Oleh: Abd Misno
Bulan Ramadhan adalah bulan penuh keberkahan, kemuliaan dan
dilipatgandakannya pahala amalan. Ibadah yang paling utama di bulan ini adalah shaum
atau puasa selama sebulan penuh, yaitu menahan diri dari makan, minum,
syahwat dan hal-hal lainnya yang dapat membatalkan puasa. Ibadah ini memang
dianggap mudah oleh yang telah terbiasa, namun dirasa berat oleh yang tidak
baru melakukannya. Ada juga faktor lainnya yang mengakibatkan ibadah ini
menjadi tidak nyaman untuk dilakukan. Salah satunya adalah karena hawa nafsu,
godaan syaithan hingga kelemahan dari insan (manusia).
Jasad manusia yang membutuhkan makanan, minuman dan yang lainnya
memang ketika dalam keadaan puasa akan menjadi lemah dan kurang berdaya. Ini wajar,
karena asupan yang dibutuhkan oleh tubuh selama seharian tidak didapatkan. Walaupun
ditukar dengan makan sahur, namun tidak membantu secara keseluruhan dari
lemahnya orang yang berpuasa. Apalagi jika ada faktor lainnya, semisal gaya
hidup yang tidak sehat serta godaan syaithan yang selalu ada dalam kehidupan. Efek
dari puasa bagi seseorang adalah rasa lemah, lapar, haus hingga kemudian
penyakit malas menghampirinya.
Belum ada survey yang menunjukan apakah puasa membuat rasa malas
itu muncul, tapi secara logis bahwa seseorang yang berpuasa akan kekurangan
asupan untuk badannya sehingga sangat wajar ketika badannya melemah. Apalagi jika
gaya hidupnya tidak sehat, semisal setelah makan sahur tidur lagi, atau makan
minum yang berlebihan ketika berbuka puasa. Godaan syaithan juga ikut berperan
dalam membuat sifat malas pada diri manusia, menggoda dengan berbagai alasan
logis semisal “Kamu khan sedang puasa, jadi lemas karena itu santai-santai aja”.
Godaan ini akan berbeda variasinya namun intinya sama yaitu agar orang-orang
yang berpuasa menjadi malas dan tidak banyak melakukan akfititas yang
bermanfaat untuk akhiratnya.
Tentu saja ini bukan menunjuk kepada orang lain, sekadar ingatan
untuk diri sendiri dan renungan bagi yang membaca, bahwa ketika puasa
dilaksanakan badan ini memang menjadi lemah hingga tubuh terasa lemas dan kurang
tenaga. Akibatnya rasa malas untuk kemudian muncul, malas melakukan aktifitas
berat, malas untuk beribadah, malas untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat. Terkadang
karena sifat malas ini muncul, kemudian malah melakukan hal-hal yang tidak
bermanfaat atau malah tidak baik dengan alasan lemas, misalnya membuka media
sosial, menonton TV atau Film, bermain game hingga kegiatan lainnya yang tidak
bermanfaat bahkan cenderung pada Kesia-siaan.
Hal ini tentu tidak boleh dibiarkan, karena puasa yang kita lakukan
semestinya tidak menghalangi kita untuk melakukan aktifitas seperti biasa. Kalaupun
ada pengurangan itu wajar, karena memang badan kita sedang berpuasa sehingga
tenaga akan berkurang. Namun bukan menjadi halangan untuk melakukan aktifitas
seperti biasa, bisa saja dengan mengurangi porsinya agar bisa menghemat tenaga
hingga berbuka. Jangan sampai kita terjatuh pada aktiftas yang melalaikan atau
sia-sia yang bisa mengurangi nilai pahala puasa kita.
Kemalasan individual yang juga terjadi di level sosial adalah
ketika puasa mereka lebih banyak santai, tiduran, rebahan dan kegiatan yang
tidak bermanfaat. Setelah sahur dan shalat shubuh tidur kembali menjadi bukti
kemalasan yang terjadi. Nyaman memang setelah sahur dan shalat shubuh tidur
kembali, tapi ini tentu tidak dianjurkan. Kalaupun terpaksa tunggu hingga
matahari terbit agar makanan yang dicerna bisa berjalan dengan baik. setelah
bangun tentu saja harus kembali melakukan aktifitas yang lebih produktif.
Sejatinya kemalasan individual ataupun sosial tidak hanya terjadi
di bulan Ramadhan, sifat malas memang menjadi penyakit yang harus dicari
obatnya. Tidak bisa dibiarkan karena akan merugikan baik diri sendiri maupun
masyarakat, malas mengakibatkan berbagai aktifitas yang semestinya dilakukan
tidak terselesaikan dengan baik. Menunda pekerjaan bahkan hingga tidak
terlaksana adalah dampak negatif dari sifat malas, padahal kalau ia bisa
mengatasinya maka seharusnya ia juga akan mendapatkan manfaat yang juga dapat
dirasakannya.
Berdasarkan teori dan pengalaman ada tiga obat untuk mengobati
penyakit malas ini, Pertama: perbaiki kembali niat karena Allah Ta’ala,
maknanya bahwa jadikan semua aktifitas itu adalah karena diniatkan untuk
mendapatkan ridha dari Allah Ta’ala. Dengan memperbaiki niat ini diharapkan sifat
malas ini berkurang, karena kita diingatkan bahwa semua yang dilakukan adalah karena
mengharap ridhaNya. Kedua, menikmati prosesnya. Puasa memang membuat badan kita
lemah dan kurang tenaga, namun tidak menjadi alasan untuk kita
bermalas-malasan. Lakukan kegiatan yang tidak banyak menguras tenaga, bagi yang
bekerja berat maka dapat dikurangi sedikit agar tetap kuat menjalankan puasa. Ketiga,
fokus pada tujuan, baik itu jangka pendek ataupun jangka Panjang. Tujuan jangka
pendek terkait dengan harapan-harapan yang segera didapatkan ketika melakukan
berbagai kegiatan, sedangkan jangka Panjang adalah pahala dari Allah Ta’ala dan
efek ke depan yang juga akan dirasakan dengan melakukan aktifitas tersebut. Harapan
menjadikan hidup kita lebih bermakna, karena ada sesuatu yang dinanti sehingga
hidup akan lebih berarti.
Maka Ramadhan yang mulia ini jangan dijadikan alasan untuk
bermalas-malasan, bangun dan lakukanlah kegiatan seperti biasa, bila sedikit lelah
maka beristirahatlah, jika rasa lapar itu datang maka segera ingat bahwa ini
adalah ibadah kepadaNya. Demikian pula apabila rasa malas melanda maka ingatlah
ada banyak hal positif yang bis akita dapatkan apabila mampu mengalahkan rasa
malas ini, baik itu di dunia ini hingga di akhirat nanti. Wallahua’lam,
berusaha melepas rasa malas, Senin 11 April 2022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...