Oleh:
Abdurrahman MBP, MEI
بسم
الله الرحمن الرحيم
إن الحمد لله، نحمده،
ونستعينه، ونستغفره. ونعوذ بالله من شرور أنفسنا، ومن سيئات أعمالنا. من يهده الله
فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، و أشهد أن محمدا عبده ورسوله.
{يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم
مسلمون}،
{يا أيها
الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها
وبث منهما رجالا كثيرا ونساء واتقوا الله الذي تساءلون به والأرحام إن الله كان
عليكم رقيبا}، {يا
أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم
ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما}….أما بعد، فإن أصدقَ الحديث كتابُ الله، وخيرَ الهدي هدي محمد صَلَّى اللَّه
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .
Syukur kepada Allah ta’ala adalah sebuah keniscayaan, ia menjadi
prasyarat bagi bertambahnya kuantitas dan kualitas kenikmatan seseorang.
Allah Subhanahu wa ta’ala telah berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ
لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌۭ
Dan (ingatlah
juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". QS. Ibrahim: 7.
Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan berkata:
أي: لئن شكرتم نعمتي (5)
عليكم لأزيدنكم منها
… yaitu apabila
kalian mensyukuri seluruh nikmat yang datang dariKu, maka Aku akan menambahkan
nikmat tersebut.(Abu al-Fida bin Katsir)
Allah Jalla wa ‘Ala menjamin mereka yang bersyukur akan
ditambahkan nikmatnya, sebaliknya bagi yang kufur maka akan mendapatkan balasan
yang setimpal. Motivasi bersyukur ini difirmanka karena fenomena yang terjadi pada
kebanyakan manusia adalah tidak bersyukur. Sebagaimana firmanNya:
إِنَّ ٱللَّهَ لَذُو فَضْلٍ
عَلَى ٱلنَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ
Sesungguhnya
Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak
bersyukur. QS. Al-Baqarah: 243.
Mudah-mudahan Allah ta’ala memberikan hidayahNya sehingga kita termasuk
orang-orang yang bisa mensyukuri seluruh nikmatNya. Karena begitu banyaknya
nikmat Allah ta’ala, hingga kita tak mungkin bisa untuk menghitungnya:
وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ
لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ
Dan jika kamu
menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. An-Nahl:
18.
Selanjutnya Khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan kepada
seluruh jamaah shalat Jum’at rahimakumullah
dengan wasiat takwa. Takwa yang berarti mengoptimalkan seluruh nikmat yang
ada untuk meraih keridhaan dan surgaNya. Ketakwaan yang akan menjadikan setiap
manusia mulia hingga derajatnya adalah sebaik-baik makhlukNya di semesta raya.
Hadirin Jama’ah
Shalat Jum’at Rohimakummulloh, Mudah-mudahan rahmat Allah senantiasa
tercurah kepada kita semua…
Sejenak marilah kita bernostalgia ke suatu masa di mana cahaya wahyu
mulai menyinari cakrawala. Masa ketika Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi
Wassalam memulai dakwah mengajak kepada penyembahan kepada Allah Subhanahu
wa ta’ala semata dan menjauhi segala bentuk sesembahan lainnya. Inilah
tugas para rasul yang mulia:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ
أُمَّةٍۢ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ
Dan sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu".QS.
An-Nahl: 36.
Sejak perintah untuk berdakwah secara terang-terangan diterima, beliau
segera bangkit dan memberikan peringatan kepada seluruh kamu kerabatnya,
kabilah-kabilah di Hijaz dan manusia pada umumnya. Selanjutnya dakwah Islam
menyebar ke seluruh penjuru dunia, ia melewati pada gersang sahara, menerobos
belantara asia, memasuki setiap jengkal tanah Afrika hingga menginjakkan
pengaruhnya di Eropa dan Amerika.
Hal yang paling menakjubkan dari dakwah Islam adalah penyebarannya yang
dilakukan, ia bukan gerakan dari istana ke istana, atau dengan hunusan pedang
dan penjajahan. Islam disebarkan dari pasar ke pasar oleh para usahawan,
keimanan yang mendalam telah menjadikan para usahawan muslim menjadikan pasar
tidak hanya untuk memasarkan komoditi barang dagangan, melainkan menjadikan
pasar sebagai arena amal ajaran niaga Islam. Pasar telah menjadi satu media
bagi penyebaran Islam, ia bukan hanya tempat pertukaran barang dagangan, namun
pertukaran bahasa, ekonomi, politik, ideologi, sosial, budaya, ketahanan,
pertahanan dan konversi agama. (AM. Suryanegara: 27).
Pasar dalam Islam adalah medan niaga dan dakwah, berawal dari pasar
dibangunlah masjid, dari masjid dibinalah generasi muda melalui lembaga
pendidikan. Lembaga pendidikan inilah yang telah memunculkan kekuasaan politik
Islam dan kesultanan yang selanjutnya menyebarkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh
alam. Pujian bagi para pelaku pasar disebutkan oleh Nabi Shalallahu Alaihi
Wassalam dalam sabdanya:
التَّاجِرُ الصَّدُوقُ
الْأَمِينُ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَا
Pedagang yang
jujur dan amanah kelak di hari kiamat bersama-sama para nabi, shiddiqin
dan para syuhada. HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah.
Para pedagang dan usahawan adalah para pelaku pasar yang memiliki derajat
yang tinggi apabila ia berniaga sesuai dengan petunjuk Ilahi. Maka sudah
selayaknya pasar itu harus diisi dengan para pedagang yang memahami ekonomi
Islami. Umar bin Khattab telah membuat peraturan tentang hal tersebut dalam
ucapannya:
لَا يَتَّجِرْ فِي سُوقِنَا
إلَّا مَنْ فَقِهَ او أَكْلَ الرِّبَا
“Jangan ada yang
berdagang di pasar kami kecuali orang yang Faqih (faham hukum), kalau tidak
maka dia akan makan riba”. Pemahaman terhadap hukum-hukum perdagangan (bisnis)
haruslah menjadi pondasi dasar bagi sebuah pasar. Pedagang yang memahami
ekonomi Islam secara benar maka akan mengetahui hakikat dari perdagangannya tersebut,
ia paham bahwa perdagangannya untuk mendapatkan keuntungan di dunia dan
akhirat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...