Oleh: Abd Misno
Ibadah shaum (puasa) sejatinya memiliki tujuan yang sangat
mulia, yaitu agar manusia semakin bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla. Sebagaimana
kalamNya yang mulia “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa”. Ketakwaan dalam dalam hal ini adalah bermakna melaksanakan
seluruh syariatNya dan menjauhikan segala bentuk laranganNya. Apa jadinya jika
seseorang yang telah berpuasa namun ternyata tidak menjadikannya meninggalkan
kesalahan dan dosa selama Ramadhan yang mulia?
Shaum (puasa) yang kita lakukan selama
bulan Ramdhan sudah seharusnya memberikan dampak positif ke dalam diri kita,
khususnya peningkatan iman dan takwa. Implementasi dari iman dan takwa tersebut
adalah dalam bentuk melaksanakan seluruh syariahNya dengan penuh suka cita dan
menjauhi segala bentuk laranganNya. Namun fenomena yang terjadi banyak di
antara kita yang masih saja belum bisa mencapai tujuan setiap ibadah yang
disyariatkan. Puasa yang kita lakukan terkadang tidak membuat dosa dan
kemaksiatan terhentikan, bahkan fenomena yang terjadi di sebagian orang mereka
berpuasa tapi mereka juga berbuat dosa. Puasa jalan… dosa tidak terhentikan.
Bukan menuduh orang lain tentu saja, sekadar ingatan untuk diri
kita dan pembaca semuanya bahwa kenyataan ini kadang terjadi juga pada diri
kita, di mana kita berpuasa tapi dosa tetap ada baik yang disengaja ataupun
tidak disengaja. Tidak boleh juga kita menyalahkan karena manusia adalah tempat
salah, lupa dan dosa, karena terkadang itu hanya menjadi alasan agar dosa yang
dilakukan bisa dimaklumkan. Lantas bagaimana sebenarnya yang terjadi? Kenapa shaum
(puasa) yang dilakukan tidak mencegah dari dosa dan kemaksiatan?.
Kembali ke tujuan dari shaum (puasa), yaitu agar orang-orang
beriman dapat mencapai derajat takwa. Kata-kata yang digunakan oleh Allah Ta’ala
adalah “la’alakum” yang bermakna “mudah-mudahan atau semoga”, sehingga
derajat takwa yang menjadi tujuan utama shaum (puasa) adalah hasil akhir
dari sebuah perjalanan Panjang seorang insan ketika sedang berpuasa di bulan
Ramadhan. Sebagai sebuah perjalanan, maka bisa jadi dia akan terpeleset,
terjatuh bahkan kadang tersesat hingga memilih jalan dosa dan maksiat yang
keluar dari jalur ketakwaan. Maka kemudian shaum (puasa) yang dilakukan membimbing
kembali untuk berjalan menuju tujuan yang diharapkan yaitu ketakwaan kepada Ar-Rahman.
Perjalanan menuju ketakwaan memang sangat panjang, penuh dengan
tantangan, godaan dan berjuta penghalang. Dosa, maksiat dan kesalahan yang
dilakukan oleh orang yang sedang berpuasa pada hakikatnya adalah godaan dan
tantangan tersebut, sehingga jika ia berhasil melawannya itulah yang utama. Namun
jika ia kemudian terjatuh ke dalam lembah dosa ketika sedang berpuasa, maka
puasa yang dilakukan akan menyadarkan kembali bahwa ia dalam perjalanan menuju
ketakwaan.
Sehingga bagi mereka yang berpuasa, namun masih melakukan dosa
hendaknya terus menjalankan puasanya. Bisa jadi ia akan segera sadar dengan
dosa yang dilakukan, atau mungkin di suatu masa puasa yang dilakukan juga
menyadarkan akan dosa yang dilakukan. Minimal ia akan berusaha sekuat tenaga
untuk tidak melakukannya kembali ketika dia sedang berpuasa, tapi menunggu
sesaat hingga masa berbuka. Itu memang bukan solusi, tapi minimal puasa yang
dilakukan di siang hari menahannya untuk tidak bermaksiat kepada Ilahi.
Semoga puasa yang kita lakukan menjadi bekal dalam perjalanan menuju
ketakwaan, nikmatilah perjalanan ini. Jika sesekali terjatuh, bangkit kembali
dan terus perbaiki diri karena proses ini juga akan dinilai oleh Ilahi hingga
akhirnya takwa yang menjadi harapan insani dapat diraih sebagaiman tujuan utama
bagi shaum (puasa) ini. Wallahu a’lam, Pagi di Bogor, 12 April 2022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...