Ade Makmur K. dan Adi Purwanto
Pusat
Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lemlit Unpad, Staf pengajarpada
Jurusan Antropologi Sosial FISIP – Unpad.
Abstrak
Masyarakat Baduy
cenderung bertahan dari sistem pertanian berladang berpindah. Untuk bertahan
mereka diikat oleh sistem pemerintahan yang mengatur kehidupan sosio-politik
dan keagamaan. Pengaturan kehidupan keseharian warga masyarakat sepenuhnya di
bawah kendali sistem pemerintahan yang bersandar pada pikukuh karuhun yang
dikenal sebagai pamarentahan Baduy dengan ketiga puun sebagai
pucuk rujukan mereka yang berkedudukan di tiga daerah tangtu, yaitu
Cibeo, Cikartawana dan Cikeusik. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk
mendeskripsi dan menerangkan bagaimana pranata kepemimpinan yang disimpulkan
melalui pamarentahan Baduy berperan mengendalikan warga masyarakatnya
bertahan dari pelbagai pengaruh. Pendekatan kekerabatan digunakan untuk
menggambarkan penelitian ini yang dilakukan melalui pengumpulan data etnografi.
Praktek kepemimpinan ketiga puun masing-masing mempunyai fungsi yang
berbeda sesuai dengan kedudukan dan perannya dalam hirarki kekerabatan. Puun
Cibeo yang dihubungkan oleh garis keturunan yang paling muda bertindak sebagai pemimpin
politik yang berperan mengatur warga masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup duniawi dan Puun Cikeusik yang ditentukan oleh garis keturunan
yang paling tua berperan memimpin agama dalam rangka mewujudkan dan mempertahankan identitas budaya,
sedangkan Puun Cikartawana kedudukannya di antara kepemimpinan agama dan
politik.
kata kunci: Pamarentahan Baduy,
Kekerabatan
PAMARENTAHAN BADUY IN KANEKES: KINSHIP
PERSPECTIVE
Abstract
The Baduy people nowadays still
uphold the slash and burn agriculture besides their folk believes to survive
amongs the modern life They were managed by such tradition like sociopolitical
management that controls their attitudes. Every single daily life has been
controlled by pikukuh karuhun tradition that already known as well as pamarentahan
Baduy with three chiefdomains : Cibeo, Cikartawana and Cikeusik. The research
has developed to describe and explained how the institution leader through pamarentahan
objective that Baduy’s roles in controlling on community. It is believed that
situation could contrains outside world influence. Ethnographic approach was
used for this research to collect data. Those three puun leaderships
have different function to control the community with its characteristics in
their hierarchical kinship. Puun Cibeo is related to be highest kin line
relation and roles as political leader to suit daily activities. Puun Cikeusik
roles as the highest leader on folk believes to protect cultural identity. On
the other hand, Puun Cikartawana roles as mediator of both Puuns as
well as political and religious leader.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...