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku."
(QS Ibrohim: 13-14). Mereka adalah para ahli tauhid yang murni yang Allah telah
menjanjikan atas mereka kemenangan, keamanan, dan khilafah. Allah berfirman,
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang
sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridhoi-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar keadaan
mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa, mereka
tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan
Aku." (QS An Nuur: 55). Apakah kita kaum muslimin telah benar-benar
memperhatikan syarat yang agung ini: "... menyembah-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku"? Inilah yang mesti diketahui
dan ditegakkan oleh orang-orang yang mempunyai kedua penglihatan.
Tatkala sekelompok kaum mu'minin dari para sahabat Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam keluar menuju perang Hunain di mana sebagiannya mereka baru
masuk Islam. Ketika sampai di sebuah pohon yang disebut Dzaatu Anwaath, mereka
melihat kaum musyrikin menggantungkan senjata-senjatanya pada pohon itu dalam
rangka meminta berkah. Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, buatkanlah untuk
kami Dzaatu Anwaath seperti halnya mereka." Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam menjawab, "Allahu Akbar!", dalam riwayat lain,
"Subhanallah! Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh kalian
telah mengatakan seperti perkataan kaum Musa padanya (Musa 'alaihis salam):
Buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala), sebagaimana mereka mempunyai
beberapa tuhan (berhala)." (QS Al A'raaf: 138), (HR Ahmad).
Perhatikanlah hadits ini dimana keislaman mereka yang masih baru tidak
menghalangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengingkarinya dari satu
kalimat yang akan menjerumuskan kepada kesyirikan. Jumlah mereka yang banyak,
rapi siap untuk bertempur memerangi orang-orang kafir tidak menghalangi Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mencegah / meluruskan kesalahan mereka yang
sifatnya aqidah. Jadi sama sekali tidak boleh mengesampingkan haq Allah untuk
diibadahi dengan tauhid karena ini syarat yang paling agung. Jika tidak maka
akan lenyaplah jihad itu.
Semoga para pembaca masih ingat, bagaimana kaum muslimin mendapatkan
kemenangan yang gemilang atas kaum Tartar setelah mereka memperbaiki aqidahnya
dan membuktikan tauhidnya kepada Allah 'azza wa jalla. Berkata Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah, "Dan ketika kaum muslimin mulai memperbaiki
urusan-urusannya, benar dalam beristighotsah kepada Rabbnya, maka mereka
mendapatkan kemenangan atas musuh-musuhnya dengan kemenangan yang mulia.
Sebaliknya, kaum Tartar mengalami kekalahan dengan kekalahan yang tak pernah
mereka alami sebelumnya. Ketika pembuktian tauhid yang benar kepada Allah dan
taat kepada Rasul-Nya, sesungguhnya Allah akan menolong Rasul-Nya dan
orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari didatangkannya
saksi-saksi." Ini menunjukkan bahwa pertolongan dan kemenangan di muka
bumi tidak akan dapat diraih kecuali setelah menancapkan agama yang benar di
dalam jiwa. Dan Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku beserta kamu.
Sesungguhnya jika kamu mendirikan sholat dan menunaikan zakat serta beriman
kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik." (QS Al Maidah: 12). Dan Allah juga berfirman,
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaannya yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya
dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS Ar Ra'd:
11).
Alangkah baiknya wasiatn Umar ibnu Abdil Aziz, sebagaimana diriwayatkan
oleh Al Imam Abu Nu'aim dalam Al Hilyah (5/303) dari jalan Ibnul Mubarok dari
Maslamah ibnu Abi Bakroh dari seorang laki-laki dari Quraisy, bahwa Umar ibnu
Abdil Aziz berwasiat kepada sebagian pekerjanya, "Hendaklah engkau
bertaqwa kepada Allah di tempat mana saja Engkau berada. Sesungguhnya taqwa
kepada Allah adalah persiapan yang paling baik, makar yang paling sempurna, dan
kekuatan yang paling dahsyat. Dan janganlah karena kebencian musuhmu kepadamu
menjadikanmu dan orang-orang yang bersamamu menjadi lebih perhatian padanya
daripada maksiat-maksiat kepada Allah. Sesungguhnya yang paling Aku takutkan
atas manusia adalah dosa-dosanya daripada makar-makar musuhnya. Karena kita
membenci musuh-musuh dan menang atas mereka disebabkan karena
kemaksiatan-kemaksiatan mereka, jika bukan karena itu kita tak punya kekuatan
karena jumlah mereka tak seperti jumlah kita, kekuatan mereka tak seperti
kekuatan kita. Jika kita tidak dimenangkan atas mereka karena kebencian kita,
kita takkan dapat mengalahkan mereka dengan kekuatan kita.
Janganlah karena permusuhan seseorang dari manusia menjadikan kalian
lebih perhatian padanya daripada dosa-dosa kalian. Ketahuilah bahwa bersama
kalian para malaikat Allah yang menjaga kalian, mengetahui apa yang kalian
lakukan di rumah-rumah dan di perjalanan kalian, maka malulah dari mereka,
perbaikilah kebersamaan kalian dengan mereka, janganlah kalian sakiti mereka
dengan maksiat-maksiat kepada Allah sedang kalian mengira bahwa kalian fi
sabilillah.
Janganlah kalian katakan bahwa musuh-musuh kita lebih jelek keadaannya
daripada kita dan mereka takkan pernah menang atas kita sekalipun kita banyak
dosa. Berapa banyak kaum yang dihinakan dengan sesuatu yang lebih jelek dari
musuh-musuhnya karena dosa-dosanya. Mintalah kalian pertolongan kepada Allah
atas diri-diri kalian, sebagaimana kalian minta pertolongan pada-Nya atas
musuh-musuh kalian. Kita memohon yang demikian untuk kita dan kalian..."
Demikianlah sebagian dari wasiatnya Umar ibnu Abdil Aziz yang memacu kita
kaum muslimin untuk senantiasa bermuhasabah atas diri-diri kita. Dan di akhir
tulisan ini penulis ingin mengingatkan kembali bahwa Allah subhanahu wa ta'ala
menggantungkan pertolongan-Nya atas taqwa, sabar, dan perbaikan hubungan
dengan-Nya melalui tauhid. Allah berfirman, "Jika kamu bersabar dan
bertaqwa niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudhorotan
kepadamu." (QS Ali Imron: 120).
"Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertaqwa dan mereka datang
menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan
lima ribu malaikat yang memakai tanda." (QS Ali Imron: 125). "Jika
kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan
yang patut diutamakan." (QS Ali Imron: 186). Walhamdu lillahi rabbil
'alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...