Oleh: Abd Misno
Ramadhan tinggal beberapa hari lagi ke depan, sebagian kaum
muslimin telah larut ke dalam ibadah khas di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan
ini. Sebagian lainnya mulai sibuk dengan persiapan hari rayanya; berbelanja,
membuat beraneka makanan dan pulang kampung bagi yang merantau ke berbagai kota
di seantero Indonesia. Sementara sebagian lainnya masih tenggelam dalam
kesibukan hariannya, bekerja, berdagang dan aktifitas harian yang biasa
dilakukan di luar dan hingga di hari-hari akhir Ramadhan. Fenomena hari-hari
akhir Ramadhan memang disikapi dengan berbagai pandangan oleh berbagai kelompok
umat Islam.
Mereka yang melaksanakan ibadah khas di akhir bulan yaitu i’tikaf
adalah orang-orang yang berusaha untuk menjalankan syariah Islam dengan
istiqamah. Kebangkitan Islam dan semangat umatnya untuk kembali kepada Islam
memang sangat kelihatan khususnya di perkotaan dan anggota dari pergerakan
Islam. I’tikaf menjadi ibadah tahunan yang mengalami banyak perkembangan, dari
mulai dilakukan secara sendiri-sendiri hingga dibuat program khusus dengan
panitia yang menyiapkan segala sesuatunya. Program ini yang yang gratis namun
ada juga yang berbayar, untuk sekadar makan dan minuman selama ber’itikaf. Sebagai
ibadah yang memerlukan persiapan khusus karena harus berdiam diri di masjid dan
tidak boleh keluar hingga pagi hari raya, maka i’tikaf dilakukan oleh mereka
yang tidak banyak kegiatan di luar atau yang sejak awal sudah mempersiapkan
dirinya.
I’tikaf sangat dianjurkan dalam Islam, Nabi Muhammad Shalallahu
Alaihi Wassalam juga melaksanakan ibadah ini dan dilanjutkan pula oleh
istri-istrinya setelah beliau wafat. Ibadah ini juga dilakukan oleh para
shahabat dan umat Islam setelahnya. Salah satu dari tujuan utama dari I’tikaf
adalah mengisi hari-hari akhir bulan Ramadhan guna memperoleh lailatul qadar
yang ibadah di dalamnya lebih baik dari seribu bulan. Selain itu tentu saja
menjadi satu ibadah yang melatih pelakunya untuk semakin dekat kepada Allah Ta’ala,
sehinga diharapkan energi I’tikaf ini akan dilanjutkan di masa-masa berikutnya.
Hari-hari akhi Ramadhan juga diwarnai dengan meningkatnya konsumsi
umat Islam, membeli pakaian untuk lebaran, membuat beraneka makanan hingga
mempersiapkan diri untuk pulang kampung (mudik) guna bertemu dengan kerabat dan
keluarganya. Tradisi ini hukumnya mubah saja, karena bergembira di hari raya
juga hal yang dibolehkan dalam syariah, demikian pula membuat beranekaragam
makanan. Mudik untuk bertemu dengan keluarga khususnya orang tua menjadi hal
yang wajib dalam konteks berbuat baik kepada kedua orang tua, serta menyambung
silaturahmi dengan kerabat dan keluarga. Hal yang tidak tepat adalah ketika
berlebih-lebihan dalam menyiapkan ahri raya, membeli pakaian secara berlebihan,
demikian pula menyiapkan makanan dan minuman yang berlebihan. Lebih dari itu
adalah jika dalam menyiapkan hal yang mubah ini ternyata melalaikan dari
kewajiban agama atau melalaikan berbagai syariah yang ada di akhir bulan mulia.
Sehinga boleh membeli pakaian baru, membuat makanan dan minuman serta pulang
kampung untuk bertemu dengan keluarga, namun tidak boleh melalaikan dari
kewajiban agama, serta hal-hal yang disyariahkan lainnya.
Ada sebagian umat Islam yang ketika berada di akhir-akhir Ramadhan namun
acuh tak acuh dengannnya. Ia masih sibuk dengan urusan dunianya hingga terlupa
akan keutamaan (fadhilah) hari-hari akhir Ramadhan dan malam lailatul qadar. Mungkin
ia tak paham dengan agama dan berbagai syariahNya, tidak mengetahui akan Ramadhan
sebagai bulan mulia serta banyak keutamaan di dalamnya. Bagi mereka yang
keadaannya seperti ini maka hendaknya kembali belajar agama dan kita yang telah
mengetahui untuk mengajaknya mengisi bulan mulia. Bila ada yang acuh tak acuh
karena memang kesibukannya, maka mengingatkannya dengan baik adalah cara utama,
mungkin hatinya belum terbuka untuk menerima Islam sebagai pedoman hidupnya. Mungkin
hidayah belum sampai kepadanya, atau mungkin memang dia sedang terlena dengan
hawa dunianya. Maka mengingatkan mereka akan keutamaan Ramadhan dan hari-hari
akhirnya harus terus dilakukan, karena inilah tugas kita bersama.
Umat Islam memang berbeda-beda dalam menyikapi hari-hari akhir
Ramadhan, setiap mereka memiliki keperluan, kebutuhan dan pemikiran yang
berbeda-beda sesuai dengan pemahaman keagamaan mereka. Maka selama tidak
melanggar syariahNya, kitab oleh melakukannya dengan tidak berlebih-lebihan di
dalamnya. Apabila kita ada kelonggaran dan keimanan semakin bertambah maka
laksanakan sunnah-sunnahNya yang membawa kepada peningkatan iman dan keyakinan
yang mendalam semisal I’tikaf di sepuluh akhir Ramadhan.
Semoga Allah Ta’ala memberikan hidayah kepada kita, hingga secara
bertahap kita akan dapat mengisi hari-hari akhir Ramadhan ini. Wallahua’alam
bishawab, 24042022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...