Oleh : Bambang Sahaja
Ini kisah saya yang sekian lama
bergaul dengan berbagai tipe manusia, dari seorang Profesor sampai seorang
tukang kelontong. Dari seorang konglomerat sampai orang-orang melarat, dari
para penjahit sampai para penjahat dan dari seorang yang murtad sampai para
ustadz. Kali ini saya ingin membicangkan tentang kisah seorang ustadz, semoga
ini bukan sebuah ghibah karena saya juga tidak menyebutkan namanya.
Begini kisahnya, saya punya teman
kebetulan beliau kakak tingkat di sebuah perguruan tinggi. Saat ini dia sudah
menjadi seorang ustadz besar dan diundang berceramah keliling Indonesia. Saya juga
sangat menghormatinya dan ketika berjumpa juga biasa mengucapkan salam dan
berbicara tentang banyak hal. Namun tiba-tiba ada salah seorang muridnya yang
menceritakan tentang kisahnya mengenai saya. Murid dari ustadz itu bilang
katanya ustadz tersebut pernah menceritakan tentang saya. Untuk memastikan
apakah benar saya yang diceritakan ustadz tersebut, “Iya… yakin itu nama antum”
begitu kata murid ustadz tersebut.
Ini cerita dari murid ustadz tersebut
“Katanya antum dulu pernah ada masalah di sebuah yayasan Islam di Jakarta,
terus karena merasa kasihan yayasan di tempat ustadz itu bekerja menarik antum
dan memberikan semacam “pekerjaan” buat antum” jelas khan ceritanya? Intinya katanya
saya pernah bekerja di sebuah yayasan Islam di Jakarta lalu di sana terjadi konflik
sehingga saya dihadapkan pada sebuah masalah, selanjutnya ustadz tersebut
dengan yayasannya merasa kasihan kepada saya dan “menolong” saya dari yayasan
di Jakarta tersebut. Mendengar hal ini sih saya biasa saja, hanya saya pastikan
lagi ke murid ustadz tersebut, bener nih itu nama saya? “Iya yakin ngga ada
lagi, waktu itu ustadz tersebut sedang membicarakan antum” begitu kata murid
ustadz tersebut.
Dalam hati saya heran dan berfikir
berkali-kali “masa sih… ustadz membicarakan sesuatu yang tidak pernah saya
lakukan”. Faktanya saya tidak pernah bekerja di sebuah yayasan Islam di
Jakarta, maka secara otomatis konflik itu tidak pernah ada. Selanjutnya saya
dikasihani, Masya Allah, perasaan seumur-umur saya tidak pernah menggantungkan
diri pada orang lain. Saya selalu mencoba untuk bisa mandiri tanpa pernah
merasa ingin dikasihani oleh orang lain. Apalagi oleh sebuah yayasan tertentu. Kalaupun
saya masuk ke sebuah yayasan Islam itu karena saya melamar dengan baik tanpa
ada unsur ingin dikasihani. Selain itu faktanya juga bahwa saya tidak pernah
bekerja di yayasan tempat ustadz tersebut bekerja. Apa ini fitnah? Atau murid
ustadz tersebut ingin mengadu domba? Bisa saja kedunya benar. Namun saya lebih
cenderung membenarkan pendapat pertama bahwa ucapan itu memang benar.
Tapi, setelah seminggu berjalan dan
saya pikir-pikir lagi ternyata bisa saja hal tersebut terjadi. Awalnya saya mau
tabbayun tapi saya berfikir lagi sepertinya tidak perlu karena dikhawatirkan
akan membuka fitnah baru lagi. Saya hanya berfikir ternyata seorang ustadzpun
tidak bisa lepas dari ghibah dan fitnah, bisa jadi itu tidak disengaja tetapi
kalaupun itu sengaja maka wajar saja karena ustadz juga manusia. Iya khan? Karena
itu saya tidak mau memperpanjang masalah, biarkan sajalah semuanya berjalan,
saya difitnah juga tidak mengapa semoga murid-murid ustadz itu juga tidak
menelan mentah-mentah setiap ucapan yang keluar dari mulut sang ustadz. Apalagi
fitnah yang menimpa umat Islam saat ini begitu deras sehingga kalau kita
menambah fitnah itu bisa jadi akan membawa permusuhan di tengah umat yang sudah
terkotak-kotak dengan kelompoknya dan bangga dengannya. Semoga kita terhidnar
dari segala bentuk ghibah dan adu domba dengan segala dampak negatifnya bagi
umat, kalaupun tanpa terasa seseorang melakukannya maka segeralah beristighfar
(Astaghfirullah…) karena toh ustadz juga manusia, apalagi saya sebagai seorang
yang masih belajar agama… Wallahu a’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...