Disusun Oleh : Anwar Solihin
Nabi Uzair AS adalah
seorang hamba Alloh
yang hidup pada jaman antara Nabi Shaleh AS dan Nabi Ibrahim AS, yaitu sekitar 5000 sampai dengan 4000 tahun sebelum masa Nabi Isa AS. Nabi Uzair AS adalah seorang Nabi dan Rasul utusan
Alloh SWT, satu diantara 313 Rasul utusan Alloh.
Uzayr (bahasa Arab: عزير, 'Uzair, bahasa Turki: ' 'Üzeyir'), yang artinya “mengkoreksi”, yaitu mengkoreksi kebenaran dengan
kebenaran yang sebenarnya dan mengkoreksi kesalahan menjadi suatu
kebenaran yang semestinya.
Dalam Al Qur’an Surat ke
2 Al Baqoroh ayat 259 disebutkan bahwa :
“Atau
apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang
(temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah
menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu
seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapa lama
kamu tinggal di sini?” Ia menjawab: “Saya telah tinggal di sini sehari atau
setengah hari”. Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus
tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah;
dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami
akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada
tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami
membalutnya dengan daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah
menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu”. (QS Al Baqoroh 259)
Dan dalam Hadis Nabi SAW
:
Hadis yang
diriwayatkan oleh Abdulloh bin Abdurrohman bin Abu Bakar AsShidiq, di Kitab
Nuril Akwan yang ditulis oleh Abi Hasan Al Bishri, Rasulullah SAW bersabda :
“Barang siapa bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Uzair itu adalah hamba
Alloh yang maha pemurah, maka Alloh membukakan baginya pintu surga dan
menjauhkannya dari rekayasa setan dan menyatukannya bersama hamba-hamba Alloh
yang maha pemurah. (Syahadat ini dibaca setelah syahadat kepada Alloh dan
RasulNya).”
Kisah Nabi Uzair AS.
Suatu saat Nabi Uzair AS berjalan-jalan dengan keledainya, sehingga
sampai ke suatu wilayah yang sunyi dan yang telah hancur semua bangunannya,
yang sangat gersang dan tidak ada satupun tanamannnya yang hidup. Wilayah
itu kira-kira berada di daerah Mesir yang berbatasan dengan negeri Palestina.
Beliau kemudian,
turun dari keledainya dan bersujud kepada Alloh SWT, dengan berkata “Bagaimana
Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?.
Mendengar perkataan beliau itu, kemudian Alloh SWT menidurkan atau
mematikan beliau dan memanggilnya untuk pindah ke alam batiniyyah selama 100
tahun. Dalam tidur/matinya itu, beliau berkumpul dengan para nabi terdahulu dan
melalui beliau-beliau itu, Alloh SWT mengajarkan berbagai ilmu kepada beliau,
terutama ilmu pengelolaan negara.
Setelah 100 tahun tertidur itu, Allah SWT
membangunkan atau menghidupkan kembali beliau dengan jasadnya sebagaimana
semula saat mulai tertidur. Kemudian Allah bertanya kepada beliau: “Berapa lama kamu tinggal di sini?” Beliau menjawab: “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari”.
Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah
kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berobah; dan lihatlah kepada
keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu
tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai
itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan
daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah
menghidupkan yang telah mati) beliau pun berkata: “Saya yakin bahwa Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS 2 Al Baqoroh 259).
Setelah bangun/hidup kembalinya Nabi Uzair AS dari tidur/kematiannya
itu, beliau mengelola wilayah itu, dari kehancuran, kegersangan, kesunyian
tanpa kehidupan sampai menjadi suatu wilayah dengan masyarakat yang beriman kepada Aloh SWT yang
aman dan sejahtera. Beliau mengelola wilayah itu selama 75 tahun. Tersebarlah
keadaan beliau dan wilayah itu ke semua penjuru bumi hingga ke kerajaan Namrud
(jaman sebelum kelahiran Nabi Ibrahin AS). Kemudian tentara kerajaan Namrud itu
menyerang wilayah itu, sehingga akhirnya beliau dipindahkan dan diangkat oleh
Alloh SWT ke alam batiniyyah, sebagaimana yang terjadi pada Nabi Isa AS.
Setelah kehilangan Nabi Uzair AS, rakyat di wilayah itu menjadi
kebingungan karena tidak ada pengelola wilayah yang mampu meneruskan tata kelola wilayahnya sebaik Nabi Uzair AS.
Maka datanglah sesosok setan yang berjasad manusia dan berkata kepada penduduk
daerah itu, “Jika kamu sekalian menginginkan keadaan sejahtera lagi, maka
buatlah patung Uzair, dan sembahlah dan mintalah kepada patung itu, karena
Uzair adalah anak Alloh” (audzubillahi min dzalik), kata si setan
(laknatulloh alaih) itu.
“Sesungguhnya
syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat
jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. Dan apabila dikatakan kepada mereka:
“Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi
kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang
kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu
tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?” (QS 2 Al Baqoroh 169-170).
Maka patung itu diwujudkan oleh Raja Namrud dan dijadikan sesembahan.
Demikianlah jadinya Raja Namrud menyembah patung Uzair. Dan terjadilah
kekosongan keimanan kepada Alloh SWT dan mendewakan patung Uzair sehingga Alloh
SWT mengutus Nabi Ibrahin AS bin Tarih bin Azir untuk memperingatkan Raja
Namrud dan penduduk kerajaannya.
“Yang mereka sembah selain
Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu)
mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka” (QS 4 An Nisa 117).
“Dan (ingatlah) di waktu
Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: “Pantaskah kamu menjadikan
berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu
dalam kesesatan yang nyata”. (QS 4 Al
An’aam 74).
Kemusyrikan Orang-Orang
Kafir Yahudi
Kebiasaan menyembah patung Uzair itu ditiru oleh orang-orang kafir
musyrik Yahudi, sebagaimana firman Alloh SWT dalam Al Qur’an Surat At Taubah
30-31 :
“Orang-orang
Yahudi berkata: “Uzair itu
putra Allah” dan orang
Nasrani berkata: “Al Masih itu putra
Allah“. Demikian itulah ucapan
mereka dengan mulut mereka, mereka meniru
perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka
sampai berpaling?.”
“Mereka
menjadikan rabbi-rabbi (orang-orang alimnya) dan rahib-rahib mereka sebagai
tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan Uzair putra Imron dan) Al
Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa;
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa
yang mereka persekutukan.(QS 9 At Taubah 30-31).
Mereka menirunya karena setan juga berbisik atau berkata kepada para
pemuka orang-orang kafir musyrik Yahudi sebagaimana setan berkata kepada
orang-orang kafir yang terdahulu itu.
Orang-orang kafir musyrik Yahudi, melalui rabbi-rabbinya membuat-buat
kisah Nabi Uzair itu, seakan-akan Nabi Uzair itu adalah dari golongan Bani
Israel, sebagaimana kisah-kisah israiliyat yang sering terdengar oleh kalangan
umat Islam.
Disinyalir patung-patung Uzair itu diwujudkan oleh orang-orang kafir
musyrik Yahudi, sampai saat ini, untuk dijadikan sesembahan dalam rangka
memperoleh kekuasaan dan kekayaan duniawi dengan membolehkan segala cara.
Melalui kemusyrikan itulah setan dengan mudah membantu orang-orang kafir
musyrik Yahudi dalam menguasai dunia sampai saat ini.
Oleh karena itu setan akan sangat marah apabila kaum muslim yang
beriman, mengatakan bantahan kemusyrikan orang-orang kafir musyrik Yahudi
dengan kalimat bantahan :
Nabi Uzair adalah hamba Alloh dan hayatNya (Uzair ‘abdulloh wa hayatuh),
dan karena setanpun sulit merekayasa kaum yang beriman itu. Hal ini sesuai dengan Hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abdulloh
bin Abdurrohman bin Abu Bakar AsShidiq, di Kitab Nuril Akwan yang ditulis oleh
Abi Hasan Al Bishri, Rasulullah SAW bersabda :
“Barang siapa bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Uzair itu
adalah hamba Allooh yang maha pemurah, maka Alloh membukakan baginya pintu
surga dan menjauhkannya dari rekayasa setan dan menyatukannya bersama
hamba-hamba Alloh yang maha pemurah. (Syahadat ini dibaca setelah syahadat
kepada Alloh dan RasulNya).”
Referensi
trimakasi infonya gan , sangat bermanfaat :)
BalasHapusnice post :)
ditunggu kunjungan baliknya yaah ,
Afwan... Sama-sama, semoga bisa bermanfaat... Amin.
BalasHapus